5. Melindunginya
[Name] POV
Hutan di sini benar-benar gelap, lembab, dan rimbun, kurasa aku tak jadi mengerjai mereka, sangat berbahaya jika aku memisahkan diri dari mereka di sini bisa saja aku tersesat.
Uhh tapi sungguh...
Ini si rambut duren terus saja ngomel-ngomel tidak jelas, marah-marah sambil teriak-teriak, tar darah tinggi terus tensi mampus kau.
Lalu tiba-tiba aku rasa sesuatu melilit kakiku, menyeretku dengan kuat membuatku terjatuh dan terseret di tahan.
Hadyuhh cium tanah air lagi...
"Ehh apaan nih?!"
Ucapku panik, Midoriya langsung menahan tanganku, oh sungguh baiknya kau mas.
"Kacchan! Putuskan akar yang melilit kaki [Name]-san" Teriak Midoriya, akar? Aku melirik ke arah kakiku dan ya ada akar pohon bergerak-gerak dan menarik kakiku, hahaha... Lucu.
"Diamlah Deku! Aku juga tahu itu" Bakugo melompat dan meledakkan akar yang melilitku, baiklah aku tak bisa membayangkan jika wajahku yang di ledakkannya, yap benar, sebaikannya aku jangan cari gara-gara lagi sama bom berjalan.
Aku melihat ke belakang Midoriya, banyak akar lain yang bergerak ke arahnya, belum sempat aku berbicara Todoroki sudah membekukan akar-akar itu, apa akar-akar di sini membenciku? Kenapa aku yang di incar? Enggak Bakugo aja?
"Sial... Mereka terlalu banyak"
Todoroki melihat sekeliling, memang benar banyak sekali akar-akar di sana, aku memutar otakku, mencari cara untuk keluar dari situasi ini ahh...
Aku udah lapar (ಥ_ಥ)
Lalu sebuah obor menyala di atas kepalaku, aku juga heran kenapa obor, biasanyakan lampu.
"Midoriya gendong aku!"
Kataku, Midoriya kaget, Todoroki menatap tajam, Bakugo siap-siap mengeluarkan kata-kata mutiarnya lagi, ayolah aku merasa kasihan kepada Midoriya sekarang.
"Ngapain kalian lihat-lihat? Aku punya jalan keluar! Ikuti saja dan jangan coba-coba melakukan sesuatu kepada Midoriya" Tegurku, Todoroki menganguk pasrah, Bakugo sepertinya akan melempar Midoriya setelah ini.
"Ba-baiklah [Name]-san"
Midoriya menunduk, aku menaiki punggungnya, ia lalu mulai berlari saat akar-akar itu mengejar, sudah aku duga, mereka mengincarku.
"Midoriya jangan berhenti! Teruslah berlari sampai semua akar itu terkumpul, mereka mengincarku, lalu Todoroki saat mereka semua berkumpul bekukan mereka, dan untuk penutup, kita biarkan kepala durian meledakkan mereka" Yah itu rencanaku, simpel saja.
"APA KAU BILANG?!"
Duren berbicara itu meneriakiku, aku memutar mataku bosa.
"DIAM LAH! BAKAUGO"
"DASAR CEBOL SIALAN"
"AKU TIDAK CEBOL!"
Lalu akar-akar itu semakin banyak saja, aku rasa ini sudah semuanya, aku memberi kode kepada Todoroki untuk segera membekukan mereka, Todoroki menganguk ia meluncur dan membekukan semua akar-akar itu, lalu segera berlari mengikuti aku dan Midoriya.
Bakugo melompat dari atas pohon dengan wajah sangarnya.
"MATI KAU!"
BOOM!
---
"Huahhh merepotkan"
Aku menjatuhkan badanku ke tanah, kami belum berhasil keluar dari hutan ini, hanya kebetulan saja ada tanah kosong di sini, maka aku tentu saja langsung tiduran.
"Begitu saja sudah capek"
Kata Bakugo sewot, ini orang kenapa sih? Ngeselin banget dari tadi, sebelas dua belas sama Kaa-san.
"Jangan menyamakanku dengan kalian, aku ini manusia normal!"
"Jadi aku tak normal hah?!"
"Yap, tumben pintar"
"Aku memang pintar!"
"Pff-- tapi tampangmu bego gitu"
"Kau--"
"Kaccan memang pintar [Name]-san, dia ranking 3 di kelas"
"Uwapaaa?!"
Aku ga percaya, padahal tampangnya serem gitu, aku tak menyangka ia masuk tiga besar.
"Serius?"
"Serius [Name]-san, tanya Todoroki-kun kalo tak percaya"
"Benarkah itu Todoroki?"
"Ya itu benar"
"Oh... Nee nee Bakugo, hehehe maaf mengataimu bego, emm.. Bagai mana kalo lain kali kau mengajariku beberapa soal yang sulit bagiku? Hehehe" Apa? Punya temen pintar jangan di sia-siain.
"Cih... Kau yang bego ternyata"
Ia menatapku garang, ih ngeri tahu...
"Jadi... Mau gak?"
"Oke"
Yolohhh!
Mau juga ternyata -_-
"Kalian juga boleh ikut kok"
Ajaku pada Midoriya dan Todoroki, aku tak ingin berduawaan dengan bom berjalan, aku takut karna salah menjawab soal rumahku akan meledak.
"Ah benarkah? Tentu aku akan datang [Name]-san"
"Hmm... Baiklah"
Aku berdiri kemudian menepuk-nepuk bajuku agar debuh yang menempel hilang dari bajuku, aku merenggangkan badanku dan mengajak mereka untuk kembali berjalan.
"Baiklah ayo lanjut"
Ya ayo lanjut, perutku sudah tak tahan lagi.
Baru saja aku melangkah, aku sudah merasakan benda dingin dan tajam yang menempel dengan leherku, yah... Sebuah pedang.
"Jangan bergerak atau... Aku tebas leher manusia ini" Ancam orang di belakangku, dasar ini beneran cara mainstream untuk menawan orang -_-
"SIAPA KAU?!"
Bakugo ingin melangkah, namun di tahan Todoroki agar Bakugo tak maju ke arahku.
"Jangan ke sana"
"Jangan menghalangiku! Si cebol itu bisa mati!"
"Yah! Mati karna kau!"
"Ck..."
Midoriya menatap mataku, aku membalasnya dengan tatapan 'aku akan baik-baik saja'.
"Yah benar jangan melangkah ke sini, dan aku ingin meminjam teman kalian ini ya" Aku merasa kakinya tak lagi menginjak tanah, yang benar saja...
Ini orang yang berdiri di atas atap rumah lalu -_-
"Maaf ya om, tapi [Name] takut ketinggian jadi aku gak mau di bawah terbang!" Aku menggengam tangan orang ini sebelum kami benar-benar terbang terlalu tinggi, aku membantingnya ke depan lalu ia terjatuh cukup keras.
Aku tersenyum bangga sambil melipat tanganku di depan dada, sungguh keren banget, ngomong-ngomong kalo ia jatuh berarti aku juga...
Wusss
"SIAPA SAJA TANGKAP AKU OI!"
Midoriya melompat, menggendongku seperti karung beras dan mendarat dengan mulusnya, kau memang penyelamatku Dor.
"[Name]-san baik-baik saja?"
"Ya tenang saja, makasih ya"
Aku lalu turun dari gendongannya, karna orang itu baru saja jatuh maka ia menjadi lengah, Bakugo dengan 'Maruk'nya menyerang orang itu tanpa ampun.
"Wei udah, koid tar anak orang"
Cegahku, kepala duren berhenti lalu menendang orang yang sudah tak berdaya itu, Todoroki lalu menghela napas legah.
"Baiklah kita harus cepat-cepat keluar, aku yakin hal aneh lainnya akan datang" Sebenarnya aku lebih peduli dengan perutku.
Dan kau tahu?
Keluar dari sini benar-benar 'mudah', kami harus melewati semak berduri--yang langsung di ledakkan Bakugo hingga terbuka lebar, lalu menyebrangi sunga berarus deras yang dalam sekejap di bekukan Todoroki juga memanjat tebing dengan aku yang bergelantungan di belakang Midoriya yang lompat dan manjat sana-sini.
Beberapa mosnter tanah dan pohon yang di kalahkan Midoriya, Bakugo, dan Todoroki dengan mudahnya, aku bahkan sempat makan pisang yang kebetulan ada di sekitar situ sambil menyemangati mereka seperti.
"Yaa semangat"
"Tonjok aja!"
"Mampusin tuh!"
"Aduh laper"
Dan seterusnya...
Hingga kami bisa keluar dari hutan itu, selanjutnya?
Selanjutnya aku pulang dengan beberapa bungkusan di tanganku.
---
Yeah Nata tau ini garing sangat.
Tapi weh mau gemana atuh, humor Nata ini mah 'Wes wos' kek angin kadang kencang kadangan enggak :v
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top