19. Ketemu

[Name] POV

Setelah aku di tarik naik sama si om, perlahan aku melihat sekeliling, rupanya kami berada di hutan, astaga niat sekali om ini.

Dan om ini kini malah mau bawa aku ke gunung berapi, ga kebayang kalo aku bacot lagi terus dia lemparin aku ke dalam gunung berapi?!

Hih, ga akan, aku harus kabur.

"Dengar ya bocah, jika kau berani melawan, aku tak akan segan untuk membunuhmu" Ancamnya, wah asem, pingin tampol tapi takut.

Ayo [Name], kau harus lepas, gunakan otak cantikmu ini.

Ummm...

HEMMMMM.

Hummm...

Sial.

Di pikiranku hanya ada duit---

Duh :'(

"Om, a-anu..."

Aku menggoyangkan kakiku gelisah, om itu menatapku aneh sambil menaikkan alisnya.

"Kenapa kau?"

"Aku, harus ke kamar mandi"

"Hah?! Tidak-tidak! Kau hanya akan kabur, aku tahu itu"

Dih.

Cerdas juga.

"Aku serius om!" Ngotot ku, pokonya harus aku harus berhasil lepas dari tali ini setidaknya.

"Tidak" Om itu melipat kedua tangannya sambil melotot melihatku, cih, aku colok juga itu mata lama-lama.

"Yaudah! Om juga yang repot kalau aku ngompol di sini!"

Ew.

Gagaga.

Ga mungkin, aku ga akan ngompol di celana.

"Ck... Baiklah-baiklah! Tapi aku akan tetap mengawasi mu!" Om itu menunjukku, yang benar saja?!

"Ga boleh ngintip! Hentai!" Diriku sok-sok masang wajah ketakutan, hahahaha, asal kalian tahu saja ya.

Akumemangtakut.

"Terus bagaimana?!"

"Yah jangan di lihat dong! Om balik depan sana, aku ke pohon itu"

SERIUS.

AKU GA AKAN BUANG AIR DI BALIK POHON.

ASTAGA DRAGON, GA AKAN.

"Nanti kau lari" Om itu terus menatapku curiga.

Aku menggeleng "Enggak om astaga, gini deh om buka dulu ikatan saya"

Dia makin curiga, "Enak saja, itu namanya aku membiarkanmu lolos"

"Yaudah, aku ngompol aja, biar om pas bawa aku ntar bau ompol, wek" Aku menjulurkan lidahku sambil masang muka songong andalanku.

"Oke oke! Ingat, jika kau berusaha lari, aku akan membunuhmu" Tangan si om dia gesekkan di lehernya seolah-olah sedang memakai pisau.

"Heuh iyaaaa" Aku memutar mataku bosan, mana mungkin aku ga lari om, haduh, kebanyakan makan bumbu mie pasti.

Dan itulah sekilas cerita kenapa aku sekarang bisa lari...

Dengan si om yang mengejarku pakai kecepatan super di belakang.

"HEH JANGAN LARI KAU BOCAH!" Teriaknya sambil terus mempercepat larinya kayak orang di kejar masalah hidup.

"YAH AKU LARI DONG OM, MASA CATWALK?!" Balasku yang juga terus mempercepat lariku.

Hohoho.

Ga tau saja, aku nih juara lari maraton, tahun lalu aku juara tiga.

Dari tiga peserta.

"Aku beri kau waktu lima detik bocah, kalau kau tidak juga berhenti aku akan-- KENAPA LARIMU MAKIN CEPAT?!"

Iyalah, situ sempat-sempatnya bacot, mending aku lari selagi bisa, tapi tidak mungkin aku berlari terus, bagaimanapun aku ini quirkless, sangat mungkin om ini bisa menyusul ku, aku harus bersembunyi.

"Uhh... Dimana tapi" Sambil melihat sekeliling mencari tempat bersembunyi.

Semak-semak? Gak mungkin, pasti mudah di temukan oleh om itu, apa lagi aku ga tahan masuk semak-semak, gatal diluan nantinya.

Di balik pohon? Kurasa bukan ide bagus, bagaimana jika om itu malah merobohkan pohonnya? Hihh...

Haduh, gimana nih, gak ada tempat bersembunyi di sini, apakah aku harus pasrah saja, apa memang takdirku di celup ke gunung berapi? Apa aku memang kena azab gegara di sekolah kalo nagih uang kas sampe nabok yang ga mau bayar?

Hiks :'(

Grep!

"AAAHHH AMPUN JANGAN BUANG SAYA KE GUNUNG BERAPI!!"

Saat merasakan tangan seseorang menggenggam bahuku kuat, aku langsung menutup mata, namun saat mendengar suara itu...

"Tenang lah [Name], ini aku"

Su-suara kalem, ngangenin, dan bikin ambyar ini...

"To-todiroki?!" Aku membelalakkan mataku.

"Iya" Tangan Todoroki mengelus kepalaku pelan sambil menepuk-nepuknya.

"Ini aku" Lalu terseyum tipis.

"Ka-kau! Ke-kenapa lama sekali?!" Sisi cewekku akhirnya keluar, sekarang aku malah sok-sok masang muka sedih dan takut, uh lemah banget :'(

"Maaf" Todoroki menarik badanku hingga jatuh ke pelukannya, perlahan tangannya mengelus punggungku, dia tidak berbicara apapun lagi setelahnya.

Dan saat aku melihat ke om tadi, kini dia sudah berada di dalam es yang aku yakin itu adalah ulah Todoroki.

Hemmmm.

Gimana ga baper sih.

Tanganku juga mulai terulur, hendak membalas pelukan Todoroki hingga...

"SETENGAH-SETENGAH SIALAN! LEPASKAN DIA ATAU KU PATAHKAN TANGANMU?!"

BOOM!

Bakugo kampret :)

Setelah itu, aku di tarik paksa dari pelukan hangat abang Todo, dan kini berada di samping kepala duren yang kayaknya udah emosi parah.

"KAU CURI-CURI KESEMPATAN KAN?!"

"Tidak, aku---"

"YA AKU TAHU! HAH! DASAR KAU *piipp* SIALAN, SETENGAH-SETENGAH *piiipp* KAU ASDFGHJKL?!?!"

Serius.

Ini Bakugo ngomong sampai muncrat-muncrat, kasihan tau Todoroki kena--

SEJAK KAPAN TODOROKI PAKEK PAYUNG?!

"[Name]-san?" Aku berbalik, ku lihat si hijau kesayanganku memandang wajahku khawatir.

Aww :'(

"[Name]-san baik-baik saja? Orang itu melakukan apa padamu? Kamu luka? Kenapa tanganmu merah? Kita langsung ke rumah sakit ya habis ini?" Midoriya terus menghujaniku dengan banyak pertanyaan, matanya khawatir sekali, seolah-olah aku abis di apain.

"I-iya gapapa, hehehe" Sambil nyengir, aku mengelus tengkukku, duh gemes banget manusia ini, benar-benar harus di lindungi.

"Syukurlah" Dia tersenyum manis, sampai-sampai suara Bakugo yang lagi bersabdah tidak ku dengar lagi karna salfok sama senyuman Midoriya.

"Iya, makas---"

"DEKU! KAU JUGA INGIN CURI-CURI KESEMPATAN?! KAU SAMA SAJA SEPERTI SI *pipp* ITU!"

Sumpah ini Bakugo ngeselinnya sampai ke DNA.

"Heh! Kalo ngomong gak usah pakek kuah napa?!" Aku menabok kepala Bakugo, dia langsung menoleh kesal sambil melotot tidak terima.

"HAHH?! KAU JUGA BARU SAJA DI CULIK DIAM SAJA, KAU TIDAK TAHU HAH REPOTNYA KAMI MENCARI MU?"

"Enggak lah, aku kan tidak ikut"

"YA SUDAH TIDAK USAH BANYAK KOMENTAR!"

"Lah?! Begitu sikapmu saat bertemu denganku lagi? Aku ini barusan di culik loh?!"

"KAU TIDAK TAHU?!" Bakugo makin ngegas, kali ini dia menunjuk-nunjuk wajahku kesal.

"APA?!" Aku balas ngegas saking emosinya.

"AKU KHAWATIR BEGO!!'

"...oya?" Aku menaikkan satu alisku.

"...." Dan Bakugo malah diem.

"Uwoh, Bakugo kamu khawatir denganku? Wahhh" Sekarang aku malah mencolek lengan Bakugo sambil tersenyum mengejek.

Bakugo mendecak kesal lalu membuang wajahnya, sementara aku terus menggangunya, Midoriya tertawa pelan menatap kami, dan Todoroki cuma diam sambil menatap kami.

"Hahh, pokonya aku senang sekali loh, kalian datang meksi agak telat..." Mereka bertiga menatapku, kayaknya agak merasa bersalah saat aku bilang mereka agak telat.

"Tapi setidaknya kalian belum telat sekali, om itu belum sempat menggantungkan aku di gunung berapi" Aku menunjuk si om yang masih di dalam esnya Todoroki, kemudian kembali menatap mereka.

"Jadi, intinnya, aku berterima kasih kepada kalian, hehehe"

Dannnn.

Mereka bertiga memelukku.

Iya.

Bakugo juga :')

Tapi agak gengsi sih, hahahaha.

"Hiks, makasih loh, hiks, se-serius, hikss..." Air mataku mulai jatuh.

"Eh?! [Na-name]-san kenapa menangis?! Midoriya gelagapan sendiri, dia jadi panik.

"[Name]? Kenapa?" Todoroki menatapku lembut.

"O-oi? Cebol? Kau cengeng sekali?! Kau kenapa hah?!" Kata Bakugo sambil menepuk bahuku.

Aku menghapus air mata dari pinggir mataku lalu menatap Bakugo.

"Ka-kau..."

"Hm?"

"KAU MENGINJAK KAKIKU BEGOOO!!!"

Bakugo langsung menyingkirkan kakinya kaget.

Todoroki menatap Bakugo tak suka, dia melihat ke arah kakiku, lalu tersadar.

Dia juga nginjek kakiku :'(

"Ma-maaf!"

Aku lalu menggenggam tangan Midoriya sambil menatap dua manusia itu kesal.

"Huh! Memang cuma Midoriya saja yang akan selalu menjagaku!"

"A-anoo... [Name]-san..."

"Midoriya, lepaskan tangan [Name]"

"DEEEKKUUUUUUU!!"

Hahhh...

Indahnya keributan.

---

Ulalala ;)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top