17. Terculik
[Name] POV
Jadi gini.
Diriku ini bukannya suka menghina orang lain atau apa.
Tapi heran aja gitu.
Kok ada aja sih orang-orang yang mukanya itu minta di hina?
Kayak om buluk ini.
Datang-datang ngancurin tembok rumah orang, bikin pengeluaran jadi banyak, terus udah sok-sok kuat, eh tau-tau oleng juga waktu di ledakin Bakugo.
Emang ya dasar, selain mukanya kayak orang susah, ternyata mukanya juga hujatable.
Coba kayak Todo yang punggungnya sandarable :')
Duh.
"Bocah sialan, kenapa kau menyerang dari belakang?!" Bentaknya.
Bakugo menyeringai.
Tanpa menjawab, Bakugo kembali menyerang, kali ini di ikuti Todoroki di belakangnya.
Om itu sepertinya agak kewalahan, apa lagi karna Bakugo terus menyerang tanpa jeda dan Todoroki yang membantu melindungi Bakugo dari berlian-berlian yang di keluarkan om itu.
"KALIAN---"
Hooh, ngamok kan.
Tiba-tiba seluruh badan om itu berubah menjadi berlian, dan sepertinya kemampuan bertahannya bertambah, karna saat Bakugo menyerangnya, dia tidak goyah sedikitpun.
"[Name]-san, tunggu di sini, aku harus membantu mereka" Kata Midoriya, cowok hijau itu segera meninggalkan aku dan berlari ke arah om tadi.
Brak!
Bakugo kembali terlempar, kali ini sampai nyantol di atap rumahku.
Haduh pengeluaran :'(
Midoriya mulai geram, cowok hijau kesayanganku itu mendekat dengan cepat dan menghajar habis-habisan si om, tentunya di balas, namun saat ingin meninju balik, es Todoroki langsung menghalangi si om.
"Kau kira es lemah kayak begini bisa menahanku?"
Kemudian om itu kembali meninju es Todoroki hingga hancur dan berserakan ke mana-mana, setelah itu dia kembali mengincar Midoriya dan menghantam keras pipi Midoriya.
Asem.
Om kamu apain uke--, maksudku, kamu apain temenya Todoroki?!
Wahhh.
Gak bisa di terima.
Aku segera mengambil ponselku, hendak menelfon polisi, tak lupa mataku juga melihat sekeliling, ini kok gak ada satupun hero yang lewat sih?
Lagi cuti bersama atau gimana?
"Hallo--"
"PAK TOLONG PAK, ADA YANG GELUD DEPAN RUMAH SAYA"
"Tenang dek, di mana alamat kamu? Supaya kami segera ke sana"
"ANU RUMAH SAJA DI JALAN SENDIRI SUDAH BIASA PERUMAHAN DURIAN RUNTUH"
"Oke kami menuju ke sana, kalo bisa tolong sambil kamu jelaskan keadaan di rumah kamu"
"Oohh, rumah saya yang paling besar om"
"...keadaan dek, bukan ciri-ciri rumah kamu"
"Eh maap, anu, mereka lagi berantem om, seru banget baku hantamnya, sampai--- ITU TODOROKI KOK KELEMPAR KE SINI?!"
BRUK!
Duhh...
Gegara mas Soto tetiba melayang ke arahku dan akhirnya jatuh mengenaiku, ponselku kelempar dan gak tau gimana nasipnya sekarang.
Kampret.
Hari ini rugi terus aku.
Udah gitu ini posisinya kok gak ada elit-elitnya ya?
KOK BISA TODOROKI JATUHNYA PAS BANGET GITU DUDUK DI ATAS PERUT AKU?!
"Aduh, mas, minggir dong, kamu berat" Tanganku memukul-mukul punggung Todoroki, cowok itu segera berdiri dengan cepat dan membantuku untuk duduk.
Yakin deh, ini bikin berat pasti rasa bencinya dia sama bapaknya, berat parah.
"Maaf, aku tidak sempat menghindar" Todoroki menunduk meminta maaf, aku tertawa santai sambil mengibaskan tanganku.
"Gapapa kok"
Iya, kalo yang jatuh Bakugo baru masalah.
"Sekali lagi maa---"
"KAU LENGAH ANAK MUDA!"
BUAGH!
Todoroki kembali terlempar, kali ini menabrak tiang listrik di sebelah, aku melihat ke depan, gawat, om itu sudah menumbangkan Midoriya dan Bakugo juga.
Sialan.
Mau banget aku hajar itu om berlian, sayangnya kalo aku pukul bukannya dia kesakitan yang ada tulang aku yang keropos.
Lalu om itu tersenyum jahat, dia mendekati aku dan mengangkatku dengan mudahnya di atas bahunya seperti karung semen.
Oh tidak, ini penculikan :'(
"Turunin gak om! Saya sudah telfon polisi loh!" Ancamku, om itu malahan kembali tersenyum lebih lebar.
"Bagus, kalau begitu kita pergi sebelum polisi-polisi itu datang" Setelah itu om ini berlari dengan cepat sambil membawaku yang terayun-ayun di bahunya.
Duh mual.
Omnya bau ketek.
"Lepasin om, om bau asem!" Aku memberontak, namun om ini kayaknya conge makanya gak dengar.
Aku melihat ke arah Todoroki en de geng, duh, itu mereka udah terkapar semua.
Ini pakpol mana sih?!
Heran deh, kagak ada gercep-gercepnya sama sekali.
"Kau diam saja nona" Kata om itu, hah enak saja, aku tidak akan diam!
"Diam? Hah, tidak ak---"
Bugh!
Aku merasakan tengkukku di pukul, hingga pandanganku mulai mengabur dan menjadi gelap.
Inginku memaki :'(
---
Author POV
Setelah itu, datang juga para polisi, mereka segera memeriksa Midoriya, Todoroki dan Bakugo, mereka di bawa ke rumah sakit.
Bukan luka berat, namun cukup untuk membuat mereka tak bisa keluar rumah sakit selama dua hari.
Polisi juga mengecek keadaan rumah dan meminta keterangan saksi.
Seling satu jam kemudian, Bakugo sudah sadar, doi langsung ngamuk.
"KALIAN MEMBIARKAN SI BANTET ITU DI CULIK?!" Bakugo mencengkeram dan menarik kuat kerah baju petugas polisi, astaga, ga boleh gitu sama orang tua.
Dasar ga ada akhlak.
Bakugo lalu semakin marah, dia mengancam akan melempar kepala polisi dari atas gedung jika mereka tidak menemukan [Name].
Yah emosi dong.
Masa masa depannya di culik?!
Eh.
"Tenang dulu nak, bagaimana kami bisa mencarinya jika kau saja susah sekali untuk kami ajak diskusi?" Pakpol menahan tangan Bakugo, heran dengan tingkah laku barbar manusia satu ini.
Akhirnya setelah Bakugo udah agak tenang namun masih suka ngegas, mereka bertanya-tanya kepada Bakugo, seperti ciri-ciri pelaku dan korban, kenapa mereka bisa di serang, dan lainnya.
Maka di mulailah pencarian, meski belum dua puluh empat karena ini penculikan yang ada saksinya dan karna Bakugo udah emosi parah.
Beberapa jam kemudian, Todoroki dan Midoriya juga sudah sadar, tentu mereka kaget saat mendengar kalau [Name] di culik, bahkan Todoroki langsung narik selang infusnya dan hendak keluar mencari [Name], namun dia segera di tahan para perawat.
Gelisah, takut, merasa bersalah, semua jadi satu kayak es campur.
"Kalian jangan terlalu memikirkan ini, takutnya itu malah semakin menghambat penyembuhan kalian" Seorang dokter menasehati mereka.
"Tapi bagaimana kalau [Name]-san di sakiti? Bagaimana kalau dia tidak di kasih makan, bagaimana kalau dia di sekap di tempat yang gak ada ACnya? Bagaimana kalau---"
"Heh di bilang jangan fikiran!" Sang dokter jadi greget sendiri.
"Dia benar, bagaimana kalau semua hal itu terjadi? Kau bisa menjamin keselamatan [Name]?" Kini mas Todo ikut protes.
Bakugo?
Doi lagi di ikat di ruang isolasi, soalnya dari tadi ngancam terus mau ledakin ini rumah sakit.
"Aku tahu kalian khawatir, tapi serahkan saja pencarian ini kepada polisi dan pro hero lainnya, sekarang kalian harus cepat sembuh agar bisa membantu, kan?" Nasehat sang dokter lagi.
Midoriya dan Todoroki mengangguk.
Benar juga.
Dokter itu tersenyum, dia hendak berbicara lagi namun di sela oleh suster yang tiba-tiba datang.
"Dokter Nata!" Panggilnya.
"Ya?"
"Pasien yang di ikat di ruang isolasi mengamuk dok"
"Anak itu kenapa sih?!"
Dokter dan suster itu langsung pergi, segera menuju ruangan isolasi tempat Bakugo di taro.
Dih, dasar bom berjalan.
Sementara Todoroki dan Midoriya sudah kembali merebahkan tubuh mereka, sibuk dengan pikiran masing-masing.
Intinya adalah.
Mereka harus segera sembuh dan menemukan [Name].
---
Ini Bakugo udah kayak pasien rumah sakit jiwa masa :'(
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top