16. Tembok Oh Tembok
"DASAR KALIAN TIDAK BERGUNA!"
Bruk
Brak
Dua orang yang sudah terkulai lemas hanya bisa pasrah saat atasan mereka dengan brutal melempar tubuh kedua orang itu dengan mudahnya.
"Menangkap anak kecil tanpa quirk saja tidak bisa? Bodoh sekali kalian ini"
Awokawokawok.
Wah dia gak tau gengs.
Emang si sultan hobi gratisan itu ga punya quirk, tapi doi ada penjaganya.
Ada yang imoet tapi kuad.
Ada yang dingin tapi perhatian.
Ada yang kasar tapi...
Uh...
Bentar, sisi baiknya apa?
Heum.
Skip ya.
"Tapi boss, gadis itu tidak pernah sendiri, selalu ada tiga bocah aneh yang terus bersama dengannya!" Bela di cewek terbang, duh dia gak bisa di kasarin gini, boss tai emang.
Duhh.
Ayo laporin ke komnas wanita, supaya di tahan tuh, kekerasan pada wanita, ckckck.
"Halah kalian saja yang gak becus, lawan bocah saja gak bisa"
"Boss coba saja sendiri lawan mereka!"
Hayoloh.
Dasar mulut lemes :'(
Si cewek langsung tiba-tiba hilang.
Iya.
Hilang.
"Ju-juleha?" Temen penjahatnya jadi heran, loh perasaan tadi itu cewek ada di sebelahnya deh.
"Hah, baiklah aku akan kesana sendiri, biar aku lihat betapa hebatnya penjaga gadis quirkless itu" Kemudian seketika, boss penjahat tadi langsung ikutan hilang.
Nah.
Sisa sendiri deh ini manusia palu.
Haduh kasian kamu Wawan.
Sini deh, ada yang paduan suara, kamu bantuin jadi palunya :'(
---
"Udah jangan brantem! Nanti rumahku hancur! Kaliam kira gampang bangun rumah gede kayak begini hah?!" Tegur [Name] sambil narik Bakugo, nanti mas Todo biar bebeb Midor yang urus.
Mereka lalu menatap [Name].
"Duh iya tau aku segitu cantik, baik hati, mempesona, imut, menggemaskan, manis, penuh karisma, pelukable, seksi, lucu dan rajin menabung juga beribadah, tapi kalian tetep ga boleh rebutin aku dong"
Hemmmzz.
Bakugo sedang berusaha untuk tidak menabok [Name] saat ini.
Sayang sih :')
Selamat kamu [Name].
"Cih, pede sekali kau sialan" Bakugo memutar matanya bosan, cowok itu kemudian duduk di sofa dengan kasar, wajahnya dia palingkan agar tak melihat wajah Todoroki.
Mungkin dia takut doki-doki //gakk
"Ouh pede lah, emang fakta tanpa rekayasa tuh" Balasnya sambil mengibaskan rambutnya ala-ala duta shampo, dih, anak siapa sih ini.
Can you hear my heartbeat?
Tired of feeling never enough
I close---
Ponselnya [Name] berbunyi, tanda ada panggilan masuk, segera gadis itu mengangkat panggilan masuk sambil melihat nama kontak.
"Halo selamat siang pa! Wah kenapa nih nelfon, mau nanya oleh-oleh ya?" Celetuk [Name] semangat, dih dasar.
"Bukannya tanya kabar malah minta oleh-oleh kamu, dasar ya, tapi iya memang sih papa mau tanya itu, kamu mau di bawaiin apa?" Balas papanya dari sebelah sana.
"Hem... Cemilan aja pa, jenis dan merek apa aja asal dua troli, kurang gak boleh, lebih boleh banget" Definisi ga tau diri kayak gini bukan sih?
"Makan teros kamu, dikit lagi melar tuh kayak mama kam--"
"Siapa yang melar?!"
Waduh, ada suara emak nih.
"Eh anu, bukan gitu ma, maksud papa---"
"Ga ada alesan! Nanti malam kamu tidur teras!"
"Yah jangan gitu dong ma, mama biar melar juga tetap can---"
"Oh jadi mama beneran melar heh?"
"Bukan gitu sayang, kamu jangan galak-galak git---"
"Ohhh melar dan galak?! Kamu tidur di halaman!"
"Lah ma?! Janga---"
Pipppppp
"..."
[Name] speechless, ada-ada saja kelakuan orang tuanya, duh, jadi ga heran anaknya begini.
Gadis itu lalu melirik ketiga pemuda yang sedang menatapnya.
"Em sepertinya orang tuaku akan balik besok, jadi kalian tidak perlalu terus mengawasiku" Kata [Name] sambil kembali mengantongi hp ipon sebelasnya.
"[Name]-san yakin?"
"Iya Midorku, aman kok"
Heleh gombal tros.
Kan Midoriya beneran baper :'(
"Yaudah sana pulang kalian, aku mau beres-beres, yah kecuali kalian mau bantu sih aku rapopo"
"Sialan, kau kira aku babumu?!"
"Bukan sih, tapi kalo mau daftar boleh kok"
"Kau---"
BRAK
Tidak-tidak, itu bukan ulah Bakugo.
Suara itu bersal dari tembok rumah [Name] yang kini bolong akibat di tabrak sesuatu.
Ada seseorang di sana, seorang pria berbadan besar dan mengerikan.
[Name] menepuk jidatnya, jengkel dengan para penjahat yang tak ada habisnya ini.
"HEH OM! GIMANA SIH?! KENAPA LEWAT TEMBOK KALO ADA PINTU?!"
Apa kata orang tuanya kalo pulang-pulang tembok rumahnya udah hancur?
Duh, bisa-bisa [Name] di tenggelemin mamanya, Quirk pengendali air itu bahaya kalo berada di ibu galak kayak mamanya, bisa tsunami dadakan.
"Memangnya itu penting, bocah?" Balas orang itu songong, [Name] makin jengkel.
"Om ini manusia apa umbi-umbian? Kok pakek pintu saja tak tahu?"
[Name] malah mancing amarah orang, eh tapi dia juga marah loh, enak aja main masuk lewat tembok, padahal itu ada pintu di sebelah.
Tak berminat membalas perkataan [Name], om itu langsung menerjangnya, oh namun tentu di tahan oleh tiga pengawalnya.
Tak semua itu Antonio.
"Siapa kau kakek tua?!" Sambil berdiri di depan [Name], Bakugo menatap tajam ke arah om tadi, enak saja mau melukai pujaan hatinya.
Om itu menyeringai.
"Mana sopan santunmu pada orang tua nak?"
BRAK!
Dengan mudahnya dia menghempaskan Bakugo hingga cowok itu menabrak dinding hingga retak.
[Name] semakin memaki dalam hati, bukan kasihan sama Bakugo, dia kasihan sama nasip rumahnya.
"Ugghhh..." Bakugo berusaha bangkit, pukulan orang itu lumayan keras, bisa dia rasakan kepalanya berdenyut keras.
"Midoriya, kau bawa [Name], aku dan Bakugo akan menahannya" Perintah Todoroki, tangannya sudah mulai mengeluarkan es, membuat suasana dingin.
Orang di depannya ini tersenyum tipis, seolah-olah Todoroki bukan tandingan untuknya.
"Kau anak pahlawan kedua itu ya? Mari kita lihat sehebat apa kau" Setelah mengucapkan itu, tangan om tadi berubah menjadi berlian.
[Name] langsung salfok.
Lalu dia berteriak...
"AYO TODO! KALAHKAN DIA LALU KITA AMBIL TANGANNYA!"
Iya.
[Name] rencana mau ambil itu tangan, jual, dapat duit, pakek benerin temboknya, mayan sisanya bisa di simpan.
Om itu melirik [Name], kemudian kembali fokus pada Todoroki.
Es Todoroki langsung menyambar om itu, namun dalam sekali pukul, es itu seketika hancur.
"Lemah"
Om itu melesat dengan cepat, menghajar Todoroki hingga ikutan join menabrak Bakugo, hingga mereka bersama meringis di pojokan tembok karena saling bertubrukan.
Bakugo kesel, baru juga dia bisa bangkit, ini manusia ikutan nimbrung di tembok bareng dia.
"Oi setengah-setengah! Minggir!" Bakugo mendorong Todoroki hingga terjatuh, mereka lalu malah saling menatap tajam.
Heh rukun dulu napa.
Sisalah Midoriya, dia sudah berdiri kokoh di depan [Name], tak akan membiarkan om itu maju menyentuh [Name].
"Sebaiknya kau minggir" Ancamnya.
"Tidak akan" Balas Midoriya.
WHUS
Om itu maju dengan cepat, dia menghindari Midoriya, dan malah mengincar [Name].
Namun jangan saingi Midoriya dalam hal kecepatan.
Kini Midoriya lebih diluan menggapai [Name], dia membawa gadis itu keluar dari rumah, bahaya bila mereka lanjutkan di dalam bagunan, bisa saja atapnya roboh.
Brak!
Lagi-lagi dinding rumah [Name] di hancurkan, gadis itu mendengus sebal.
"OM UTANG BANYAK LOH DI SAYA" Teriak [Name] sambil sembunyi di belakang Midoriya.
"Kalau kau mau ikut denganku, akan aku berikan uang gantinya" Balas Om itu sambil menatap [Name].
"Heleh, di lihat dari muka aja udah jelas muka om itu muka orang susah" [Name] meledek sambil menjulurkan lidahnya.
Emang [Name] itu suka banget macing emosi.
"KAU---"
"Eh om jangan marah dong, saya kan cuma bercanda" Kini gadis itu mengibas-ngibaskan tangannya santai.
"Kau cari masalah ya bocah?!"
"Enggak om, gak ada teman saya yang namanya masalah, tapi yang bermasalah banyak kok, itu ada Bakugo contohnya" Tunjuknya kebelakang om itu.
Iya.
Ada Bakugo udah siap menyerang om itu dengan Todoroki dari belakang.
"SHINEEEEE!!!"
BOOOM!
---
Hai hai.
Disini ada beberapa yang Nata ubah sering berjalannya book ini.
Kayak orang tua [Name], awalnya sih di panggil Kaa-san dan Tou-san tapi Nata ganti jadi mama papa.
Suka aja sih, wkwkwk.
Babay, salam manis bebeb Midor yang gemes sampe Nata ga tega bikin dia di gebukin.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top