11. Es Krim Dan Sekolah

Author POV

Kamu jadi kepikiran...

Kenapa selalu banyak penjahat yang mengejarmu? Kaurasa kalau alasannya karna kau ini anak mantan prohero yang dulu bisa di bilang lumayan tenar tapi kan tidak mungkin sampai segininya...

Lalu mereka lebih terlihat ingin menculikmu dari pada membunuhmu, apa untungnya coba? Asal mereka tahu menculikmu tak akan membawa keuntungan...

Jika mereka berani menculikmu... Yah kau takut markas mereka akan kena tsunami mendadak karna Kaa-sanmu.

"Hah... Lalu karna apa ya? Jangan-jangan aku punya Quirk rahasia yang sangat hebat! Dan ternyata Tou-san dan Kaa-san bukan orang tua asliku?! Atau lebih parahnya lagi aku ini punya kantong ajaib---"

Bletak!

"Baka! Kau jangan mikir aneh-aneh"
Bakugo menjitakmu, ah kau lupa mereka kini tinggal bersamamu, sialan kau harus menghentikan kebiasaan ngomong sendirimu.

"Huh... Kan kita tak tahu..."
Ah sudalah... Ngapain kau pikirin? Nanti juga akan terungkap dari chapter demi chapter.

Kan kan kan?

"Huh bosan..."

"Mau jalan-jalan keluar?"
-Todoroki

"Gak ah, mager"

"Ka-kalau gitu main PS?"
-Midoriya

"Gak ah, mager"

"Belajar?"
-Todoroki

"Gak ah, males mikir"

"Nonton...?"
-Midoriya

"Gak ah, males duduk"

"SUMPAH GREGET AS*HOLE! APA-APA GA MAO, GA USAH NAPAS SEKALIAN"
-Bakugo naik darah 2k18

"Gak ah, males mati"

Akhirnya Bakugo, Todoroki, dan Midoriya hanya bisa pasrah ngelus dada [Nam]--- dada mereka masing-masing.

Haduh...

Untung sayang :3

---

"Todoroki~"

"Ya?"

"Panas"

"Lalu?"

[Name] menghela napas lalu menarik tangan kanan Todoroki dan meletakkannya di dahinya, seketika wajahnya berubah adem, berbeda dengan wajah Todoroki yang terkejut kemudian menutup wajahnya menggunakan tangan kirinya, omaigat, ada asap keluar dari kepalanya pemirsah.

"[Name]---"
Todoroki mau narik tangannya, tapi apa daya? Dia juga suka :'(

Bakugo yang melihat itu, langsung masang tampang garang, dia berjalan mendekati kalian berdua, Midoriya dengan sigap langsung menahan Bakugo, sebenarnya Midoriya juga gak like lihatnya, tapi pas lihat wajah [Name] yang kayak abis ke surga... Ga tega dianya.

"Jangan menghalangiku! Deku sialan!" Bakugo menarik kerah baju Midoriya, Midoriya sudah menggeleng sambil memegang tangan Bakugo yang menarik kerah bajunya kuat, jan kasar-kasar sama bebebku Bakugu, ntar aku buat kamu susah mulu di sini.

"Bu-bukan begitu, tapi [Name]-san sedang kepanasan..." Balas Midoriya takut-takut, Bakugo mendecih lalu melepaskan tangannya dari kerah baju Midoriya, dia berjalan ke dapur dan... Ntalah dia ngapain di sana.

Tak lama Bakugo kembali, dengan sebuah nampan berisi empat batang es krim di sana, nyolong di mana dia?

"Eh eh! Itu es ktrim di kulkasku ya?!" [Name] gak terima, itu sengaja dia simpan mau di nikmati sendiri malah di ambil Bakugo tanpa tanya yang punya terlebi dahulu, dasar tamu gak tahu diri.

"Kenapa? Masalah heh?!"
Mungkin efek cemburu, keseraman wajah Bakugo naik seratus delapan puluh derajat, [Name] yang mau marah langsung nunduk, ga jadi deh, Bakugo lagi sensitif, takut di ledakin.

"Nih"
Es krim tadi langsung di sodorkan Bakugo tepat di wajah [Name], ahh Bakugo... Mungkin karna gak bisa kayak Todoroki dia mau romantis dengan caranya sendiri, wkwkwk :v

"Yayaya tak usah kau kasih juga aku akan mengambilnya sendiri" [Name] msngambil es krim itu dari Bakugo, membuka bungkusnya dan mulai memakan es krimnya sendiri, begitu juga yang lain, yah padahal Bakugo gak nawarin untuk Todoroki ataupun Midoriya, tapi yah... Ngapain coba dia ambil empat kalau bukan untuk mereka, ga mungkin banget Bakugo mau nawarin ke Midoriya apa lagi Todoroki, mendingan mereka peka aja deh, Bakugo dah ngode kok.

"Ngomong-ngomong, kalian tidak sekolah?" Tanya [Name], Midoriya menggeleng.

"Tidak [Name]-san, kami di liburkan untuk seminggu, kurasa guru-guru sedang rapat penting"

"Ohh..."

"[Name]-san sendiri juga tak ke sekolah?"

"Tidak, aku bosan sekolah"

"Uhuk uhuk---"
Bakugo langsung keselek esnya sendiri, kaget banget ya mas.

"Ka-kau serius?!"
Bakugo melotot tak percaya, [Name] mendekap mulunya sendiri, merasa geli dengan reaksi Bakugo, yang benar saja, dia percaya?

"Tidak lah! Astaga... Kau kira aku beneran bosan sekolah? Hei! Aku sadar diri, setidaknya meski aku tidak bisa jadi hero setidaknya otakku bisa ku gunakan untuk mencari pekerjaan yang tak memerlukan Quirk"
Jelas [Name] santai sambil menggigit es krimnya, Bakugo menghela napas, kirain si calon masa depan mau langsung nikah //slap.

"Lalu kenapa tidak sekolah?"
Kini giliran Todoroki bertanya, [Name] berpikir sebentar lalu menjawab.

"Entalah, kami cuma di beri tahu hari ini libur" [Name] bersekolah di sekolah khusus, di sana semua siswanya tidak memiliki Quirk  bahkan guru-gurunya, tapi jangan salah sangka, semua siswa di sekolahnya memiliki kepintaran di atas rata-rata, mereka yang lulus biasanya jadi anggota militer, detektif, atau bekerja di kantor-kantor besar lainnya.

"Sekolahmu itu... Berbeda dari sekolah pahlawan kan?"
-Bakugo

[Name] menganguk, tentu saja berbeda.

"Yup! Sekolahku seperti sekolah saat belum ada Quirk, kami tak belajar cara menyelamatkan orang seperti kalian, kami malah di ajarkan cara menyelamatkan diri sendiri, dan kami di ajarkan tentang sekolah kalian! Aneh kan? Sekolah yang mempelajari tentang sekolah, tapi kurasa itu masuk akal juga, jika lulus kami benar-benar tahu segalanya, asal usul sekolah pahlawan, apa saja di dalamnya, yah... Pokonya kami seperti mempelajari kalian luar dalam, aku sampai hapal nama kepala sekolah kalian dari pertama hingga sekarang" Midoriya terkagum-kagum, dia tak menyangka sekolah non-hero terdengar... Sangat hebat!

[Name] lalu menarin napas...

"Fyuhh... Capek juga cerita panjang lebar" Lalu mulai memakan es krimnya lagi, panas-panas emang enak makan yang dingin-dingin, yakan?

"[Name]-san!"

"Hm?"

"Ceritakan lebih banyak mengenai sekolahmu!"

"Emm... Tak ada yang menarik di sekolahku Midoriya, sekolah kalian jauh lebih seru dari sekolahku" Sebenarnya sih [Name] juga malas cerita, perbedaan sekolah mereka tuh banyak banget, sampe Bakugo jadi lembut sekalipun gak akan selesai.

"Ah.. Baiklah... Tak apa-apa" Wajah Midoriya terlihat kecewe.

'Aarrggg! Apa-apaan wajah itu?! Mana tega aku gak cerita kalo gini atuh' [Name] menghela napas, yah... Ini akan seperti mendongeng.

"Baiklah akan aku ceritakan... Sebagian saja ya" Saat [Name] mau bercerita, Midoriya bahkan Todoroki dan Bakugo sudah mendekat ke arahnya, [Name] merasa seperti akan mendongeng ke anak-anak saja.

"Hah... Di sekolahku, saat jam olahraga kami hanya olahraga seperti biasa, tak seperti kalian yang saling menguji Quirk masing-masing, kami belajar pelajaran umum, hanya saja ada tambahan yaitu seperti mempelajari sekolah-sekolah pahlawan, dan... Uh... Aku kurang suka yang ini, kami juga harus bisa bela diri, yang ini cukup menguras tenagaku" Yah mereka semua pasti sadar.

Hero tak selamanya selalu siap sedia, bagaimanapun mereka juga manusia, maka siswa di sekolah [Name] di wajibkan bisa bela diri, apapun itu, jika tak bisa akan segera di ajar oleh atlit-altli belah diri terkemuka.

"Dan para siswa di sekolah kami sudah terjamin akan kerja jika lulus nanti, jangan di tanya, aku malas jelasin, intinya kami sudah di bekali segudang ilmu, dan sekolah kami di jaga oleh militer-militer dan beberapa prohero, jangan tanya juga, aku juga tak tahu kenapa" Skatmak!

[Name] baru sadar itu sekarang!

Kenapa sekolahnya harus di jaga sedemikian rupa?

Jika alasannya hanya karna sekolah mereka bukan sekolah pahlawan, tak mungkin sebegininya, kenapa semua wajib bisa bela diri? Kalau tak bisa malah di ajar atlit profesional.

"Tunggu... Aku baru sadar sekolahku aneh" Gumam [Name], Midoriya dan lainnya bisa mendengarnya sih, tapi mereka memilih diam, mereka juga tak tahu apa-apa soal sekolah [Name].

"Seolah-olah... Sekolahku itu penting..." Oke, [Name] sebenarnya malas memikirkan ini, buat apa dia kepoin sekolahnya? Toh nanti lulus juga, tapi tetap saja, ada yang janggal dari keamanan sekolahnya, bahkan untuk sekolah biasa, kenapa perna masuk jejeran sekolah dengan keamanan tertinggi?

"Aku tak yakin jika alasannya hanya untuk melindungi murid-murid, para villain tak akan untung jika menyerang kami, hmm..."
Kembali memutar otaknya [Name] berusaha menggumpulkan semua keganjalan di sekolahnya.

'Penjagaan ketat, pekerjaan terjamin, beladiri, semua murid cerdas... Mempelajari sekolah pahlawan---!'

Ting!

Seakan-akan ada bola lampu di kepalanya [Name] berhasil menyimpulkan sesuatu.

"Baiklah... Kurasa aku tahu kenapa sekolahku begitu di jaga ketat"

"Kenapa?"
Tanya mereka bertiga berbarengan.

"Kami... Lebih berpengaruh untuk kedepannya nanti"

Seketika [Name] ingin pindah sekolah.

Secepatnya.

---

Hello?

Apa kabar?

Nata ganti judul nih, bagus gak?

Hehehe...

Nata ga tau ini lagi nulis apa :v

Sok sok tahu aja si [Name] padahal nanti ga ngejutin amat alasannya wkwkwk.

Btw Nata bingung nih, nama sekolah si [Name] bagusnya apa?

Ada saran?

Kuy komentar di...

Sini!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top