Bagian 1

Hana meletakkan pensil gambarnya keatas meja dengan helaan napas lega. Satu desain gaun pengantin sudah ia selesaikan. Ia merenggangkan otot-ototnya dengan menarik kedua tangannya keatas.

Gadis itu menoleh ke sampingnya lalu tersenyum tipis. Ada Namjoon yang tengah duduk bersila tidak jauh dari posisi duduknya sekarang. Kekasihnya itu, tampak asyik menulis sesuatu di buku catatan kecil yang selalu laki-laki itu bawa kemana saja. Mungkin, laki-laki itu tengah menulis lirik lagu.

Hana berdehem. "Joon Oppa," panggilnya pelan.

Namjoon hanya melirik sekilas. "Hm?" sahutnya dengan pandangannya tak lepas dari buku catatannya tersebut.

Hana mengubah sedikit posisi duduknya menjadi menghadap kekasihnya itu. "Kau ingat Minhyuk? Teman sekelasku dulu yang satu club dengan Hoseok," ucap gadis itu dengan antusias.

Namjoon tampak menghentikan kegiatan menulisnya. Ia mengangkat kepalanya, berpikir sejenak. "Hm... Ya... Aku ingat. Kenapa dengannya?" tanya nya terdengar sedikit antusias.

Hana tersenyum lebar. "Minggu depan ia akan menikah. Aku baru menerima undangannya tadi pagi. Kita berdua diundang," sahut gadis itu dengan senang.

Namjoon tampak menganggukkan kepalanya. "Oh, Iya. Aku juga sudah mendengar kabar itu dari Hoseok." ucapnya dengan senyum tipis.

Hana juga tampak ikut menganggukkan kepalanya. Mereka berdua kembali terdiam. Namjoon sudah kembali melanjutkan kegiatan menulisnya. Ia tidak menyadari jika Hana tengah memperhatikannya sekarang.

Hana kembali berdehem. "Lalu... Kita kapan menyu-"

"Hana-ya, sekarang jam berapa?" tiba-tiba Namjoon memotong perkataannya membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya.

Gadis itu melihat jam tangannya. "Jam 01.45 siang," sahutnya.

Namjoon tampak meringis. "Aish... Aku melupakan janjiku dengan Yoongi Hyung," gumamnya. Laki-laki itu langsung menutup buku catatatnya lalu memasukkan buku tersebut ke tas ranselnya.

Hana tampak menghela napas pelan. "Kau mau pergi lagi? Kemana?" tanya nya dengan raut wajah yang langsung terlihat tidak bersemangat.

Namjoon menoleh sebentar dari ranselnya untuk melihat wajah kekasihnya tersebut. "Ke studio. Aku memiliki janji untuk bertemu Yoongi Hyung jam 2 nanti." sahutnya dengan senyum khasnya.

Hana hanya ber"Oh"ria saja tanpa ingin bertanya lebih lanjut lagi. Jika, Namjoon bertemu dengan Yoongi sudah pasti itu masalah pekerjaan. Ia sudah hapal jika pertemuan mereka tersebut tidak bisa diganggu. Bahkan, Namjoon rela membatalkan kencan mereka hanya karena janjinya bersama Yoongi di studio. Keterlaluan bukan? Tapi, apa boleh buat. Percuma ia protes ataupun marah. Namjoon pasti akan mengulanginya lagi.

Namjoon sudah siap dengan ransel di punggungnya. Laki-laki itu bangkit dari tempat duduknya yang diikuti oleh Hana.

Namjoon mengusap sebentar rambut Hana lalu mengecup pelan bibir gadisnya tersebut. "Sayang aku berangkat. Hati-hati di rumah," ucapnya dengan senyum lebar hingga menunjukkan dimples manisnya tersebut.

Hana tersenyum tipis. "Iya... Hati-hati dijalan." sahutnya singkat.

Hana mengantar kekasihnya itu sampai pintu depan apartemen mereka. Ia baru meninggalkan pintu depan ketika punggung Namjoon sudah menghilang dibalik pintu.

Hana berjalan dengan gontai menuju ruang tengah apartemennya. Ia langsung menghempaskan bokongnya di sofa dengan helaan napas berat. Gadis itu mengambil sebuah undangan di sela buku sketsanya dengan wajah yang terlihat muram.

Hana menatap undangan berwarna merah maroon tersebut yang tengah ia pegang. "Lalu... Kapan kita menyusul mereka, Oppa?" gumamnya melanjutkan perkataannya yang sempat dipotong oleh Namjoon tadi.

Ia dan Namjoon sudah menjadi sepasang kekasih ketika mereka masih sama-sama menjadi mahasiswa. Jika dihitung-hitung mereka sudah menjalin hubungan selama 5 tahun. Hubungan mereka berdua juga sudah diketahui dan disetujui oleh kedua orangtua mereka. Seperti orangtua lainnya, orangtua Namjoon maupun Hana sudah mendesak mereka untuk cepat menikah.

Ya... Menikah. Demi Tuhan... Hana bahkan sudah mendengar berpuluh-puluh kali pertanyaan kapan menikah dari orangtunya selama satu bulan ini. Dan sepertinya Namjoon juga sama. Namun, laki-laki itu sama sekali tidak menaggapi pertanyaan tersebut. Pernah ditanggapi tapi hanya dijawab dengan kata "Nanti, sedang kami pikirkan".

Namjoon itu tidak peka. Itu adalah kesimpulan yang didapat Hana selama ini. Entah sudah berapa kali ia memberi kode secara terang-terangan bahwa ia sudah siap untuk menikah. Ia pernah mengajak kekasihnya itu untuk menghadiri fashion show gaun pengantin atau pameran dekorasi pernikahan dengan harapan laki-laki itu peka akan maksudnya. Namun, Namjoon malah tertidur di kursinya saat acara fashion show tersebut berlangsung dan menghancurkan satu pot bunga saat pameran dekorasi pernikahan membuat Hana saat itu mogok bicara selama seminggu dengan laki-laki Kim itu.

Tidak sampai disitu saja, Hana juga pernah beberapa kali mengajak Namjoon ke toko perlengkapan bayi saat mereka berbelanja keperluan bulanan. Hana berharap dengan Namjoon melihat perlengkapan bayi, pikiran laki-laki itu akan terbuka dan setidaknya kekasihnya itu mengeluarkan pertanyaan "kapan kita punya bayi, kau ingin kita memiliki anak berapa, atau kau ingin anak kita laki-laki atau perempuan yang lahir lebih dulu" seperti sepasang kekasih lainnya. Jika laki-laki itu bertanya seperti itu pasti ujung-ujungkan akan membahas pernikahan. Itu tujuan dan harapannya.

Namun, nihil. Namjoon malah salah fokus saat mereka di toko perlengkapan bayi. Laki-laki itu malah sibuk memilih boneka Super Mario yang berjejer di rak khusus boneka. Laki-laki itu mengatakan boneka itu untuk hadiah ulang tahun Seokjin sahabatnya. Hana hampir ingin berteriak saat itu. Bagaimana bisa Namjoon malah memikirkan Seokjin saat ia bersusah payah memberi kode?

-00-

Hari ini, Hana menghabiskan waktu makan siangnya bersama sahabatnya Park Sena disebuah restoran makanan cepat saji yang terletak tidak jauh dari rumah sakit tempat Sena bekerja. Mereka berdua sangat jarang bisa makan siang bersama-sama seperti ini karena kesibukan mereka masing-masing. Hana sibuk dengan butiknya dan Sena sibuk dengan pasien-pasiennya di UGD.

Sena harus merelakan waktu istirahat makan siang berharganya kali ini dengan mendengar keluh kesah Hana tentang Namjoon dan hubungan mereka. Ia dengan sabar mendengar curhatan sahabatnya itu, sekali-kali ia menenangkan Hana yang tampak tidak sadar saat mengeluarkan kekesalannya.

Hana mendesah berat. "Aku pikir Namjoon Oppa tidak serius denganku," akhirnya kata itu yang keluar dari mulut gadis itu.

Sena menghentikan kegiatan menyerumput jusnya ketika mendengar perkataan sahabatnya itu. "Ya! Jangan berpikir seperti itu. Jika ia tidak serius denganmu, mana mungkin hubungan kalian bertahan lama seperti ini," ucap gadis itu.

Hana membuang tatapannya ke arah jendela. "Tapi selama kami menjalin hubungan. Ia tidak pernah membicarakan tentang pernikahan bahkan saat orangtua kami sudah mendesak ia sama sekali tidak menanggapinya. Itu yang membuatku ragu akan keseriusannya, Sena-ya," keluh gadis itu dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Sena tampak menghela napas. Ini cukup rumit. "Mungkin ia belum siap, Hana-ya. Pernikahan itu kan perlu banyak pertimbangan. Coba kau tanyakan dengannya dengan baik-baik. Pasti Namjoon punya alasan dengan hal ini. Berpikirlah positif lebih dulu," ucapnya mencoba menghibur.

Hana kembali mendesah berat. "Tapi setidaknya ia memberiku kepastian, Sena-ya. Hubungan kami selama 5 tahun ini sama sekali tidak ada kemajuan, hanya itu-itu saja." keluhnya sekali lagi.

Sena tampak mengangguk-anggukkan kepalanya paham. Ia mengerti bagaimana perasaan sahabatnya tersebut. Hubungan Namjoon dan Hana bisa dikatakan cukup lama dan wajar jika Hana mempertanyakan kepastian hubungan mereka tersebut. Ia juga menyadari jika hubungan kedua sahabatnya itu tidak ada kemajuan sama sekali.

Yang bisa Sena lakukan sekarang hanya memberikan nasehat dan hiburan untuk sahabat baiknya itu tanpa membela satu diantara mereka. Ia tidak berani mengambil kesimpulan yang macam-macam.

Hana tampak mengacak-acak rambutnya frustasi. "Coba kau pikir, kami bahkan sudah tinggal bersama tapi hal itu tidak membuatnya berpikir untuk membawa hubungan ini ke jenjang yang lebih jauh. Astaga, aku bingung dengan jalan pikirannya," ucapnya gerah.

Sena tampak diam-diam memicingkan matanya curiga. "Hana-ya, kau sedang tidak hamilkan?" tanya nya tiba-tiba.

Hana tampak membulatkan matanya. "Mwo? Ya! Park Sena. Jangan berpikir yang aneh-aneh. Mana mungkin aku hamil," sahutnya dengan suara pelan.

Sena tersenyum miring. "Apanya yang tidak mungkin? Kaliankan sudah tinggal bersama dan dari cara mu yang ingin cepat menikah itu sudah membuat orang yang mendengarnya menjadi curiga," ucapnya tidak kalah pelan.

Hana menatap lurus sahabatnya itu. "Asal kau tahu selama ini Namjoon Oppa tidak pernah menyentuhku lebih dari sekedar ciuman," bisiknya dengan wajah cemberut.

Saat itu juga, Sena langsung tersedak air jus yang ia minum. "Mwo? Ya! Apa kau yakin ia normal?" pertanyaan itu langsung terlontar begitu saja dari mulutnya.

Hana tampak tidak suka dengan pertanyaan sahabatnya itu. "Tentu saja ia normal. Aku pernah melihat mi-" Hana tidak melanjutkan perkataannya, ia hampir keceplosan.

"Aish... Lupakan. Intinya ia normal," lanjutnya sambil mengibas-ngibas tangannya.

Sena menganggukkan kepalanya. Ia tahu, walaupun Namjoon sering mendapatkan julukan si Mesum oleh teman-temannya tapi sebenarnya Namjoon adalah seorang laki-laki yang baik-baik. "Iya... Terserah kau saja. Jadi, setelah ini sebaiknya kau selesaikan masalah ini. Ingat, tanyakan baik-baik padanya." ucap gadis itu dengan senyum simpul yang hanya di balas anggukan oleh Hana.

-00-

Nyatanya sampai sekarang Hana tidak memiliki nyali untuk bertanya pada Namjoon sesuai dengan saran Sena padanya beberapa hari yang lalu. Saat ia ingin bertanya, nyalinya langsung ciut. Jadi, sampai sekarang ia hanya memendam pertanyaan itu tanpa punya keberanian untuk bertanya pada kekasihnya tersebut.

Pagi ini, seperti biasanya Hana akan bersiap-siap untuk ke butiknya. Hari ini ia akan datang lebih awal ke butik yang baru ia buka resmi sekitar setahun ini karena ia memiliki janji dengan salah satu pelanggannya yang akan melakukan fitting baju pengantin hari ini.

Hana tersenyum ketika ia merasa ada sepasang lengan yang tengah menelusup dipinggangnya dan memeluk pinggang rampingnya itu. "Ada apa, Oppa?" tanya gadis itu sambil merapikan leher bajunya.

Namjoon menopang dagunya dibahu Hana. Ia menatap pantulannya dan Hana di kaca besar depan mereka sekarang. Lebih tepatnya, ia kini tengah menatap wajah gadisnya itu dari pantulan kaca. Cantik... Itu adalah yang mendeskripsi bagaimana seorang Jeon Hana. Gadis itu memiliki kecantikan yang alami ditambah dengan ketrampilannya menggunankan segala macam alat make up membuat kecantikan gadis itu menjadi sangat sempurna.

Namjoon sering mendengar teman-temannya membicarakannya dengan nada bicara iri karena memiliki kekasih dengan rupa bak dewi. Ia cukup bangga dengan hal tersebut. Dari sekian gadis yang pernah ia dekati, menurut teman-temannya Hana lah yang paling cantik dan Namjoon juga mengiyakan pendapat teman-temannya tersebut. Sebenarnya, bukan hanya cantik saja. Hana adalah seorang gadis yang pekerja keras, penuh perhatian dan selama ini yang selalu sabar menghadapi semua keburukannya. Banyak nilai plus yang ia dapatkan dari seorang Jeon Hana membuat ia tidak berhenti untuk jatuh cinta pada gadis itu walaupun hubungan mereka tidak bisa dikatakan baru lagi.

"Oppa, kau melamun? Apa yang kau lamunkan?"

Pertanyaan Hana berhasil membuyarkan segala macam lamunan Namjoon. Laki-laki itu tampak mengerjap beberapa kali sebelum menjawab pertanyaan kekasihnya itu.

Namjoon tersenyum. "Tidak sayang. Tadi, aku hanya memikirkan sesuatu. Masalah pekerjaan," bohongnya.

Hana tampak menganggukkan kepalanya paham lalu melanjutkan kegiatan bercerminnya dengan Namjoon yang masih terlihat nyaman memeluknya dari belakang.

Namjoon mencium leher gadis itu lalu menghirup wangi sabun yang melekat dikulit mulus kekasihnya itu. "Sayang, nanti siang temani aku ke suatu tempat. Kau tidak memilik janji dengan pelanggankan nanti siang?" tanya nya.

Hana tampak berpikir sejenak. "Sepertinya tidak ada, Oppa. Kemana?" sahutnya.

Namjoon kembali menopang dagunya di bahu kekasihnya itu. "Ke toko perhiasan. Aku ingin mencari sesuatu disana." ucapnya tersenyum.

Mata Hana tiba-tiba langsung berbinar ketika Namjoon mengajaknya ke toko perhiasan. Apa ini sudah saatnya? Apa Namjoon akan melamarnya? Pertanyaan itu kini melayang-layang di otaknya membuat Hana dapat merasakan kini hatinya seketika menjadi berbunga-bunga.

Hana menganggukkan kepalanya dengan sangat antusias. Namjoon tampak tersenyum. "Oke... Nanti siang aku akan menjemputmu di butik." ucap laki-laki itu lalu mencium sekilas pipi kekasihnya tersebut sebelum keluar kamar.

-00-

Seperti yang dikatakan oleh Namjoon tadi pagi. Laki-laki itu memang menjemput Hana saat siang harinya. Hana tentu saja tidak bisa menghentikan senyumnya kali ini. Ini pertama kalinya, Namjoon mengajaknya ke toko perhiasan mengingat gaya pacaran mereka yang menganut ilmu hemat selama ini.

Namun, kebingungan mulai melanda gadis itu ketika Namjoon tidak membawanya berbelok ke arah toko perhiasan tapi ke toko aksesoris khusus laki-laki yang terletak di sebelah toko perhiasan.

"Kenapa kita kesini? Bukankah kita seharusnya ke toko perhiasan?" tanya Hana dengan kerutan didahinya.

Namjoon memperhatikan sekelilingnya. "Ini toko perhiasan juga kan namanya? Disini juga menjual perhiasan," sahutnya enteng.

Hana menghela napas untuk menenangkan dirinya. Jangan katakan kali ini ia salah paham lagi. "Tapi disini semua menjual perhiasan untuk laki-laki," ucapnya dengan penuh kebingungan.

Namjoon tersenyum. "Iya... Karena itu sayang, kita kesini memang mencari perhiasan untuk laki-laki. Aku ingin mencari piercing untuk adikmu Jungkook. Anak itu sudah menagihku dari minggu lalu," sahutnya sambil menunjuk beberapa piercing mahal yang berjejer di kaca etalase.

Hana tampak langsung menganga. "Jadi kita tidak ke toko sebelah? Kita tidak mencari cincin untukku?" tanya dengan pelan.

Namjoon mengangkat sebelah alisnya. "Kau ingin mencari cincin? Baiklah, setelah ini kita ke toko sebelah." sahutnya sambil mengusap pelan kepala kekasihnya itu.

Hana menutup matanya sejenak untuk menetralkan emosinya. Ia tiba-tiba menggeser tubuhnya menjauh ketika Namjoon ingin merangkulnya. Hal tersebut membuat laki-laki itu menatapnya bingung.

Hana membuang tatapannya kearah lain. "Tidak usah, Oppa. Setelah ini, kita langsung kembali saja. Aku masih banyak pekerjaan di butik," ucapnya ketus.

Namjoon kali ini benar-benar terlihat bingung. Namun, ia mencoba untuk tetap tersenyum. "Oke... Setelah ini kita langsung pulang." Sahutnya.

Hana beberapa kali mendengus secara diam-diam. Hebat sekali. Namjoon memberi sepasang piercing untuk Jungkook dengan harga yang lumayan fantastis. Jika dihitung-hitung harga piercing itu setara dengan uang saku Jungkook selama 4 bulan. Entah sebenarnya disini kekasihnya itu lebih menyayangi siapa, dirinya atau Jungkook adiknya. Seingat Hana, Jungkook sering mendapat hadiah dari Namjoon sedangkan ia paling hanya sebuket bunga mawar atau parfum. Dan parahnya... Ia menerima hadiah seperti itu terakhir setahun yang lalu. Sangat miris.

Namjoon sudah beberapa kali mengajaknya untuk berbicara tapi Hana mengacuhkannya. Ia ingin cepat-cepat turun dari mobil milik kekasihnya ini dan pergi agar ia tidak melihat wajah menjengkelkan milik Kim-Namjoon-sialan-yang-sayangnya-begitu-ia-cintai itu.

"Sayang, kau marah padaku?" itu suara Namjoon yang entah untuk keberapa kalinya.

"Tidak. Perhatikan saja jalan didepanmu. Aku ingin cepat sampai di butik," sahut Hana yang benar-benar ketus di telinga laki-laki itu.

"Hana-ya, katakan saja jika kau marah. Oke... Jika kau ingin cincin. Aku akan membelinya. Kita akan ke toko yang ingin kau kunjungi tadi," bujuk laki-laki itu.

"Demi Tuhan, Kim Namjoon. Sekarang, aku hanya ingin kembali ke butik. Aku tidak ingin cincin. Aku tidak ingin apapun darimu," teriak gadis itu dengan taraf kekesalan yang sudah tinggi.

"Jeon Hana, ada apa denganmu? Kau berteriak padaku? Woah," Namjoon menatap kekasihnya itu tidak percaya.

"Ya... Aku berteriak padamu. Puas?" sahut Hana sinis.

Namjoon langsung menghentikan mobilnya didepan butik gadis itu. "Kita sudah sampai," ucapnya pelan tanpa menatap Hana disebelahnya.

Hana melepas seltbeltnya dengan kasar. "Terima kasih." ucapnya pelan.

Namjoon menghela napas berat. "Hana-ya!" panggilnya. Namun, gadis itu dengan cepat membuka pintu mobil lalu keluar ketika menyadari Namjoon ingin berbicara lagi dengannya.

Hana melanjutkan langkahnya dengan menggigit bibirnya menahan sesuatu yang sejak tadi ingin tumpah dari kedua mata indahnya itu. Saat ia masuk semua karyawannya menyapanya yang hanya dibalas anggukan pelan oleh gadis itu.

Ia langsung masuk ke ruang kerjanya dan menguncinya. Hana melempar tasnya ke sembarang arah dan tangisnya langsung pecah. Tubuhnya langsung merosot kelantai. Ia sudah tidak peduli lagi dengan make up nya yang mulai luntur. Yang ingin ia lakukan sekarang adalah mengeluarkan semua kekecewaan dan kesedihannya yang ia pendam sendiri selama ini.

Ia sudah sangat bodoh karena selama ini selalu berharap pada sesuatu yang bahkan tak pernah dipedulikan oleh Namjoon. Saat ini, Hana merasa jika Namjoon tidak benar-benar serius dengan hubungan mereka. Laki-laki itu tidak pernah membahas tentang komitmen hubungan mereka. Selama ini, ia hanya berjuang sendiri.

Butuh 2 jam lebih bagi gadis itu untuk sekedar menghentikan tangisnya. Matanya membengkak dengan sempurna. Hana kini melangkahkan kakinya ke sebuah ruangan yang masih satu dengan ruang kerjanya tersebut. Ruangan tersebut tempat ia menyimpan koleksi gaun rancangannya yang hanya ia simpan tanpa berniat untuk menjualnya. Mungkin, ia akan memakainya sendiri nanti. Ia menatap sebuah gaun pengantin yang ia letakkan ditengah ruangan tersebut. Hana tersenyum miris melihat gaun yang baru ia selesaikan sekitar 5 bulan lalu tersebut.

Gaun pengantin itu adalah gaun pengantinnya. Hana merancang dan membuatnya sendiri bahkan ia menjahit sendiri gaunnya tersebut tanpa bantuan staf-stafnya. Ia hampir menghabiskan waktu sekitar satu tahun untuk menyelesaikan gaun pengantinnya tersebut karena ia membuatnya di sela-sela kesibukan pekerjaannya.

Hana membawa gaun tersebut ke ruang ganti dan memakainya. Namun, tiba-tiba tangisnya kembali terdengar. Gadis itu mulai terisak didepan kaca dengan gaun yang belum terpakai sempurna.

"Kenapa gaunnya tidak muat lagi? Eomma... Apa salahku sampai seperti ini?" ucap Hana sambil terisak.

Ya... Ternyata gaun pengantinnya tersebut tidak muat ditubuhnya. Sepertinya karena Hana beberapa bulan ini mengalami stres berat sehingga ia tidak bisa mengontrol pola makannya. Hal tersebut membuat berat badannya naik drastis. Jika sedang stres, Hana memang akan lebih banyak makan untuk menghilangkan stresnya tersebut dan pada akhirnya melupakan dietnya. Karena pada dasarnya, ia memiliki hobby makan.

-00-

Hana baru saja pulang ke apartemen saat esok paginya. Itu pun karena Seokjin menghubunginya, laki-laki itu mengatakan Namjoon banyak minum tadi malam. Jika membunuh orang bukanlah dosa, Hana mungkin sudah membunuh kekasihnya itu. Namjoon tidak berniat mencarinya saat ia tidak pulang ke apartemen bahkan menghubunginya pun tidak. Laki-laki itu malah sibuk minum-minum bersama teman-temannya di apartemen mereka dan membuat kekacauan.

Gadis itu memijit kepalanya ketika memasuki apartemennya bersama Namjoon tersebut. Ruang tengah dan dapur sudah seperti kapal pecah. Bahkan mungkin, kapal pecah lebih bagus sedikit daripada ruang tengah dan dapur mereka sekarang.

Hana terpaksa membersihkan ruang tengah dan dapur dengan cepat lalu menyiapkan sarapan untuk kekasihnya tersebut. Semarah-marahnya ia pada Namjoon, Hana tak akan tega membiarkan kekasihnya itu kelaparan. Namjoon tidak bisa membuat makanannya sendiri, laki-laki itu hanya bisa merebus air asal kalian ingin tahu.

Setelah menyelesaikan kegiatan bersih-bersihnya dan memasak sarapan. Hana membawa langkahnya ke kamar milik Namjoon yang berhadapan dengan kamarnya. Ya... Walaupun mereka tinggal bersama tapi mereka tidak tidur sekamar. Mereka berdua sepakat untuk tidak tidur sekamar, hanya tinggal serumah. Tidak ada yang lebih dari itu.

Saat Hana masuk kedalam kamar, suara gemericik dari kamar mandi terdengar. Ternyata, Namjoon sudah bangun dan kini sedang mandi. Gadis itu langsung membuka lemari pakaian Namjoon dan mengambil pakaian ganti untuk kekasihnya tersebut.

Ia meletakkan pakaian Namjoon di atas ranjang dan tanpa sengaja matanya melihat ponsel laki-laki itu yang tergeletak begitu saja di atas ranjang. Entah karena dorongan apa, Hana mengambil ponsel tersebut dan mengecek isinya.

Hana kini membuka aplikasi chat dan ia menemukan satu pesan yang tampaknya baru pagi ini masuk.

Dayoung Lee : "Oppa, pagi ini jam 10 kan? Aku menunggumu di The Min's Cafe."

Seseorang bernama Lee Dayoung mengirim pesan chat pada Namjoon dan hal yang membuat mata Hana melotot adalah orang tersebut menggunakan embel-embel Oppa.

Hana langsung melempar ponsel tersebut ke atas ranjang dengan hati yang sudah panas. Ia keluar dari kamar kekasihnya itu dengan mengepalkan tangannya. Sesak... Ya... Perasaannya tiba-tiba terasa sesak tanpa alasan.

Kini, Hana sudah berada di parkiran Min's Cafe dan benar saja mobil Namjoon sudah terparkir dengan rapi di sebelah mobilnya sekarang. Gadis itu tertawa sinis. Hal ini pernah ia lakukan saat 3 tahun yang lalu, saat Namjoon berselingkuh dengan salah satu juniornya di kampus. Jika kalian mengira Namjoon selama 5 tahun ini tidak pernah menghianati Hana, maka kalian salah. Namjoon pernah berselingkuh sekali dan jika laki-laki itu mengulangnya lagi kali ini. Maka Hana akan benar-benar membunuh kekasihnya tersebut.

Gadis itu keluar dari mobilnya dengan langkah tergesa-gesa. Sesampainya di cafe tersebut, Hana tidak langsung masuk. Ia lebih memilih megintip dari luar, mencari dimana tempat Namjoon duduk. Ia mendapatkannya dan hatinya langsung kembali panas ketika melihat kekasihnya itu tengah mengobrol dan tertawa bersama gadis lain. Jika boleh jujur, gadis itu cantik, berambut hitam panjang, berkulit putih susu dan bertubuh mungil.

Hana hanya berdiri mematung dengan pikiran yang sudah bercabang-cabang. Apa Namjoon kembali menghianatinya? Apa ini alasan laki-laki itu tidak pernah membahas tentang pernikahan dengannya?

"Hana-ya?"

Panggilan itu mengejutkan Hana yang ternyata sejak tadi berdiri melamun di depan cafe milik Min Yoongi tersebut. Ia mengenal suara itu, suara Namjoon.

Hana menoleh dan benar kini Namjoon tengah berdiri tidak jauh darinya dengan gadis yang ia lihat duduk bersama Namjoon tadi. Gadis itu mencoba memberi senyuman manisnya pada Hana namun bibirnya terlanjur kaku untuk membalas senyuman gadis itu.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya laki-laki itu dengan wajah yang tampak masih terkejut.

"Aku... Aku tidak sengaja lewat tadi. Kebetulan, aku memiliki janji dengan pelanggan disekitar sini," sahutnya dengan suara yang menahan tangis.

"Ah... Aku sudah terlambat. Aku permisi dulu." Lanjutnya lalu melenggang pergi dengan langkah lebar-lebar.

Hana tidak mengubris ketika Namjoon kembali memanggilnya. Ia setengah berlari menuju mobilnya dengan isakan pelan. Tanpa berpikir panjang ia langsung tancap gas meninggalkan kawasan cafe tersebut dengan hati yang sudah benar-benar hancur. Ia tahu sekarang apa alasan Namjoon. Ia sudah menemukan jawabannya. Dugaannya benar, Namjoon tidak benar-benar serius dengannya.

-TBC-

Gimana? Seru? Ngefeel? atau sebaliknya?

Jika respon kalian banyak sama FF ini, maka jika gak ada halangan besok malam Litmon bakal update Bagian endingnya. Kalau responnya kurang, Litmon akan menarik kembali FF ini. Litmon gak maksa buat kalian baca FF ini kok ^^ ini bagi yang minat aja dan penasaran gimana cerita pasangan rempong ini sebelum menikah. 

FF ini juga sebagai ganti FF Married by Accident yang masih belum bisa Litmon lanjutin. Ini bentuk permohonan maaf Litmon buat kalian. Mudahan kalian bisa maafin Litmon yang suka ngilang lama ini ya :'v

Sekian dari Litmon, bye-bye :'v

Bonus Pict Jeon Hana. Noonanya Jungkook :'v (litmon ngefan bgt sama ini noona2 #curhatbentar)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top