• | Day 1

Don't worry, I'll fix it!

Day 1 : Singing loudly together

Persona 5 © ATLUS
Amazakura Shion & this fanfiction © Cordisylum

Song lyric written in this fic : Burn My Dread by Kawamura Yumi
[You can hear the song in the multimedia if you want!]

_start_

"Apa yang terjadi?" Satu kalimat itu keluar secara spontan. Tepat ketika Amazakura Shion menatap satu persatu sosok penumpang mobil yang sama sepertinya. Terlebih pada Sakura Futaba, sebagaimana gadis itu duduk di sebelahnya. Sejak tadi, Shion dapat melihat bagaimana wajah itu tertekuk dengan pandangan sedih. Ada yang aneh. Suasana di sekitarnya menjadi tidak nyaman.

"Tidak ada apa-apa."

Siang itu, ia sama sekali tidak ada aktifitas apapun. Pekerjaan di Leblanc tidak menyapa pagi harinya mengingat di tanggal itu memang dinyatakan akan tutup seharian. Ia telah berbicara pada Sakura Sojiro--bos sekaligus manager Leblanc tersebut. Pada pukul satu siang, ia bersama Sojiro dan kedua anak lainnya akan berangkat ke suatu tempat. Refreshing, katanya. Sekali-kali jalan-jalan bersama agar pikiran anak-anak itu tidak sumpek. Itu yang dikatakan oleh Sojiro kepada Shion.

Anak-anak itu? Tentu saja Sakura Futaba dan Amamiya Ren.

Tapi kini, mereka berempat--plus Morgana dalam pangkuan Shion--telah sampai di dalam mobil. Penuh dengan kesunyian. Kendati telah menempuh perjalanan selama lima belas menit, tak ada satu kata tersuarakan diantara mereka. Hanya Shion, dan mungkin beberapa patah kata dari Sojiro yang menyuruhnya bergegas.

Gadis itu tidak mengerti. Padahal kemarin saat meninggalkan Leblanc, ia masih melihat ketiganya tampak baik-baik saja. Sekarang, segala kebahagiaan seolah-olah telah lenyap dari wajah mereka. Shion benar-benar ingin hengkang dari kursi duduknya dan meloncat ke pinggir jalan sekarang juga saking tidak tahannya.

"Biarkan aku bertanya, apa yang terjadi?" Pertanyaan itu sudah ia lontarkan untuk yang ketiga kalinya. Dan hebatnya, jawabannya selalu sama. Tanggapan itu seolah dengan menyebalkan dijejalkan ke dalam hatinya. Ketika ia memutuskan untuk kembali membuka mulutnya--menyuarakan pertanyaannya untuk yang keempat kalinya--pada kursi pengemudi tampak tangan menjulur. Meraih pada tombol pengeras volume radio yang tengah mendendangkan lagu entah apa.

"Kau terlalu khawatir," sang pengemudi kemudian berkata.

Sojiro dengan sengaja berusaha membungkamnya. Kalimat 'sudah-jangan-terlalu-dipikirkan' secara tak langsung tersiratkan. Itu yang dapat Shion simpulkan.

♪♬ Dreamless dorm ticking clock
I walk away from the soundless room ♬♪

Gadis itu mengembuskan napas panjang. Ia memikirkan kembali perkataan Sojiro kemarin. Ia ingin menghibur Ren dan Futaba. Tapi Shion tak tahu apa yang terjadi. Ia membayangkan dengan perjalanan seperti ini pikiran Ren maupun Futaba bukannya akan lebih lega ke depannya. Shion yakin ini akan menjadi lebih buruk untuk hati mereka.

Di tengah itu, ia merasakan sebuah tarikan tak begitu kencang pada kain bajunya. Ia dapat melihat Futaba mengetikkan sesuatu di laptopnya--yang memang sedari tadi ia bawa dan ia pandangi di dalam mobil. Kedua gadis itu saling bertatapan, sebelum kemudian bersamaan mengalihkan pandang kepada layar laptop Futaba.

Ren akan pulang ke kotanya beberapa hari lagi.

'Oh, pantas saja.'

♬♪ Windless night moonlight melts
My ghostly shadow to the lukewarm gloom ♪♬

"Apa dia tidak--," untaian kalimat terputus tepat ketika Shion bisa melihat mata Ren melirik dari kursi depan. Tajam sekali instingnya, pikir Shion. Pemuda itu pasti mengira-ngira apa yang sedang dibicarakan kedua gadis di kursi belakang. Shion membalasnya dengan tersenyum manis--seolah berkata 'sudah-sana-kembalikan-matamu-ke-depan', sebelum kemudian ikut mengetik pada laptop Futaba.

Apa dia tidak bisa berkunjung lagi?

Sepertinya bisa, tapi....

Kalimat itu terpotong. Dan Shion seolah bisa merasakan gelisah hati gadis di sampingnya. Bagaimanapun juga, ia sempat mendengar cerita sebab kepindahan Ren kemari. Itu terdengar tak mengenakkan dilihat dari keputusan orangtua Ren yang seolah tak peduli.

Aku takut. Bagaimana kalau terjadi sesuatu padanya di sana?

Nightly dance of bleeding swords
Reminds me that I still live ♬♪

Pemandangan di hadapannya kala itu membuat Shion kebingungan. Menelan ludahnya kasar, menatap sosok Ren yang masih diam tanpa kata--masih sama seperti sebelumnya.

Ia menatap Futaba lagi.

Jangan khawatir. Semuanya akan baik-baik saja.

Ren terbukti tidak melakukan hal yang salah, bukan?

Tanpa balasan, ia bisa melihat Futaba menganggukkan kepala ke arahnya. Shion tersenyum lega. Lantas telapak tangan itu terulur untuk mengusap pelan kepala oranye di sampingnya.

"Oh!" Secara spontan, gerakan kepala yang fokus ke depan itu membuat Futaba terkejut. Shion tanpa segan mengulurkan tangannya--mengubah volume radio menjadi penuh.

"Hei--!"

♬♪ I will--BUUURN MYYY DREAAAD!! ♪♬

Tiga--bukan, dua pasang mata di kursi depan menatap tajam pada arah radio. Suara lagu yang terdengar begitu keras, Shion seolah melihat Ren hampir-hampir melompat dari kursinya akibat rasa kagetnya. Tapi gadis itu hanya tersenyum nakal. Seolah semua itu memang menyenangkan untuknya.

"Oh, kau suka lagu ini?"

Entah memang timing yang tidak pas atau Futaba yang tiba-tiba melupakan kecemasannya, gadis mungil itu bertanya. Dibalas dengan anggukan polos dari Shion--yang tampaknya antusias. Keduanya beralih bercengkrama seolah tidak peduli jika telinga Ren atau Sojiro akan berdengung akibat volume yang keras.

"Um ... Shion-san--"

♪♬ I ONCE RAN AWAY FROM THE GOD OF FEAR!!
AND HE CHAINED ME TO DESPAIR!! ♬♪

"..." Ren tak melanjutkan pertanyaannya. Lebih memilih untuk bungkam menyadari suaranya kalah teredam oleh lagu yang masih terputar. Sojiro di sisi lain sedang dibingungkan oleh peta yang dibukanya--tak punya waktu untuk sekedar menghentikan kegilaan para anak gadis di belakang.

Kegilaan?

Ya, kursi belakang berubah menjadi panggung konser. Dengan Futaba dan Shion sebagai penyanyi tambahan--tentu saja, kebisingan yang menambah resiko rusaknya telinga penumpang depan.

♬♪ BUUURN MYYYY DREAAAAD!! ♪♬

"Kalian benar-benar ingin merusak telinga kita, ya?" Sojiro mengembuskan napas panjang. Jengah berurusan dengan peta, lelah berurusan dengan para penumpang mobilnya. Untung saja mereka tengah menanjak pada jalanan sepi sekarang. Bayangkan saja jika kendaraan lain berada di dekat sana. Sojiro akan lebih lelah lagi untuk berurusan dengan komplain orang-orang terkait radionya.

Ren, di sisi lain, hanya memandang kedua gadis itu. Lagi-lagi lewat kaca pengemudi. Ia sepertinya fokus pada Futaba--lebih kepada bagaimana gadis itu tampak lebih baik dari sebelumnya. Apakah karena kegilaan Shion yang "ditularkan" kepadanya? Ia tak mengerti.

Tapi ia merasa lebih lega.

_end_

Updated : 4 Oktober 2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top