1. Janji Semangat (1/5)
Part 1
"Shimiiiiiii!!!" Teriak kawan ku dari dapur. Suara teriakannya memang paling keras dari semua teman-teman yang berada di kamar asramaku.
Kalau mendengar teriakannya setiap malam, itu adalah ciri khasnya. Kalau tidak curhat adalah memintaku mengajarkan pelajaran sihir yang tidak ia mengerti. Tapi lebih sering curhat ketimbang minta belajar bareng.
"Kenapa Purr?" Tanya ku kepada Pursanes. Aku tidak bisa teriak karena di dalam kamar ku ada dua orang kawan ku yang sedang tertidur lelap, sekarang juga sudah jam 9 malam dan waktunya tidur.
Di dalam kamar ini terdapat empat tempat tidur, tidak berjejer dan bukan tempat tidur tingkat. Tempat tidur ku berada di paling pojok kiri dan di depan ku ada tempat tidur lagi yang berada di pojok sebelah kanan, itu tempat tidur Akazu. Samping tempat tidurnya adalah tempat tidur Chiko, lalu depan tempat tidur chiko paru tempat tidur Pursanes dan samping tempat tidur Pursanes adalah aku. Mungkin kamu bisa bayangkan sendiri apa yang ku maksud.
"Hey! Shimi!" Tiba-tiba saja Pursanes datang ke kamar sambil membawa kopi, dia hampir saja membangunkan yang lainnya karena dia membanting pintu keras-keras. "Shut!" Desisku untuk menyadarkannya kalau ada yang sedang tidur, Pursanes yang tersadar langsung tertawa kecil sambil mengangkat bahunya.
"Duduk sini Pur...." ajak ku sambil memukul kasur ku. Terlihat ia yang berjalan mendekatiku sambil sedikit berhati-hati karena membawa dua gelas yang berisi kopi. Setelah itu, dia pun menaruh kopi itu di meja dan duduk di sampingku dengan raut mukanya yang berubah drastis.
"Kenapa?" Tanyaku dengan heran, "hari ini, ceritain aku satu cerita cinta dong!" Aku sedikit kaget mendengar permintaannya yang sebenernya baru kali ini dia minta. Tapi ini malah lebih baik dari pada aku harus capek dengerim curhatannya yang muter-muter.
"Yakin nih? Mumpung banget, biasanya malam-malam gini malah curhat." Ujarku untuk mengetahui keyakinannya yang mau aku bercerita. "Iya, Shimi!!!" Ujarnya sambil mendekatkan mukanya kepada mukaku dan dengan reflek aku langsung menjauhkan mukaku darinya.
"Stopp! Stop!" Aku berteriak pelan sambil menutup mukanya dengan tangan ku, dia hanya tertawa lembut sambil memandang ku yang sudah merasa kalau ia telah serius dengan perkataanya. "Oke, baiklah! Jadi...."
***
"Sialan!" Bentak lelaki yang baru saja menabraku beberapa detik lalu. Padahal dia yang salah, aku sudah bilang 'permisi' tapi dia malah pura-pura tak mendengar pinta ku. Ujung-ujungnya ketika kita tabrakan, malah dia yang naik darah sambil membersihkan bajunya yang tak ada debu.
Rio namanya, lelaki yang paling aku suka, tapi dia malah sebaliknya kepada ku. Sebenarnya, aku tak suka gayanya yang sok cool dan merasa paling pintar. Walau pun begitu, ketika berada di dekat teman-teman lelakinya dia adalah orang yang hangat. Apa lagi, ketika pulang bareng bersama adik semata wayangnya, Diyo. Pasti mereka sangat akrab layaknya orang pacaran.
Bukannya aku mau iri atau gila, aku hanya ingin merasa dapat dekat dengan Rio meski pun aku harus menjadi seorang cowok sekali pun. Menurut mu apakah ini hal gila? Bagi ku sih, tidak! Dari kelas VII aku memang menyukainya. Jadi apapun akam aku korbankan untuk dapat dekat dengannya.
Oh iya, sebelumnya, namaku adalah Meika Azurra Aifani. Aku sekarang kelas IX dan sedang menjabat menjadi seorang ketua OSIS. Mungkin kurang lebih satu bulan lagi aku akan melepas jabatan ku ini. Sebelum aku akan melepaskan jabatanku ini, akan ada acara terakhir sekaligus acara yang paling aku tunggu-tunggu.
Acara ini adalah acara pesta dansa seperti yang sering dilakukan layaknya acara untuk menyambut 'happy sweet seventeen.' Mungkin diantara kalian ada yang tau acara ini atau mungkin pernah mengikuti acara tersebut. Tapi bedanya, ini adalah acara dari OSIS dan mirip dengan acara Khas Jepang.
Balik ke si Rio, mendengar dia ngomel-ngomel, aku hanya bisa dia seribu bahasa sambil mengambik buku-buku pelajaranku yang terjatuh tanpa bantuannya. Sebetulnya, aku agak geram dengan sifatnya yang sama sekali gak mau disalahkan. Belum lagi dia benar-benar gak sopan dengan seorang cewek sepertiku.
"Makanya kalo jalan itu pake mata!" Bentaknya yang membuatku langsung angkat suara, "ya udah sih, kamu sendiri aja yang budek dari tadi orang udah bilang permisi tapi gak ngasih jalan!" Balas ku, "makanya jangan sibuk main hp!!" Akupun langsung meninggalkannya di tempat itu dan pergi berjalan menjauhinya.
"Hey! Woi!" Walaupun aku sudah berjarak jauh darinya, tapi dari belakang aku masih mendengar ia berteriak seperti memanggilku. Aku mencoba untuk tetap tidak menghiraukannya dan melanjutkan perjalanku menuju ke kelas, tapi dia memanggil ku dan kali ini dia menyebut namaku. "Meikaa! Balik gak kesini?!" Dari nadanya saja sepertinya dia mengancamku, karena tak mau memcari masalah, aku menghentikan langkahku dan memutarkan badanku.
"Apa?" Tanyaku yang berusaha bersikap sinis kepadanya agat tak terlihat seperti seorang yang takut. Tiba-tiba dia berjalan mendekatiku sambil memberika buku tulis berwarna biru, dan ternyata itu adalah buku milikku. "Ini buku mu, kan?" Saat pertanyaan itu keluar dari mulutnya aku sedikit agak takut, takut dia akan berteriak kepada teman-teman di sekitar sambil menunjukan coretan di belakang bukuku kalau aku menyukainya.
Aku sebenarnya gak pernah tau dari mana dia dapet info kalau di setiap halaman belakang buku tulisku kalau aku nulis 'i love Rio, aku sayang kamu.' Dan yang lebih parah aku nulis itu pakai spidol permanen. Ah! Shit! Dan kejadian ini pernah terjadi dua kali dan aku sekarang berharap kejadian itu gak terjadi untuk ketiga kalinya.
Aku menatap matanya tajam sementara dia menatapku dengan licik, pikiran ku sekarang hanya satu. Aku harus berbohong kepadanya. "Bukan! Itu bukan buku punyaku!" Tegasku kepadanya, "oh, gitu, coba kita liat halaman belakangnya." Rio pun langsung membuka halaman belakang buku tulis ku, sementara aku, hanya bisa berharap Dewa dari planet Saturnus muncul untuk membantuku.
"HAHAHA! Ternyata ini buku dia! Hey semuanya, liat deh!! Nih anak monyet buat ulang lagi!!" Teriaknya di tempat itu yang membuatku hanya bisa menutup muka dengan buku yang ku pegang, dan dengan bangganya dia menunjukan kepada semua orang yang ada di sana soal tulisan ku yang suka kepadanya.
"Liat nih, liat! I LOVE YOU RIO, AKU SAYANG KAMU! HAHAHA! apaan tuh!!" Teriaknya yang membuatku semakin panas. Nadanya yang menyebalkan itu terus mengalir di kuping ku, karena risih juga melihat semua orang di sekitar yang malah tertawa, aku langsung meninggalkan Rio dan orang-orang di sekitarnya.
Rio yang tersadar aku pergi karena kesal akibat ulahnya malah kembali menghina ku, "eh, mau kemana lo? Yah, cemen nih, gitu aja pergi!" Ledeknya yang membuatku semakin tak menghiraukannya.
Aku pun pergi ke kelas dan menaruh buku di meja Mia yang kebetulan sedang ngobrol dengan Siska. Dari pada pusing memikirkan yang tadi, lebih baik aku ikut bergabung ngobrol bareng dengan mereka.
***
"Stop! Stop! Sebenernya itu cerita romance atau cerita bisa?" Pursanespun memotong omonganku yang sedang bercerita, sepertinya ceritaku terlalu panjang karena agak detail sehingga belum terlihat romancenya.
"Ini sebenernya cerita romance, Pursanes. Tapi belum terlalu kelihatan, soalnya ceritanya agak panjang." Jelasku kepadanya yang dibalas dengan anggukan dengan wajahnya yang sedang memikir.
Aku pun menarik nafas dan melanjutkan omonganku, "gimana kalau aku sambung besok? Ini sudah malam, jadi disambung besok, ya!" Ujarku kepadanya sambil mengambil kopi di meja.
"Yah, padahal lagi seru-serunya, kok berhenti?" Sekarang dia malah ketagihan dengan ceritaku, tapi bagaimanapun aku tetap tidak mau melanjutkan ceritaku karena sudah sedikit agak ngantuk habis minum kopi.
"Bilang aja kamu ngantuk karena minum kopi," tekannya yang sepertinya berusaha menebak mengapa aku tak mau melanjutkan ceritaku. Aku pun membalasnya dengan anggukan dan dia hanya menaikan sebelah alisnya sebagai sebuah balasan, "okelah, selamat tidur Shimi!" Ujarnya sambil mematikan lampu tidur yang terletak di mejanya, begitu pun aku.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top