Lima Belas

Janji yang Kafka ucapkan di hadapan ratusan tamu undangan pagi tadi bukanlah janji biasa. Ia mengucapkan janji suci itu dengan setulus hatinya. Ada setitik cristal bening yang menetes di sudut matanya kala ia mengucapkan janji itu. Sebuah kebahagiaan yang tak pernah ia dapat selama ini. Tangannya sedikit gemetar saat menandatangani sebuah buku kecil yang menjadi bukti sah bahwa Alea Salsabill sekarang menjadi miliknya seutuhnya. Mereka saling memiliki.

Aku takkan membuatmu menangis pilu lagi, Alea. Aku akan selalu ada untukmu, menggenggam tanganmu, membuatmu meleleh setiap waktu, janji hati Kafka.

"Happy wedding, kutitipkan gadis kecilku padamu." ucap Adam haru seraya menepuk bahu Kafka saat mereka istirahat melepas lelah karena hampir tiga jam berdiri menyambut hangat ucapan selamat dari para tamu.

"Aku akan menjaganya." ucap Kafka mantap.

Adam beralih pada Alea.

"Come to me, Little girl. Waktu telah membawanya kembali, bukan? Kau bahagia? Jangan menangis lagi." ucap Adam seraya merangkum wajah Alea yang kini terlihat mempesona dengan balutan kebaya putih berhias benang silver.

"Terimakasih, Kak karena selalu ada untukku. Jangan pernah jauh dariku. Aku pasti membutuhkanmu." ucap Alea sendu.

"Tak akan. Aku akan selalu ada untukmu, kapanpun kau membutuhkanku."

Alea memeluk erat Adam. Kafka mengerti meski ada sedikit cemburu tapi sudahlah bukankah hubungan mereka sebatas kakak adik? Lagipula Alea sudah menjadi miliknya.

"Kau lama sekali. Aku juga ingin memeluknya."

Sebuah suara mengagetkan keduanya. Oh, wanita lemah lembut!! Ia terlihat anggun dengan kebayanya. O iya, wanita ini adalah pengapit Alea.

"Bagaimana kau dengan kakak ku?" goda Alea saat Adel memeluknya.

"Doakan aku untuk segera menyusulmu."

"Kalau tidak segera, aku akan memaksanya!!" seloroh Alea.

"Yang pasti ia tengah mempersiapkan semuanya."

"Semoga terlaksana."

"Terimakasih, Alea."

Alea tersenyum bahagia kala Adam meraih tangan Adel dan membawanya pergi untuk menikmati hidangan yang tersaji di beberapa titik. Ia tersentak saat Kafka menarik tangannya membawanya keluar gedung.

"Hey, kita mau kemana?" tanya Alea panik.

"Runaway." ucapnya santai sambil menginjak pedal gas.

"Kafka, ini pesta kita. Apa kata orang-orang saat tau sepasang pengantin meninggalkan pesta perjamuannya?"

Kafka hanya tertawa menanggapi ocehan Alea. Ia terus melajukan mobilnya melewati perbatasan jakarta.

"Kaf, kita mau kemana?"

"Sebentar lagi senja." gumam Kafka.

Alea mengerucutkan bibirnya saat Kafka mengabaikan pertanyaannya.

Melewati puncak. Kafka menepikan mobilnya. Ia keluar lalu membukakan pintu untuk Alea.

"Lima menit lagi, Al."

Alea mengernyitkan dahinya. Memang sebentar lagi senja akan datang.

"Al, aku ingin menikmati senja bersamamu sampai ia tenggelam hilang di telan malam. Aku ingin menikmati kebahagiaan kita sampai nanti aku kembali padaNya." ucap Kafka lembut.

Lagi-lagi pria ini membuatnya meleleh. Kafka mendekatkan wajahnya, mengulum lembut bibir Alea, bersamaan dengan awan jingga yang beradu dengan semburat keemasan mentari, memadu kasih.

"You make me melt again, my man." desah Alea kala Kafka melepas ciumannya.

"Aku masih punya satu lagi. Kali ini kau akan menyerah tak berdaya di pelukanku."

"Oya?"

Kafka kembali melajukan mobilnya. Kali ini ia menuju ke puncak pas.

"Kita akan menginap di sini semalam lalu kita akan berkeliling ke bali. Kau mau kemana?"

"Aku? Tak perlu, Kaf. Bersamamu saja cukup membuatku bahagia."

Kafka tersenyum, mengusap lembut pipi Alea. Tangannya melekat erat di pundak Alea sambil memasuki Grand Palace Hotel untuk membooking satu kamar VIP. Setelah itu Kafka kembali membawa Alea dengan mobilnya.

Lima belas menit kemudian, Kafka menepikan mobilnya. Ia duduk di kap mobil. Alea bersandar di antara kedua kakinya. Keduanya menatap hamparan lautan bintang buatan manusia. Ya, lampu-lampu penduduk yang terhampar sepanjang perbukitan di bawah sana.

"Ini sangat indah, Kaf." desis Alea takjub.

Kafka tersenyum memeluk Alea yang bersandar di dadanya.

"Seperti itulah kamu di hidupku, Alea."

"Terimakasih." ucap Alea sedikit tersipu.

"Alea, apapun yang terjadi.."

"Kita akan selalu bersama." lanjut Alea sambil memalingkan wajahnya menatap Kafka.

Sesaat matanya terpejam saat Kafka mengecup lembut kelopak mata Alea. Kafka benar, kini ia meleleh di pelukan pria itu.

***

END

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: