Bingkisan dari Tuhan

Keterangan
Etto...
YukinoAkatsuki
Peserta no 12 event Fanfiction Anime Eternity

Etto... 
Segini aja perkenalannya yah >\\\<
Maluu... 

Etto Yoroshiku ne ^^

Velne_

Takkk...

Takkk...

Suara sepatu fantofel hitam beradu dengan lantai kramik putih gedung perusahaan.

Takkk...

Takkk....

Suara-suara jangkrik mulai bersahut-sahutan, membentuk irama bersama ilalang yang saling bergesekan. Membentuk irama khas kesunyian.

"Baru pulang pak direktur? " sapa satpam yang kebetulan sedang berkeliling gedung,  mengawasi semuanya aman terkendali.

Aku mengangguk.

"Hati-hati dijalan" ia membungkuk padaku, orang-orang di sekeliling ku begitu baik, berbeda jauh dengan ku yang lebih mengarah ke Introvert, tidak! Bukan introvert, lebih tepatnya tidak ingin berurusan dengan orang-orang.

Untuk ke 685 kali nya aku gagal tersenyum bahkan untuk menanggapi sapaan orang-orang baik disekeliling ku.

Tak lama menyetir sampai lah aku ke kediaman milikku,  rumah bergaya eropa klasik yang mungkin harganya mencapai ratusan juta yen.

Aku tak tau...

Dimata ku ini hanya rumah kecil peninggalan Ibuku,  sedikit ku renovasi sesuai kebutuhan ku.

"Slamat datang Akashi sama" sekiranya 10 orang membungkuk hormat padaku dan seperti yang sebelum-sebelumnya, kulewati begitu saja mereka.

Jam menunjukkan pukul 12.56 tengah malam dan aku kelaparan.

Mencari sesuatu yang bisa kumakan dna nihil tak ku temukan satupun kecuali bahan mentah di kulkas.

Aku mendengus nafas mengambil apapun yang mudah dan cepat dimasak,  seperti telur, telur dan telur.

Brak...

Klantang...

"Sialan!" cemohku pada hasil masakan ku sendiri,  aku hanya mendidihkan susu, kenapa bisa dapurku jadi berantakan begini. 

"Tuan Akashi?" ini tidak baik,  aku sedang dalam mood yang sangat buruk. 

"Apa? " jawabku dengan intonasi cukup tinggi. 

Wanita paruh baya itu tetap tenang, tidak seperti pekerja rumah lainnya ia terbiasa padaku, pada seluruh sikap dingin ku. 

"Maaf mengganggu anda, namun ada pengajuan yang harus anda setujui malam ini juga"

Lagi?, surat-surat itu berdatangan lagi?

Segera kubuka isinya dan menandatangani tanpa membacanya terlebih dahulu,  aku tak peduli lagi siapa pekerja rumah yang ingin mengundurkan diri kali ini, karna aku benar-benar muak dengan mereka semua.

"Terimakasih banyak" wanita itu pergi setelah menerima surat yang kuberikan.

"Dan juga Tuan..." ia memanggilku sebelum benar-benar menghilang.

"Hn? "

"Slamat tinggal"
.
.
.
.

Aku menatap taburan bintang, berpikir kenapa orang menganggap benda bersinar itu terlihat indah?.

Kenapa juga harus meminta sesuatu dari bintang-bintang?,  sesuatu didapat dari kerja keras bukan dari doa-doa yang di panjatkan pada bintang-bintang.

Sebelumnya aku baik-baik saja...

Sebelumnya tidak separah ini... 

Sungguh, sebelumnya...

"Jatuh lah... "

"Akhiri hidup mu yang sia-sia ini"

"Jatuh lah... "

Aku tau betul siapa yang berbisik itu,  itu aku...

Sosok aku yang lain, dan kali ini aku tertarik dengan ucapannya dan kalimat terakhir yang ia katakan adalah.

"Mati takkan sesulut menjalani kehidupan"

-----***-----

Aku menatap halaman rumahku,  tempat dimana aku mendarat dan hancur berantakan.

"Esok pagi kan datang,  dimulai dari berita bunuh diri, lalu siangnya karyawan perusahaan akan ramai membicarakan ku, menjelang sore hingga seminggu mendatang petinggi perusahaan akan saling mengklaim saham perusaan" aku mendengus sebal, mengingat anjing-anjing penjilat itu akhirnya akan menunjukkan wajah asli mereka.

Ku lepaskan pegangan ku, memejamkan mata aku bertekad kembali ke sisi yang maha kuasa,  mungkin dengan begitu aku tak perlu menjadi semenderita ini.

"Slamat tinggal" ujarku pada foto teman-teman semasa sma ku.

.
.
.

"Anu!! "

"T- tuan! "

Hah! Apa yang-

"Siapa kau! " tanya ku memandang wanita asing yang sedang berusaha sekuat tenaga menarik ku.

Genggamannya sangat kuat, kurasa kuku-kukunya telah menancap ke daging ku.

"Anu! Tuan, kumohon jangan mati!"

"Siapa kau!"

"Kumohon jangan pergi! " wajahnya mulai memerah, menahan tubuh besarku yang tak kunjung jatuh.

"Jawab aku! Siapa kau! "

"Kumohon..."

"Jangan pergi" iris mata indahnya berkaca-kaca,  kedua mata itu terlihat berharga lebih dari bongkahan berlian manapun.

Aku menyerah! Melihatnya seperti itu membuatku menyerah, toh sepertinya aku takkan menang.

"Sekarang tarik aku! " dalam sekejap ia mengangguk cepat dan berusaha sekuat tenaganya menarik ku.

Bagus! Aku hampir meraih pagar pembatas balkon, siapapun kau, kerja bagus!.

"Tuan kau berat sekali" teriaknya tak sungkan.

"Aaaaa... "

Pegangannya mengendur dan ia ikut terseret, sudah kuduga perbedaan berat kami terlampau jauh.

"Kau baik-baik saja? " beruntung tangan ku segera menggapai pagar.

"Tidak!  Aku hampir mati" jawabnya jujur. 

"Kau berat sekali, eh!  Kenapa malam-malam begini kau memakai baju pengantin! " teriakku hampir kehabisan nafas membawa beban di punggunggungku.

"Mau bagaimana lagi,  aku istri mu tuan"

"Ha?"

"Aku istri mu tuan Akashi Seijuuro"

PoV end
.
.
.
"Syukurlah kita slamat" ujarnya mengehela nafas lega, masih bersikap santai kini wanita itu menatap halaman rumah mu.

"Sayang apa kau baik-baik saja?" tanya nya lagi.

Pria bermarga Akashi itu memasang raut wajah bertanya sinis.

"Lancang sekali kau memanggil ku dengan sebutan seperti itu" balas Akashi tak suka.

Wanita itu mengabaikannya, seenak hati pergi memasuki kamar Akashi dan menatap takjub desain interiornya.

Sedangkan sang empu kini bersandar di pintu,  tangannya beridekap dada san masih menatap tak suka wanita semena-mena ini.

"Siapa kau? Kenapa bisa tau namaku? Tunggu dulu, pertanyaan bodoh. Semua orang tau namaku" ujarnya percaya diri namun seperti itulah faktanya.

"Sudah ku bilang aku ini istri mu" wanita itu memainkan jam weaker milik Akashi di dekat ranjang.

"Seberapa banyak pun kau bertanya jawabannya tak berubah sayang" sambungnya lagi.

Brakk...

"Benarkah?"

Akashi memojokkan tubuh wanita itu keranjangnya,  kedua iris mereka saling bertatapan merah Crimson dan (E/C), tak satupun ingin saling mengalah.

"Jika kau benar istri ku, lantas layani aku! Penuhi tugas mu sebagai seorang istri" tantang Akashi

"Apa itu termasuk perintah mu? "

"Yah kau sanggup bukan? " Akashi melepasnya, bersiap meninggalkan kamar nya dan wanita itu dengan omong kosongnya.

"Baik, bagian tubuh mana dulu yang ingin kau jarah? Suamiku " tanya nya, menanggalkan gaun pengantin miliknya menyisakan tubuh bersih tanpa sehelai benang pun.

"Apa kau gila? " pandang Akashi jijik,  jika wanita jalang kiriman kolega perusahaan miliknya yang ditugaskan untuk menjatuhkan Akashi maka ini sudah keterlaluan.

"Sudah kubilang, aku ini istrimu" mata itu kembali berkaca-kaca,  Akashi tak tega melihatnya.

Mengusap kasar wajahnya ia menghampiri wanita asing itu,  menutup tubuhnya dengan selimut miliknya.

"Aku tak tau siapa dirimu, atau bagaimana kau bisa menjadi istriku, sungguh yang ingin kulakukan hanyalah pergi mengakhiri penderitaan ini" jawab Akashi,  mata merah cerah itu sayu, mungkin lelah dengan hidup yang ia jalani.

Grebbb...

Akashi menatap wanita ini tak percaya,  ia memeluknya tanpa izin. Sesengguh tangis kecil keluar dari bibir wanita itu.

"Jangan pergi! Jangan pergi! Dengarkan aku Seijuuro, lalu ingat lah ini sampai akhir hayatmu, bahwa hidup yang kini kau jalani itu berharga, setiap hal yang kau lakukan itu berharga bahwa hidup mu tak sia-sia,  bahwa kesendirian mu itu omong kosong"

Akashi mencoba melepas pelukannya, slama ini ia mengubur semua emosi nya hingga tak ada siapapun yang tau. Bahkan tak ada yang boleh tau bahwa Akashi Seijuuro yang sempurna ini juga merasa lelah.

"Oii! Lepaskan aku!  Kubilang lepaskan aku! Kau tau apa tentangku hah!?, Siapa dirimu?  Kau yang orang asing tak ada urusannya dengan ku!  Pergi dan menyerahlah seperti apa yang semua orang lakukan padaku!  Pergilah! " baru kali ini ia tak bisa mengontrol emosinya,  ia meluap begitu saja seperti bukan Akashi Seijuuro yang biasanya.

Namun wanita asing itu tak mau berhenti, tak ingin menyerah pada dirinya, ia tak ingin melepaskan Akashi.

" Tidak! Aku tidak akan menyerah, Aku disini untuk membuktikan bahwa kematian bukan hal yang cocok untuk kau lakukan, akan kubuktikan, pasti akan kubuktikan padamu Akashi Seijuuro"

Akashi lemas dalam hangatnya pelukan wanita itu,  tubuhnya tak lagi berdaya untuk melawan setelah semua kebeneran terkuak oleh wanita ini.

"Kau-, kau pasti akan menyerah! " ujar Akashi, suaranya lirih tergantikan sesengguk tangis miliknya.

"Aku tidak akan menyerah"

"Kau akan pergi"

"Aku takkan pergi"

"Kau akan meninggalkan ku lagi seperti yang lainnya"

"Apa yang kau katakan!  Istri mu ini takkan meninggalkan mu!" jawabnya memagut wajah Akashi, menatap mata heterocrom merah-emas miliknya.

Lama Akashi sadari wanita itu telah mengambil alih dirinya, semua dari wanita itu kini menarik perhatiannya. Dalam sekejap Akashi merasakan sesuatu yang aneh berdegup didadanya dan ia cukup pandai untuk tau perasaan macam apa itu.

"Terserah"

"Oh iya,  aku belum memperkenalkan siapa diriku"

"Namaku (Full Name), Project doll dari Project Wife,  nama tempat ku bekerja Heavens's Fall dan aku istri mu yang dikirim Tuhan untukmu"

"Dan apabila Tuan memiliki kendala dengan hidup tuan,  maka kamilah jawabannya, mohon bantuannya Akashi Seijuuro san" senyuman nya mengalihkan duniaku dalam waktu kurang dari dua detik.

Tik...
Tokk

Tikk...
Tokk

Dentuman jarum jam tua membuatku hanyut mencerna semua ucapan miliknya.

"APA!? "

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top