Patah Hati Picu Keinginan Untuk Mati? Ini Penjelasan Biologisnya

Topik 6. Proses Biologis Tubuh Dihubungkan dengan Emosi

Patah hati bukanlah suatu hal yang boleh disepelekan. Banyak kasus bunuh diri terjadi dilatarbelakangi oleh putusnya jalinan kasih seseorang. Berakhirnya sebuah hubungan terasa seperti berakhirnya dunia. Terlebih lagi jika penyebab dari patah hati tersebut adalah pengkhianatan atau kematian yang tidak bisa diterima oleh salah satu pihak. Dampak psikologis yang ditimbulkan bisa begitu hebatnya sampai yang terpikirkan adalah mengambil nyawa sendiri.

Kasus bunuh diri di Indonesia terbilang tinggi. Menurut data Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) pada tahun 2015-2017 tercatat 3.07 orang per 100.000 penduduk Indonesia mengakhiri hidup mereka sendiri. Sedangkan pada tahun 2019 berdasarkan data WHO, setiap satu jam ada satu orang yang melakukan bunuh diri di Indonesia. Sebagian besar penyebabnya adalah depresi.

Patah hati merupakan penyumbang terbesar terjadinya depresi. Sebenarnya apakah yang terjadi pada tubuh kita saat mengalami patah hati? Mungkinkah karena tujuan menuju bahagia tidak tercapai?

Sebelum sampai kepada patah hati, kita mulai dari awal mula seseorang bisa mengalami patah hati tersebut terlebih dahulu. Proses awal yang bernama jatuh cinta.

Sejak zaman purba sampai zaman modern seperti saat ini, tujuan manusia secara biologis adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan berkembang biak. Cinta, adalah salah satu dari proses biologis yang memungkinkan manusia untuk menjalankan kehidupan sesuai rancangan. Meskipun banyak yang mendebat jika cinta adalah urusan hati, nyatanya semua perasaan itu muncul dari dan di otak.

Saat kita merasa kita menyukai seseorang, sebenarnya yang kita sukai bukanlah orangnya tetapi sensasi-sensasi yang mampu dimunculkan orang tersebut terhadap tubuh kita. Ini adalah jawaban kenapa kita bisa saja jatuh cinta pada lebih dari satu orang. Bahkan setelah pernikahan pun jatuh cinta masih besar kemungkinannya untuk terjadi.

Sensasi jatuh cinta tersebut dipengaruhi oleh hormon yang diproduksi oleh tubuh kita. Seorang biological anthropologist bernama Helen Fisher melakukan penelitian dengan pemindai otak untuk mengetahui reaksi orang yang diminta memikirkan kekasih mereka. Hasilnya, terjadi peningkatan aktivitas otak yang memicu peningkatan hormon yang berpengaruh terhadap emosi bahagia.

Menurut Fisher, cinta bukan emosi tunggal, melainkan kumpulan perasaan dari tiga fase yaitu lust, attraction, dan attachment yang telah berevolusi. Sistem biologi ini didasarkan pada peningkatan kadar hormon yang dihasilkan tubuh.

Pada fase lust (gairah dan hasrat), tubuh mengalami peningkatan hormon :

1. Estrogen, saat kadar hormon ini tinggi yang biasanya terjadi dua minggu sebelum haid, perempuan cenderung menginginkan perhatian lebih. Estrogen dihasilkan di indung telur karena itu hanya perempuan yang memproduksinya.

2. Testosteron, hormon ini menyebabkan pria dan wanita menjadi tertarik secara fisik satu sama lain dan menyukai sentuhan. Pada pria testosteron dihasilkan di dalam buah zakar dan pada wanita di indung telur.

Fase attraction ( ketertarikan dan euforia) otak kita terpicu untuk memproduksi hormon :

1. Dopamine, yaitu hormon yang berkaitan dengan rasa nyaman, rasa puas, meningkatkan motivasi dan semangat, dan mendukung proses belajar karena memacu kita untuk mewujudkan keinginan dan mencapai tujuan.

2. Serotonin, hormon yang dihasilkan oleh sel saraf otak yang dapat menimbulkan rasa nyaman, bahagia, tubuh menjadi cenderung jarang sakit, mencegah depresi, mengurangi stres dan kecemasan, serta menjaga kesehatan tulang dan mempercepat penyembuhan luka. Serotonin juga terkandung dalam makanan yang kaya asam amino triptofan seperti kacang, susu, keju, dan daging sapi.

3. Adrenaline, hormon yang membuat jantung berdetak lebih cepat, berkeringat dan mulut terasa kering ketika kita bertemu dengan seseorang yang kita anggap sebagai jatuh cinta.

4. Norepinephrine, hormon yang membuat kita bersemangat, euforia,menurunkan nafsu makan, dan insomnia.

Fase ketiga adalah attachment (komitmen dan pertalian) dimana hormon yang terpicu adalah :

1. Oksitosin, hormon yang disebut sebagai hormon cinta yang di hasilkan di hipotolamus. Oksitosin berpengaruh terhadap tingkah laku seperti sikap keibuan dan kedekatan sosial, respons emosi dan berperan dalam membangun ketenangan, kepercayaan, dan stabilitas psikologi. Para peneliti juga menemukan oksitosinlah yang meningkatkan ketertarikan pria pada pasangannya.

2. Vasopressin, merupakan hormon yang dihubungkan dengan perilaku hubungan jangka panjang yang ter-manage. Produksi hormon ini dalam tubuh manusia diduga menjadi penyebab kenapa rasa suka yang meledak-ledak di awal hubungan semakin lama semakin berkurang dan digantikan dengan rasa keterikatan.

Hormon-hormon jatuh cinta tersebut bekerja seperti alkohol yang dapat menimbulkan kecanduan. Saat orang yang memicu kebahagiaan itu tiba-tiba memutuskan hubungan, selingkuh, melakukan kekerasan dalam hubungan, meninggal dunia, ataupun alasan patah hati lainnya, akan terasa seperti pecandu yang kehilangan zat adiksinya.

Kecanduan cinta membuat sebagian besar orang yang patah hati akan mengingat mantan mereka. Memunculkan pemikiran bahwa hubungan belum berakhir dan dengan melihat foto mantan, mengikuti sosial media mereka, akan memberikan suntikan hormon bahagia dan menenangkan syaraf-syaraf. Sampai pada kenyataan bahwa hal itu sama sekali tidak membantu. Ada beberapa cara yang biasanya akan dilakukan untuk mengatasi rasa sakit hati tersebut, antara lain, mengevaluasi perasaan, memikirkan keburukan-keburukan mantan, dll. Hanya saja apapun yang dilakukan malah akan menambah rasa sakit.

Jadi sebenarnya yang terjadi saat patah hati adalah sakit otak. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa otak mencatat rasa sakit emosional dari patah hati dengan cara yang sama seperti rasa sakit fisik, itulah sebabnya rasa patah hati menyebabkan luka fisik yang sebenarnya.

Selain itu, ketidakseimbangan hormon dalam tubuh adalah penyebab utama depresi. Seperti yang dikutip dari pernyataan dokter dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI), "Namun, kalau faktor eksternal menjadi penyebab utama depresi berat, itu biasanya memang sudah ada faktor biologisnya."

Tidak mengherankan jika ketika patah hati akan muncul depresi. Gejala klinis dari depresi adalah hilangnya mood, gangguan pola makan, penurunan kemampuan berpikir, dan pesimis dimana penderita hanya melihat segala sesuatu dari sisi negatif. Bunuh diri merupakan salah satu komplikasi dari depresi berat yang dialami. Pada umumnya, pikiran bunuh diri muncul ketika penderita depresi sudah putus asa, dan berpikir mengakhiri hidup merupakan solusi tepat.

Selain depresi, dunia kedokteran juga mengenal sebuah fenomena yang disebut sindrom patah hati.

Dilansir dari klikdokter.com, broken heart syndrome atau sindrom patah hati adalah suatu penyakit atau gangguan yang terjadi pada jantung, bersifat sementara, dan seringkali disebabkan oleh situasi stres akibat kehilangan orang yang dicintai atau putus cinta. Berdasarkan penelitian yang diterbitkan di jurnal JAMA Internal Medicine, risiko penyakit jantung atau stroke meningkat hingga tiga kali lipat pada tiga bulan pertama setelah kematian orang yang disayangi.

Jika kamu mengalami gangguan irama jantung, nyeri di dada, dan sesak nafas karena rasa sedih yang berlebihan, bisa jadi kamu sedang terserang sindrom patah hati. Banyak orang yang terserang sindrom patah hati mengira mereka sedang terserang penyakit jantung karena gejala yang hampir sama.

***

Satu hal yang membuatku merinding ketika melakukan riset ini, karena cinta termasuk dalam salah satu proses biologis tubuh, katanya hanya tinggal menunggu waktu sampai seorang ahli biologi menemukan cara menghilangkan rasa cinta dari ketiga fase yang aku sebutkan di atas. Dan waktu tersebut tidak lama lagi.

Tips dan trik dari aku pribadi untuk mengatasi patah hati agar depresi yang dialami tidak sampai menjurus ke bunuh diri sambil menunggu obat pembunuh cinta diproduksi :

1. Semakin mendekatkan diri kepada Tuhan sudah pasti ya dan memang harus dilakukan.

2. Jangan mencoba melupakan ataupun mengingat-ingat. Ikuti saja apa yang sedang diinginkan tubuh dan pikiran tapi beri diri sendiri batasan.

3. Belanja.

4.Memberi sugesti positif kepada diri sendiri. Ingatkan diri sendiri bahwa kamu berharga, kamu bisa bahagia, kamu akan baik-baik saja.

5. Cara terampuh, adalah dengan menulis. Saat perasaan marah, kecewa, rindu, butuh, dan segala macam perasaan yang diciptakan hormon dalam tubuh, lampiaskankanlah dengan menulis. Ungkapkan umpatan terkasarmu dan rasa cinta terdalammu dalam tulisan.

6. Nikmati prosesnya. Atau kalau meminjam kata-kata Marina, "Eat the pain."

Fiuh. :)

Sumber :

https://www.liputan6.com/health/read/790422/saat-manusia-keluarkan-emosi-tubuh-berubah

https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/mengenal-4-hormon-pemicu-bahagia

https://kumparan.com/lexdepraxis/cinta-itu-proses-biologis-1rlLqtmPFSq

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/11/berapa-angka-bunuh-diri-di-indonesia

https://www.alodokter.com/hormon-oksitosin-hormon-cinta-di-dalam-kehidupan-manusia

Youtube The science of heartbreak.

https://www.health.qld.gov.au/news-events/news/science-behind-a-broken-heart

https://www.alodokter.com/emosi-berlebihan-hati-hati-kena-sindrom-patah-hati

https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/2696228/broken-heart-syndrome-putus-cinta-sebabkan-kematian


artikel ini dipublish di wattpad @LudiraLazuardi dengan judul "Patah Hati Picu Keinginan Untuk Mati? Ini Penjelasan Biologisnya" pada tanggal 5 September 2020.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top