Teacher ¦ Kuroo Tetsurou
Haikyuu!! © Furudate Haruichi
Req dari saya:v
Selamat membaca~!
.
.
Aku adalah Kuroo Tetsurou. Aku lahir di rumah sakit dengan bantuan dokter kandungan. Saat aku lahir, orang tuaku bilang aku tidak menangis. Mereka melakukan berbagai hal supaya aku menangis.
Aku juga adalah anak yang cerdas dan tampan. Aku tidak pernah turun dari peringkat satu, baik akademik, maupun non-akademik.
Oh, itu tidak penting.
Aku ingin membahas permasalahan dan dilemaku selama ini.
Aku bekerja sebagai guru SMA, tepatnya pelajaran biologi. Aku adalah wali kelas 2-1, tempat anak-anak pintar berkumpul.
Aku punya satu masalah. Bukan masalah seperti anak-anak nakal, tidak, tidak! Muridku adalah anak yang rajin dan patuh.
Bukan juga tentang nilai jelek. Mereka selalu berada di atas 50 besar.
Lalu, apa masalahku?
Masalahku adalah seorang murid yang saat ini sedang memberiku onigiri. Dia memang tidak bilang apa-apa, tetapi aku sudah menduga apa maksudnya. Karena aku peka.
"S-sensei ... makanlah, kau belum sarapan, kan?"
Aku menolaknya dan menunjukkan sebuah kotak bekal. "Maaf, ya. Aku sudah membawa ini."
Dia terlihat kecewa, tetapi tetap memaksakan diri untuk tersenyum. Dia pun meninggalkan ruangan ini.
Kalau aku menerimanya, dia pasti akan terus memberiku, kan?
"Wah, lihat sensei kita yang baru saja membuat muridnya menangis," ledek Rain. Perempuan itu adalah guru fisika dan teman semasa kuliahku dulu.
Aku mendengus. "Aku tidak mau memberinya harapan, lagipula ada seseorang yang bisa membahagiakannya."
Rain terkekeh. "Kalau begitu, apa kau mau membahagiakan seseorang?"
Aku menatap ke arah Rain, tetapi perempuan itu menghindari kontak mata denganku. Aku menyukainya sejak semasa kuliah, walau hanya sepihak.
Aku melepaskan tatapanku dan menggantinya dengan tertawa. Rain tampak lega.
"Aku sedang mencarinya."
Rain tiba-tiba bersemangat mendengarku. "Sebenarnya ada seseorang yang menyukaimu. Aku tidak akan bilang siapa, tetapi aku mau kau menemuinya sepulang sekolah di ruang kesenian. Oh ya, dia titip sebuah surat."
Ah, pernyataan cinta, kah?
Aku sukanya denganmu, Rain!
Andai aku bisa meneriakkan suara hatiku. Aku terlalu takut untuk memutuskan tali persahabatan ini.
"Baiklah." Hanya satu kata itu yang bisa kujawab. Rain tampak senang dan dia pun berpamitan.
Kenapa aku selemah ini dalam percintaanku? Padahal teman-temanku sering bercerita dan aku juga dengan mudah memberi solusi.
Aku melirik ke surat di depanku dan merobek ujungnya. Aku menarik kertas di dalamnya dan membaca isinya.
Kuroo-san, kuharap kau bersedia menemuiku di ruang kesenian. Maaf, aku tidak memberikan langsung padamu, tetapi malah lewat Rain-san.
Ada hal penting yang ingin kukatakan.
Aku sudah tahu, kok, apa yang mau kau katakan.
Kenapa aku tidak pernah mendapatkan ini dari Rain? Kenapa Rain harus selalu jadi perantara para wanita-wanita itu? Selalu saja seperti itu sejak dulu.
Aku menyukaimu, Rain!
...
Aku ... aku akan mengatakannya, setelah pernyataan cinta di ruang kesenian nanti. Pasti!
Aku menguatkan diriku. Jantungku kini berdebar tidak karuan.
Ayolah, cepat pulang sekolah!
- --- -
Pelajaran terakhir, akhirnya usai. Aku segera menancapkan gas ke kaki dan berjalan cepat ke arah ruang kesenian.
Saat aku membuka, aku bisa melihat sosok wanita berambut hitam legam. Ah, dia guru sastra yang mengajar kelas satu, ya?
Aku menghampirinya dan dia terlihat gugup. Ya, aku sendiri pun juga gugup.
"Ada apa, Kirishima-san?"
"A-aku ... aku menyukaimu, Kuroo-san! Bisakah kau menjadi pacarku?" Dia membungkukkan badannnya.
Aku harus merespon segera. Hari ini, Rain pasti pulang cepat.
"Maaf, tapi ada orang yang kusuka." Aku mengatakannya dan berpamitan padanya.
Aku segera berjalan cepat menuruni tangga dan sampailah di lantai paling bawah. Aku bisa melihat sosok Rain yang kini sudah melewati pintu masuk.
Aku mengejarnya dan menggapainya. Aku pun menarik tangannya untuk menjauh dari sekolah. Rain tidak menolak dan tetap mengikutiku.
Kami berhenti di dekat pantai. Tempat ini sepi karena sudah musim gugur.
Aku menatapnya dalam-dalam dan menarik napas dalam-dalam. Kemudian, kuembuskan dan menunjukkan keberanianku.
"Rain ... aku menyukaimu, sejak kita kuliah. Kau tahu itu, kan? Tolonglah, beri aku kesempatan!"
Rain tidak terkejut, tetapi dia memberiku senyum pahitnya.
"Maaf, sebentar lagi ... aku akan menikah. Maaf, Tetsurou. Aku harap kita bisa berteman seperti dulu." Rain mengatakannya dan menyerahkanku sebuah undangan.
Tanganku meraihnya dan hatiku terasa perih. Ini begitu menyakitkan ...!
"Kenapa kau tidak pernah bilang padaku, bahwa kau sudah memiliki seseorang?"
Tatapan nanar Rain membuatku tak kuasa. Kenapa dia harus memiliki tatapan yang sama denganku? Kau ... seharusnya bahagia, kan?
"Aku ... dijodohkan." Rain tertawa dengan wajahnya yang membuatku merasa perih.
"Jaman sekarang masih ada perjodohan? Kenapa kau tidak menolaknya?!" kataku sedikit terbawa perasaan.
"Aku tidak bisa ... Tetsurou, sebenarnya aku juga menyukaimu. Maaf, waktu itu aku terlalu takut memutus hubungan persahabatan ini ...."
Su-ka ...?
Padaku? Aku? Kuroo Tetsurou?
"Ka-kalau gitu, aku yang akan bicara dengan orang tuamu! A-atau kita bisa kabur dari sini!" Aku menggenggam lengannya. Namun, dia menepisnya.
Rain menggeleng. "Tidak bisa, Tetsurou. Aku takut ...."
"Ada aku di sisimu! Kenapa harus takut?" Aku membujuknya. Rasanya diriku menjadi lebih egois dan tidak sabaran. Oh, sepertinya aku sudah terlalu marah.
"Aku tidak bisa! Maafkan aku, Tetsurou!" Rain membentakku. Wanita itu menangis.
Aku memeluknya dan mengelus punggungnya. Tangis Rain semakin menjadi-jadi. Seakan langit mengerti, tetesan hujan mulai membasahi kami.
Aku dan dia menangis dalam hujan.
"Hei, Rain, apa kau mau bersamaku?"
"Aku mau! Kemanapun, tidak masalah."
Aku tersenyum dan membawanya ke atas bebatuan-bebatuan tinggi di dekat pantai. Dia mengerti maksudku dan terus mengikutiku.
Kami tiba di atas. Rain tersenyum padaku dan aku pun juga. Kami pun berpelukan dan jatuh ke jurang kematian itu.
"Terima kasih."
End.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top