Port Mafia ¦ Todoroki Shoto

Boku no Hero Academia © Horikoshi Kohei

Shouto × Kuroshima Mizuki (OC) × Slight!Katsuki

Req+OC by weaboo16

Genre : romance

Selamat membaca~!

.

.

.

"HOI!"

Mizuki menoleh ke sumber suara. Seorang pria dengan rambut tajam seperti durian memberi tanda agar dia menghampirinya. Mizuki yang sedang berbicara dengan bawahannya, terpaksa menghampiri salah satu Eksekutif bertemperamen buruk di sini.

"Ada apa, Katsuki-san?"

Pria itu-Bakugou Katsuki-menyentil kening Mizuki. "Oi, jangan bilang kau lupa hari ini ada pertemuan?"

Mizuki menepuk keningnya dan membuat Katsuki mendengus. "Dasar, yang beginian dijadiin Eksekutif."

"Beginian maksudmu apa, Katsuki-san?" Mizuki menatapnya dan Katsuki membalasnya, tapi sedetik kemudian dia mengalihkan pandangannya. Mizuki mengangkat bahunya melihat tingkahnya itu.

"Oh ya, Shouto-san sudah pulang?" tanya Mizuki dengan sedikit rona merah di pipinya.

Katsuki berdecih. Dia memutar tubuhnya dan pergi. Mizuki berkacak pinggang. "Seriusan deh, Katsuki-san kenapa, sih?"

"Ehem."

Mizuki menatap bawahannya yang sedang tersenyum-senyum itu. "Kamu kenapa senyum-senyum gitu? Geli tahu!"

"Mizuki-sama tidak bisa apa-apa, selain kekuatan." Mizuki langsung melototi bawahannya. Bawahannya itu langsung bersujud.

"Ya ampun, kenapa pada aneh, sih?"

"Siapa yang aneh?" tanya seseorang dari arah pintu keluar. Perempuan itu sangat mengenal suara manusia di belakangnya itu. Dia segera menghampiri laki-laki itu.

"Shouto-san! Kapan kamu pulang?"

Shouto menggaruk tengkuknya ketika melihat wajah Mizuki. "Kenapa wajahmu seperti itu? Kita kan hanya berpisah selama tiga hari."

Mizuki mengangkat tangannya. Dia melipat jari kelingking dan jempolnya. "Hanya tiga hari? Kau itu pergi selama tiga minggu, Shouto-san!"

"Maaf, aku terlalu fokus pada misiku." Mizuki menatap Shouto dengan tajam. Shouto terkekeh dan melebarkan tangannya ke samping. "Tidak mau melepas rindu?"

Mizuki memalingkan wajahnya. Dia mengibaskan tangannya ke arah wajahnya. "Kita kan cuma teman. Aku tidak mau memancing salah paham."

Shouto melunturkan senyumannya. "Apa karena kau ... suka Bakugou?"

Mizuki langsung berbalik menatap Shouto. "Tidak! Shouto-san, kenapa menuduhku terus? Aku sudah bilang berkali-kali, aku dan Katsuki-san hanya teman masa kecil."

Setelah berkata itu, Mizuki pun melewati Shouto. Dia kesal karena Shouto terus menuduhnya, bahkan terdengar seperti sedang menolak perasaannya. Apa aku harus menyatakannya? Mizuki menggelengkan kepalanya. Aku tidak mau hubungan kami memburuk. Tapi-

"Mizuki!" Shouto mengejarnya dan menarik tangannya. Perempuan itu sontak kehilangan keseimbangannya dan terjatuh ke belakang. Dengan sigap, Shouto menahan punggung perempuan itu.

"Kau tidak apa-"

"OI, RAPAT MAU MULAI!" sela Katsuki dari belakang mereka. Dari tadi, dia mengamatinya.

Katsuki menghampiri keduanya, menarik tangan Mizuki, menatap tajam pada Shouto, dan berjalan sambil menarik Mizuki. Sedangkan Shouto mengekor di belakang.

Shouto menatap tangan Katsuki yang menggenggam tangan Mizuki. Dia mengepalkan tangannya, tapi hanya memendam rasa perih itu. Shouto sendiri tidak tahu, sudah berapa lama dia memendam rasa sakit itu.

"Kalian terlambat!" seru pria berkacamata yang sedang menekan jembatan antar lensa kotaknya itu. Dia mau berdiri untuk menceramahi ketiga orang itu, tapi ditahan oleh suara bosnya.

"Tenanglah, Iida-kun. Kuroshima-san, Bakugou-kun, dan Todoroki-kun, kalian bisa duduk," kata bos berperawakan ramah itu.

Ketiga orang itu segera menempati kursinya. Sekarang, ke-4 Eksekutif dan Bos sudah berkumpul di dalam ruangan luas bernuansa Eropa lama itu.

"Todoroki-kun, apa kau sudah menemukan petunjuk tentang Toshinori-san?" tanya Bos sambil menatap Shouto.

"Belum, Bos. Saya baru bertemu salah satu anak buahnya. Saat ini, dia ada di penjara," jawab Shouto dan menjulurkan sebuah dokumen kepada Bos.

Bos mengeluarkan lembaran kertas di dalamnya dan menelusuri setiap kata di dalamnya dengan cermat. "Bakugou-kun, apa kau berhasil menangkap Aizawa-san? Jujur saja, dia detektif yang merepotkan," ujar Bos, masih menatap lembaran di depannya.

"Maaf, Bos. Saya membiarkan dia bunuh diri." Bakugou menundukkan kepalanya hingga menyentuh meja.

Tidak biasanya untuk seorang Bakugou Katsuki mengalami kegagalan sampai menundukkan kepalanya begitu. Mizuki penasaran apa yang menyebabkan hal itu terjadi.

"Bakugou-kun, aku mau kau menemukan keberadaan Toshinori-san sekarang." Bos itu melemparkan dokumen pemberian Shouto kepada Katsuki. Laki-laki pirang itu menangkapnya dengan tepat.

"Sesuai perintahmu, Bos." Katsuki menunduk dan mengangkat kepalanya lagi. Saat itu, maniknya dan manik Mizuki bertabrakan. Katsuki memutuskan membuang tatapannya.

Apa dia baik-baik saja? cemas Mizuki. Perempuan itu akan menanyakannya setelah rapat selesai.

"Kuroshima-san, aku ingin kau membantu Bakugou-kun. Bisa tidak?"

"Baik, Bos!"

Bos memainkan jemarinya di atas meja seperti seorang pianis. Dia menarik sudut bibirnya ke atas, kemudian kepala seseorang sudah berada di tangannya. Kepala Tenya berada di tangan Bos.

Mizuki melompat dari kursinya dan menjaga jarak dari Bos. Begitu pula dengan Katsuki dan Shouto.

"Apa maksudnya ini, Bos?" tanya Shouto dengan tangannya yang sudah siap untuk melancarkan serangan.

Bos meletakkan kepala tersebut ke meja. Mizuki bergeser perlahan agar bersebelahan dengan Shouto.

"Dia bukanlah Iida-kun." Ketiga orang selain Bos tercengang. Bos pun menepuk tangannya dua kali dan seseorang muncul dari langit-langit. Dia melompat turun ke atas meja. Laki-laki itu mirip dengan laki-laki yang diputuskan kepalanya-lebih tepatnya dia adalah Iida Tenya yang asli.

"Lihatlah, penyusup bisa masuk ke tempat ini." Bos menekan kakinya ke lantai hingga lantai bergetar. "Apa yang kalian lakukan selama ini?"

Mizuki, Shouto, dan Katsuki menunduk, tidak bisa menjawab. Jika mereka orang biasa, pasti sudah terduduk lemas karena tekanan ini.

"Maafkan kami, Bos."

Bos menghela napasnya. "Aku tidak butuh permintaan maaf. Aku mau kalian membawa kepala Toshinori-san. Hanya itu permintaanku. Kau tahu sendiri, Port Mafia sudah melemah sejak Toshinori-san menangkap sepertiga Eksekutif." Bos berjalan kembali ke kursinya dan duduk di sana. "Jangan mengecewakanku atau kepalamu akan putus."

"Baik, Bos. Kami tidak akan mengecewakanmu."

Bos mengibaskan tangannya. "Rapat selesai. Kalian semua keluar. Oh ya. Iida-kun, aku ingin kau membantu Bakugou-kun juga."

Tenya membungkuk. "Baik, Bos!"

Keempat orang itu pun keluar dari ruangan. Mereka semua mengembuskan semua napasnya. Hawa mencekam itu masih terasa hingga menelusuk ke pori-pori. Tidak ada orang yang bisa menciptakan tekanan sebesar itu, selain Bos.

"Huh, sepertinya Bos sedang dalam mood buruk. Kita harus secepatnya menemukan Yagi Toshinori," ucap Mizuki dan diangguki yang lain.

Keempat orang itu pun mempersiapkan diri untuk mencari Yagi Toshinori. Besok, mereka akan pergi menuju Saitama. Menurut informan bernama Orihara, Yagi Toshinori berada di sana. Shouto sedikit ragu, tapi dia tidak ada pilihan lain. Lebih baik mencoba, daripada tidak ada.

"Jam 8, di depan stasiun. Jangan terlambat!" seru Tenya dan berkali-kali mengatakannya hingga mereka berpisah. Pria itu memang ketat sekali terhadap apa pun.

Keesokan harinya, Mizuki sudah berdiri di depan stasiun. Dia menunggu ketiga temannya untuk berangkat.

"Mizuki!" Mizuki menoleh dan mendapati Shouto berjalan menujunya. Mizuki masih canggung jika mengingat kejadian belum lama ini.

"Sh-Shouto-san, kau berlari dari rumah?" Mizuki bisa melihat jumlah cairan yang mengucur di kulit putih pria berambut merah putih itu.

"Ya, kupikir aku terlambat. Ternyata jamku yang rusak." Shouto tertawa kecil sambil menunjukkan jam tangannya. Benar, jam itu rusak.

Mizuki berkacak pinggang. "Dasar! Makanya, diperiksa dulu."

Shouto mengacak rambutnya, kikuk. "Kau sendiri datangnya cepat sekali. Apa jam di rumahmu juga rusak?"

"Aku hanya bosan menunggu di rumah." Manik Mizuki berubah menjadi kelam. Shouto mengangkat tangannya dan mengarahkannya ke pipi Mizuki, tapi-

"OI!" Suara itu menghentikannya. Shouto dengan sigap menurunkan tangannya. Dia menatap sumber suara yang sedang berlari ke arahnya dan Mizuki.

"Katsuki-san, cepat juga."

"Iida belum datang ya?"

"Aku sudah dari tadi di sini." Tenya menampakkan dirinya dari balik tiang. Dia pun mendekati temannya. Tenya menutup mulutnya yang hampir menyemburkan tawa. Shouto pun memerah, sedangkan Mizuki mengangkat bahunya karena tidak mengerti.

"Ayo masuk!" seru Katsuki. Dia sengaja berteriak tadi karena ingin menghentikan Shouto. Sekalipun tahu perasaan mereka searah, Katsuki masih tidak bisa menerimanya. Toh, Mizuki belum menyadarinya juga.

Keempat orang itu berhasil menempati kursi di kereta. Gerbong tersebut sepi, bahkan tidak ada orang, selain mereka. Padahal ini hari Senin, hari bekerja.

Sejak kereta ini melesat, Katsuki merasa tidak tenang. Dia pun berdiri dan menghampiri gerbong depan, disusul Tenya yang pergi ke gerbong belakang. Sedangkan Mizuki dan Shouto duduk diam di tempatnya.

"Mizuki, kau yakin tidak mau mengikuti Bakugou?" Shouto meluruskan arah matanya ke Mizuki. Perempuan itu kecewa mendengarnya.

"Shouto-san, kenapa kau selalu membahas Katsuki-san saat kita berdua? Kau yang ada di depanku, bukan Katsuki-san. Kau yang kutatap, bukan Katsuki-san." Mizuki menurunkan intonasinya. "Apa kau tidak bisa mengerti itu?"

Shouto seperti tersadarkan oleh sesuatu. Sikap Mizuki, tatapannya, Shouto baru menyadarinya. Pria itu pun merengkuh tubuh perempuan di sebelahnya itu dengan lembut. Dia takut akan menghancurkan tubuh itu, jika terlalu erat.

JDUARR!

Keduanya menoleh ke arah gerbong depan. Suara itu seperti ledakan besar dan tidak mungkin dikeluarkan oleh Katsuki. Itu terlalu keras.

"Apa itu bom?"

"Mungkin. Aku akan mengece-" Mizuki menahan pergelangan tangan Shouto. Shouto menyentuh tangan Mizuki sambil tersenyum lembut-senyuman yang dapat membuat siapa pun membeku melihatnya. "Aku tidak apa-apa. Lebih baik kau menemui Iida."

Mizuki mengangguk. "Jaga dirimu."

Mizuki berlari ke arah gerbong belakang. Setiap dia membuka pintu, dia tidak melihat seorang pun duduk. Ini benar-benar janggal.

"Tenya-kun!" Mizuki terus menyerukan nama pria berkacamata itu, tapi tidak ada jawaban yang diterimanya. Justru suara ledakan dari gerbang depan, membuat Mizuki cemas.

"Tenya-kun, kamu di ma-"

JDUARR!

Bom waktu itu meledak bersamaan dengan Mizuki mendapatkan sosok yang dicarinya. Sosok itu tersenyum dengan mata menyipit.

"Selamat tinggal, Mizuki-san."

Setelah itu, Mizuki tidak bisa mengingat apa-apa lagi.

Fin.

- -------- -

A/N:

Maaf ya, baru selesai sekarang dan maaf jika tidak memuaskan:" (Maaf saya jadi menyiksa karakter orang lain. Kebiasaan, sih, ehe /dicekik)

Udah lama saya gak nulis romance, jadi hasilnya begitulah. Malah menyerempet ke genre lain.

Terima kasih atas request-annya!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top