Polisi ¦ Hijikata Toushirou
Gintama © Sorachi Hideaki
Req dari saya untuk husbu saya yang satu ini.
Selamat membaca~!
.
.
Laki-laki itu memasukkan sesendok nasi mayones ke mulutnya. Orang yang duduk di sampingnya sampai mual melihat semangkok nasi mayones itu.
Hijikata Toushirou--nama laki-laki itu--menawarkan mayones pada orang di sebelahnya. Tentu saja, orang itu langsung kabur dari tempatnya. Dia takut jika harus melawan polisi itu dan dia juga tidak mau mati karena mayones.
Hijikata Toushirou dikenal dengan sebutan Oni no Fukuchou (Wakil Komandan Iblis). Tapi, dibalik julukan dan tatapannya yang judes itu, Hijikata adalah orang yang penakut.
Ketika Yamazaki Sagaru--mata-mata di Shinsengumi--mengajak Hijikata menonton film horor, pria itu langsung berpura-pura sibuk. Okita Sougo--ketua divisi 1--yang melihat itu langsung mengejeknya habis-habisan. Hijikata pun terpaksa menerima tawaran itu.
Tapi, apa daya? Penakut, tetaplah penakut. Hijikata sampai teriak-teriak dan tidak bisa tidur. Sialnya, Okita memotret momen memalukan itu.
"Kamu gak punya teman ya? Sampai-sampai makan sendirian setiap kita ketemu. Kasihan banget."
Hijikata menengok ke kanan. Dia menatap sebal perempuan berambut vermilion itu. "Gak bareng Sougo?"
Perempuan itu memangku dagunya dengan kedua tangan. "Kayaknya lagi hibernasi."
Tensi Hijikata naik. "Anak itu gak patroli lagi!" Hijikata menghabiskan nasi yang tersisa dengan cepat dan membayarnya juga dengan cepat. Dia bergegas kembali ke markas Shinsengumi. Hijikata sudah menyiapkan pukulan buat Okita.
Karena jalan terburu-buru, Hijikata menabrak seseorang. Hijikata pun terpaksa berhenti dan membantu perempuan yang terjatuh itu. "Maaf, kamu baik-baik aja, kan?"
Perempuan berambut hitam sependek pundak itu tersenyum tipis--terlihat dipaksakan di mata Hijikata. "Aku baik-baik aja. Terima kasih." Perempuan itu kembali berjalan.
Hijikata merasa janggal, tapi dia juga tidak kenal dengan perempuan itu. Hijikata pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya lagi.
Saat sampai, dia mencari-cari Okita. Namun, Hijikata tidak menemukannya di sudut manapun. Dia pun lantas bertanya pada Yamazaki yang kebetulan sedang bermain raket.
"Hoi, Okita di mana?"
"Patroli kali."
"Gak, gak mungkin. Anak kayak begitu mana mungkin patroli."
"Lho, Hijikata-san bukannya senang kalau Okita-san bertugas?"
"Gak, gak! Itu artinya dia gak waras."
"Fukuchou yang gak waras." Yamazaki malah kesal sendiri. "Sudah, sudah, mending Fukuchou temui Kondou-san aja. Tadi dia nyari-nyari."
Hijikata pun menemui Kondo--ketua Shinsengumi. Ketika menggeser pintu ruangan, Hijikata melihat Kondo babak belur. "Siapa yang melakukan itu, Kondo-san?!"
"Ah, ini ... ini karena jatuh!"
"Mana ada orang jatuh bonyok begitu!" Hijikata kesal. "Jujur saja, Kondo-san!"
"Ini karena Otae-san, hehe ...."
"Perempuan itu ...!"
"Sudah-sudah. Aku mau memberi tahu sesuatu." Kondo mencoba menenangkan Hijikata.
"Memberi tahu apa?"
"Kau dijodohkan."
"Oh, dijo--HEEE?!" Hijikata kaget sekali. "Tapi, Kondo-san kan belum menikah!"
Kondo tertohok.
"Ya, ini karena salah satu petinggi Bakufu merasa putrinya cocok denganmu, Toushi. Tidak apa-apa, dia cantik! Bukan gorila!" Kondo mengingat kembali perjodohannya dengan putri gorila. Dia mau menangis jika mengingat itu.
"Gak peduli! Aku gak berniat menikah sampai Kondo-san menikah! Lagi pula aku gak yakin wanita itu akan betah denganku."
Kondo berdiri dan menghampiri Hijikata. Dia menepuk bahu Hijikata sambil tersenyum. "Berbahagialah, Toushi. Kalau sudah mencapai umur 30, susah mau mencari jodoh lagi."
Ternyata, Kondo sedang mengasihani dirinya sendiri.
"Setidaknya, temui saja dia pada makan malam hari ini." Kondo berdiri dan meninggalkan Hijikata. Laki-laki itu berdiri dan keluar dari ruangan itu juga.
Saat keluar, dia melihat perempuan yang dia tabrak sebelumnya. Hijikata terheran-heran. "Tempat ini dilarang untuk warga biasa. Bagaimana kamu bisa masuk?"
Perempuan itu membungkuk dengan anggun. "Namaku Ene, anak dari salah satu petinggi Bakufu."
"Jangan bilang kau--"
Perempuan itu menyela, "Ya, kita dijodohkan."
"Kau bisa membatalkannya tidak? Aku tidak berniat memiliki hubungan main-main." Hijikata serius. Ene tersenyum lembut.
"Aku juga ingin membatalkannya, tapi ayah memaksaku." Hijikata yang sempat berharap, langsung kecewa. Sekarang, Hijikata tahu alasan Ene memberikan senyumnya yang dipaksakan itu. Ayahnya mengekangnya.
Hijikata juga tidak bisa menentang Bakufu. Dia terpaksa harus melakukan itu. "Kau suka mayones?"
"Suka, kenapa?"
"Mau makan malam bersama?" Ene mengangguk. "Akan kutunjukkan diriku yang sesungguhnya."
Ya, Hijikata berharap Ene muak dengannya. Dengan begitu, Ene akan memaksa ayahnya dan perjodohan pun dibatalkan.
"Aku tahu kok, kamu gila mayones."
Rencana Hijikata pun gagal.
"Sejujurnya, aku lega karena kamu yang dijodohkan denganku."
Hijikata bertanya-tanya dalam hati. Jantungnya pun berdetak tiga kali lebih cepat.
"Karena kamu pria yang manis."
"Pria ma-mana ada yang manis!" Hijikata merasa telinganya panas.
Semoga saja dia gak sadar!
"Haha, aku bercanda. Gak usah malu-malu gitu." Ene tertawa dan membuat Hijikata kesal. Padahal, Hijikata sudah dag dig dug.
"Tapi, aku gak bohong waktu aku bilang lega kita dijodohkan."
Hijikata gak tahu lagi harus berbuat apa. Hatinya benar-benar diangkat dan dijatuhkan oleh perempuan itu.
Semoga perjodohan ini dibatalkan. Rasanya jantungku bisa gila.
"Jantungku juga sama."
Hijikata menganga. "Kau dengar pikiranku ...?"
Ene hanya tersenyum sebagai jawaban dan membuat Hijikata semakin memerah. "Jangan senyum karena i-itu membuatku panas!"
"Kalau kamu bilang begitu, aku jadi gak bisa berhenti tersenyum, tahu."
Semoga aku gak jatuh cinta dengan wanita menyebalkan ini karena ini membuatku kelihatan konyol.
Fin.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top