Fishmonger ¦ Monoma Neito

Req from rayzhyouth
Boku no Hero Academia © Horikoshi Kohei
Pic © the artist

「 Monoma Neito × Reader 」

Genre : comedy, comedy, comedy

Selamat membaca!

.

.

"Neito? Kau bau amis, ya?"

Monoma Neito mengendus-endus tubuhnya. Memang, dirinya bau amis, seperti kata sang pacar.

"Ya, aku sangat suka ikan, bagaimana lagi?"

Kamu—selaku pacar Monoma Neito—tertawa. Kamu sudah tahu kebiasaannya yang suka bermain dengan ikan peliharaannya.

Hah! Tentu saja itu cuma bualan sang Monoma!

Tidak mungkin ia mengatakan dirinya seorang penjual ikan, kan? Dulu, ia sering berjualan ikan, tapi demi sang pacar, ia jadi sering bepergian untuk menangkap ikan di laut. Agar tidak ketahuan.

"Kau pandai memancing, kan? Kapan-kapan kita memancing bareng, ya?"

"Tentu, sayang."

Kamu menyandarkan kepalamu di pundak sang pria. Kamu menyukai pria itu dua tahun yang lalu, pada pandang pertama. Saat itu, kau melihatnya sedang berjualan ikan dengan semangatnya.

Dirinya yang mengelap keringat, tersenyum, dan caranya membujuk orang-orang untuk membeli—semuanya membuatmu terpikat. Meski dia suka menyindir, kau juga menyukainya.

Ia juga sering tertawa, tanpa alasan. Tapi, kau juga menyukainya.

Mungkin, seperti kata orang. Seburuk apapun kelemahannya, kalau sudah cinta, ya, kekurangannya malah jadi terlihat menawan.

Dia berbohong pun kamu sudah tahu kebenarannya dari awal. Meski, Monoma tidak tahu hal itu. Kamu hanya ingin Monoma mengatakannya padamu. Jujur padamu.

"Neito?"

"Ya?"

"Kamu kayaknya mandi dulu aja, deh."

Monoma Neito yang sempat melambung kepercayaan dirinya, langsung melonjak turun seperti harga pasar. Mungkin karena dia pasaran.

Bercanda.

Monoma akhirnya pulang ke rumah dan berniat pergi ke kamar mandi, tetapi orang tuanya menahan ia terlebih dahulu.

"Neito, ada yang mau ayah dan ibu bicarakan padamu." Sang ayah terlihat sangat serius.

Monoma tidak bisa menolak keinginan ayahnya. Ia duduk di depan kedua orang tuanya. "Ada apa, Yah?"

Sang ayah menopang dagunya di atas meja dengan kedua tangannya. Ia masih terlihat serius. "Kau sudah punya pacar, ya?"

"Sudah."

"Kau tidak menghayal, kan?"

"Tidak."

"Kau ...," Monoma menelan salivanya, "... kapan menikah?"

"Belum kami rencanakan." Monoma masih mencoba menjawab dengan tenang.

"Hmm...." Sang ayah menatap Monoma—ah, bukan menatap dirinya sendiri, ayahnya tidak senarsis itu, tetapi dia menatap anaknya, Neito.

Neito merasakan getaran di ponselnya. Semoga saja itu dari operator. Bukan karena dia suka sama operatornya, dia tidak mau kamu khawatir.

Lebay memang, kamu juga tidak sepanik itu hanya karena tidak dibalas pesan semenit-dua menit.

"Jadi, kapan kamu mau membawanya ke sini?" tanya ayahnya.

Neito gagap. Ia tidak tahu harus berkata apa, jika kamu sampai tahu pekerjaan aslinya. Dia hanyalah manusia kalangan bawah yang berusaha mendapatkan hati manusia dari kalangan atas.

"Nanti kutanyakan padanya," ucap Neito. Dia bangkit dari kursinya dan kembali ke kamar. Dia mau mandi dan menemui dirimu, setelahnya.

Sedangkan di ruangan sebelumnya, sang ayah dan sang ibu malah berpelukan. Bukan, mereka bukan reinkarnasi dari Teletubies, mereka senang karena sebentar lagi punya cucu.

Heran, anaknya saja belum bilang kapan nikah, tetapi mereka sudah memutuskannya seenak dagu.

Kembali ke Neito. Dia sudah selesai mandi. Dia juga menambah sedikit cipratan parfum untuk tubuhnya. Dia menatap pantulan dirinya di cermin. Dia berniat mengatakan yang sejujurnya padamu.

Dia menarik napas, lalu dia embuskan. Dia tarik lagi, dia embuskan. Dia tarik lagi, dia embuskan. Terus-menerus selama 30 menit.

Kepercayaan dirinya mulai terkumpul. Tanpa basa-basi, ia segara berlari ke tempat kamu menunggu. Berlari, terus berlari, hingga akhirnya dia sampai.

Neito tidak kehabisan napas karena kalau habis dia pasti sudah mati.

Maksudnya, dia tidak kelelahan, karena dia punya banyak stamina dari pekerjaannya.

Neito mendekati kamu yang sedang duduk di pinggir sungai. Dia mengenggam tanganmu dengan sorot mata serius.

"(F/N)...."

"Ya?"

"Aku...."

"Ya?"

"Sebenarnya...."

"Ya?"

"(F/N)...."

"Ya?"

"Aku...."

"Ya?"

"Sebenarnya...."

"Ya?"

"(F/N)...."

"Lah kok ngulang lagi?"

"Maaf, aku gugup. Baiklah, (F/N), ada yang mau kubicarakan denganmu."

"Dari tadi, kau sudah bicara, Neito."

"Sebenarnya, aku adalah penjual ikan di pasaran. Tetapi, bukan berarti aku ini pasaran!"

Kamu terkekeh. "Akhirnya, kau jujur juga."

Neito melongo.

"Aku sudah tahu sejak awal, Neito."

Neito masih melongo.

"Jadi, apa kamu mau segera melamarku?"

Neito tidak melongo lagi. Dia kembali serius. Dia pegang jari-jari milikmu, kemudian dia berkata, "Akan kulamar besok. Kau siap, ya?"

Kamu mengangguk senang. "Aku selalu siap jika itu dirimu."

"Haha, kalau begitu, kau juga siap harus bertemu orang tua ku sekarang?"

"EH?! Aku belum siap-siap! Aku belum dandan dan memakai baju yang rapi!" bantahmu.

Neito kembali tertawa. "Kau selalu cantik, kok, (F/N)."

End.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top