Spesial Chapter 17-an
Ini gue nulisnya lagi receh banget kali ya, gue sedih sendiri bacanya. Tapi dibuang sayang dan gue juga gatel banget mau publishnya.
Yodah publish aja, gitu pikir gue.
So, let's we start Wawancara Eksklusif bersama :
Prof. Dr. Park Woojin S. Pg. (Sarjana Pergingsulan)
Jadi mulai ini ke bawah semuanya bakal POV Woojin.
3! 2! 1! ACTION!
Yak, terima kasih kepada Kuroko Shuyaku selaku rekan saya yang telah membuka acara ini. Nah pertama-tama topik yang akan saya bahas kali ini adalah, betapa meriahnya Peringatan 17 Agustus di Kampung Kampungan. Walaupun namanya Kampungan, saya kaget melihat betapa kinclongnya wajah manusia-manusia disini.
Nah, sekarang saya akan berjalan ke arah barat. Sepertinya disanalah pusat dari kemeriahan acara ini.
Oh tunggu! Apa ini? Saya bertemu para bocah Kampung Kampungan. Mari kita wawancarai sejenak.
Woojin : "Halo, Dek."
Bocah-bocah : "Iya, Om~?"
Woojin : "Oke, pertama-tama kita perkenalan dulu ya."
Diajak kenalan, bocah yang paling kiri langsung maju duluan. Hmm terlihat sekali bibit cabenya.
Hyungseob : "Saya Ahn Hyungseob, Om ehe. Om disini mau lamar saya ya? Om ganteng deh."
G.
Justin : "saYA JUSTIN OM!!!"
Ga usah jerit-jerit, Dek.
Hyungseob : "Itu yang disamping Justin namanya Jung-jung, terus Euiwoong, terus Seunghyuk!"
Woojin : "Cunyuk?"
Seunghyuk : "Seunghyuk, Om :(("
Astaga nampaknya saya melakukan kesalahan besar yerobun, karena si Ceungnyuk ini tiba-tiba menampakkan ekspresi ingin menangis. Saya jadi merasa bersalah.
Woojin : "Ah iya, iya, maaf ya, siapapun nama kamu tadi."
Jangan lupa pamer gingsul, niscaya gingsul akan menyelamatkan anda dari seluruh masalah.
Euiwoong : "eH OM TAU GA TADI ADA KODOK?"
Suara anak itu enggak kalah menggelegar dari anak yang namanya Justin tadi. Sekarang saya bingung siapa tadi ya nama anak ini? Eyiwung? Saya cuma inget Wung nya.
Jung-jung : "Bukan kodok, ih. Tokek!"
Hyungseob : "Om main sama kita-kita yok~"
Seunghyuk : "Hiks, Om ga inget nama aku :"("
Euiwoong : "Tokek itu gede, yang tadi itu kecil. Udah pasti kodok!"
Justin : "Om lebih gede kodok apa katak?"
Saya pusing lama-lama kalau begini terus yeorobun. Karena itu saya memutuskan untuk lari kabur saja. Namun sebelum sempat saya kabur, anak bernama Justin itu menarik saya untuk menyaksikan acara yang jauh lebih spektakuler daripada nontonin bocah-bocah debat.
Yaitu, tarik tambang.
Saya mengabadikan momen ini dalam sebuah foto, karena muka mereka lawak sekali teman-teman. Kadang jika saya sedang badmood, saya akan membuka kembali foto ini, lalu tertawa keras-keras supaya hilang badmood saya.
Dari gambar terlihat Justin yang sedang tertawa bersama temannya yang mukanya kayak curut, kecil gitu. Sedangkan para bocah lainnya sedang adu tarik tambang, jadi saya memutuskan untuk mewawancarai seorang remaja yang sedang mengawasi jalannya pertandingan.
Woojin : "Yap, pertama siapa nama anda?"
??? : "Long."
Lalu dia menunjuk saya.
??? : "Guo."
Dia menunjuk dirinya sendiri.
??? : "End."
Lah? Apa? Saya hanya bisa tercengo. Apa itu lawakan? Karena saya bingung sekali sekarang.
Woojin : "Oke, jadi dengan Bapak Longguoend(?) menurut Bapak siapa yang akan memenangkan pertandingan?"
Longguo : "Longguo saja."
Woojin : "Oh oke, jadi menurut Bapak siapa yang akan memenangkan pertandingan."
Longguo : "Gue gamau dipanggil Bapak. Gue gak setua itu."
Woojin : ":) ya udah iya. Jadi menurut Koko siapa yang akan menang?"
Longguo : "Ya, gak tau. Gue gak nonton."
Saya rasanya ingin menjerit, jaDI APA FAEDAHNYA ANDA BERDIRI DISINI?! Tapi atas dasar sopan santun, saya membatalkan aksi jerit menjerit saya.
Karena itu saya memutuskan untuk meninggalkan Koko yang sepertinya bakal pingsan kapan saja dilihat dari mukanya.
Saya mendekati seorang anak yang menggunakan penutup mata. Yang setelah saya tanya namanya adalah Baejin.
Woojin : "Dek, menurut kamu siapa sih yang bakal menang?"
Baejin : "Menurut aku yang itu Bang."
Dia menunjuk daerah lawan yang tidak saya abadikan fotonya karena terlalu silau.
Woojin : "Lho kenapa? Mereka keliatannya lemah lemah."
Baejin : "Soalnya ganteng, ehe."
Saya hanya bisa mengelus dada melihat kelakuan bocah-bocah zaman sekarang. Mereka sangat kebelet pacaran padahal kencing saja masih belum lurus. Eh, astaga, gak boleh ngehujat bocah.
Sesuai prediksi saya, tim yang di foto memenangkan pertandingan, jadi saya memutuskan untuk mewawancarai leader mereka. Saya merasa anak yang dibaris kedua adalah leader mereka. Karena mukanya yang menunjukkan semangat perjuangan.
Saya sebenarnya ingin mengomentari masker yang anak itu gunakan, namun sepertinya memang masker itu sedang trend jadi saya tidak ambil pusing.
Woojin : "Apasih rahasianya kalian bisa menang dengan mudah?"
Ong : "Gak ada kok, Om. Bahkan ini baru usaha minimal tim kami. Tanpa latihan pun tim kami bisa menang mudah. Namun, tim kami tidak akan menang tanpa aku, Om. Aku ini yang paling kuat. Coba aja aku sendiri lawan seluruh bapak-bapak di kampung ini sudah pasti aku yang akan menang!"
Ingin ku menghujat.
Woojin : "Apasih Dek? Kok tiba-tiba om jadi agak congek gitu ya?"
Ong : "Ya udah, sini aku ulang, Om. Nah jadi gini tim aku itu tanpa latihan....."
Woojin : "Udah Dek, udah. Cukup."
Ong : "Padahal masih tiga lembar lagi lho, Om teks pidato aku."
Woojin : "Yaa Allah......"
Hoho : "Om, Hoho mau diwawancarain juga....."
Woojin : "Kamu tim tarik tambang juga kan? Enggak usah, Dek. Soalnya saya udah wawancarain ketua tim kamu."
Hoho : "Enggak, Om. Hoho mau lomba makan kerupuk."
Mata saya berbinar. Tentu saja, 17 Agustus-an tidak akan pernah lengkap tanpa lomba makan kerupuk ya.
Jadi, saya mengikuti anak bernama Hoho tersebut bersama temannya yang bernama Gunhee.
Dalam fikiran saya, mereka berdua akan melawan tiga atau lima anak. Tetapi dugaan saya salah.
Ternyata saya salah. Hanya mereka berdualah peserta dari lomba ini. Tentu saja saya bingung. Jadi saya memutuskan untuk bertanya dengan salah satu mbak yang asyik menonton di belakang mereka.
Woojin : "Eh, mbak, boleh dong, kenalan."
Hyungseob : "oM TEGA! OM SELINGKUH SAMA AKU! HUBUNGAN KITA OVER OM! TERIMA KASIH UDAH MENGHANCURKAN HATI AKU!"
Si Mbak : "Eh, tadi pacar kamu?"
Woojin : "Cuma bocah lagi latihan drama. Oh iya si mbak namanya siapa ya?"
Linnie : "Nama saya Linnie."
Namanya kebagusan.
Woojin : "Jadi, Mbak. Saya pendatang disini, jadi saya sedikit bingung mengapa peserta lomba kerupuknya hanya mereka berdua ya?"
Linnie : "Lihat aja."
Sahut si mbak sambil menunjuk Hoho dan Gunhee yang bersiap sedia lomba. Saat peluit tanda mulainya lomba dibunyikan, saya juga kaget karena tiba-tiba kerupuknya sudah setengah aja. Iya, mereka berdua sangat rakus seperti belum makan setahun! Wajar saja tidak ada yang berani menandingi mereka!
Saya lebih kaget lagi, ketika juri membawa dua kantong kerupuk dan digantungkan. Hoho dan Gunhee dengan ganasnya melahap semuanya bahkan tampa sisa. Saya bingung kok bisa mereka enggak tersedak ya?
Linnie segera menghampiri Hoho yang merupakan juaranya. Dia menggendong Hoho lalu memutar-mutar bocah tersebut.
Linnie : "Dia ini adek saya lho Om! Juara makan kerupuk dari tahun ke tahun!"
Woojin : "Wah selamat ya. Jadi Dek Hoho, apa rahasia kamu bisa makan dengan begitu cepat dan banyak."
Hoho : "Aku suka makan, Om."
Woojin : "Lalu saya perhatikan badan kamu termasuk kurus ya untuk ukuran orang yang hobi makan. Apa sih rahasianya menjaga berat badan ideal kamu?"
Hoho : "Aku gak tau, Om. Ayah juga kadang bingung, tapi mungkin karena aku sering eek ya?"
Gunhee : "Kalau aku karena aku kunyahnya enam puluh kali sampe halus bener Om. Makanya badan aku tetap ideal."
Woojin : "Menurut mbak Linnie sendiri bagaimana?"
Linnie : "Menurut saya sih lebih karena keturunan, Om. Liat aja dari badan saya."
Saya mengangguk paham. Ketika sedang asyiknya mewawancarai kakak beradik ini, tiba-tiba seseorang menabrak saya dengan kencang.
Linnie : "Jihoon kamu ngapain?!"
Woojin : "Maaf salah saya apa ya?!"
Jihoon : "Sorry ya, tapi Linnie udah milik saya. Jangan berani menikung kamu. Hadapi saya secara gentle."
Sebenarnya saya tidak tertarik dengan Mbak Linnie, namun karena sudah terbawa emosi, jadi saya mengiyakan saja ajakan tempurnya. Begini-begini saya jarang kalah lho.
Karena masih suasana 17-an, Jihoon mengajak saya bertanding ini.
Apa ya ini namanya? Gebuk-gebukan menggunakan karung?
Saya meminta seorang di dekat sana untuk bantu memfotokan. Tentu saja seperti yang terlihat di foto, saya kalah telak.
Awalnya memang pertandingan saya kuasai, saya berhasil menjatuhkan karung yang dipegang Jihoon. Saya bahkan berhasil menghantam telak wajahnya.
Namun saya melakukan kesalahan besar. Saya seharusnya menghantam badannya saja supaya ia terjatuh dengan cepat. Saat saya tidak sengaja menghantam wajahnya, dia langsung masuk ke binatang buas mode.
Dia tiba-tiba menjadi liar dan berhasil menjatuhkan saya dengan sekali tendang. Saya heran mengapa dia tidak didiskualifikasi.
Woojin : "Kongret ya, saya akui memang kamu lebih kuat daripada saya."
Linnie : "Yaay selamat Jihoon!"
Woojin : "Tapi saya bingung, kenapa kamu tiba-tiba menjadi ganas? Sebegitu inginnya kah kamu memenangkan pertandingan ini?"
Jihoon : "Muka saya itu precious!"
Woojin : "Oke, terserah. Saya mohon pamit dulu ya. Sepertinya sudah cukup saya meliput kegiatan 17-an di kampung ini."
Namun Linnie menghentikan saya.
Linnie : "Maaf Om. Tapi lomba balap karung kita kekurangan satu peserta. Mohon kesediaannya."
Ya tentu saja saya senang. Saya juga ingin ikut memeriahkan lomba-lomba di kampung ini. Jadi saya menyetujui tawaran Linnie.
Kembali saya terkenang masa-masa 17-an kemarin. Saya berhasil menjadi juara pertama karena saya sudah terbiasa melompat dari kenyataan.
Saya melawan para remaja Kampungan.
Yang terjatuh di dalam foto itu Daehwi namanya, walau tampangnya sendiri tidak ada aura dewi-dewi nya.
Yang rambutnya merah itu, Youngmin namaya. Dia itu memiliki aura keibuan yamg haqiqi. Lihat saja, bahkan dalam perlombaan pun dia masih memikirkan anggotanya.
Yang disamping Youngmin, Donghyun namanya. Dia sebenarnya bisa menang dari saya, namun saat dia melompat tiba-tiba banyak gadis-gadis yang mengerubuninya semut dan gula. Membuat dia bahkan tidak bisa bergerak sedikit pun.
Hoho juga ikut menonton pertandingan bersama teman-temannya, Samwel, Jewan, dan Dongho.
Hoho : "Om Woojin tadi keren banget serius! Selamat ya Om juara pertama!"
Woojin : "Wah makasih ya, Ho. Kamu emang the best!"
Hoho : "Traktir sabi lah Om~"
Woojin : "Yeuuu ternyata ada maunya....."
Youngmin : "Selamat ya, Jin!"
Woojin : "Eh,, iya makasih Kak. Saya mau nanya nih, apa hubungan Kakak sama Kak Donghyun ya. Kayaknga kakak perhatian banget sama Kak Donghyun?"
Youngmin : "Eh, gitu ya???? Donghyun itu udah saya anggap kayak adek sendiri. Jadi saya sayang banget sama dia!"
Kakak-adek zone bung.
Woojin : "Ah, saya sudah melenceng terlalu jauh dari tujuan awal saya. Seharusnya saya mewawancarai kalian."
Dongho : "Saya Kepala Desa Kampung ini. Jadi, kamu bisa tanya apa saja kepada saya."
Kepala desa kampung??????
Woojin : "Oh iya. Tadi saya liat Om semangat banget sama teman-temannya."
Dongho : "Lah? Samuel, Jaehwan, sama Seonho anak saya lho. Apa saya kelihatan awet muda ya?"
Woojin : "wAH SAYA KAGET LHO OM! Iya Om keliatan gagah untuk ukuran Papa anak empat! Bagi-bagi resepnya sabi dong Om"
Dongho : "Resep ya? Hahahaha saya enggak ada yang gituan sih, Dek. Tapi saya bagi tips nih ya. Enggak susah kok. Cuma cukup jauhi kiranti aja."
Yhaa, minuman favorit saya padahal.
Dongho : "Tambahan, jangan lupa nontonin Disney Princess, Dek. Saya merasa seribu kali lebih muda setelah nontonnya."
Woojin : "Tips yang bermanfaat banget ya, Om! Ngomong-ngomong saya tadi dengar suara ketawa kenceng banget, Om. Saya jadi penasaran lagi nih, jangan-jangan di Kampung ini juga ada penunggunya gitu ya, Om?????"
Om Dongho keliatan mikir bentar sebelum akhirnya menjetikkan jarinya.
Dongho : "Dek, sini deh."
Jaehwan : "Iya, kenapa, Pa?"
Dongho : "Coba ketawa deh."
Aduh tidak kuat saya, otomatis tutup telinga saya tuh.
Samuel : "Kak, jangan ketawa dong. Kasian teteh-tetehnya ngira ada yang lagi kesambet."
Linnie : "Lah iya, hahahha. Saya jadi inget waktu balik dari tarawih pas Ramadhan kemaren, Samuel jatuh guling-guling, Kak Jaehwan ketawanya puas banget."
Hoho : "He eh! Sampe tersebar gosip kan katanya kalo balik tarawih gak boleh malem-malem, nanti diikutin setan ketawa."
Woojin : "Lah kocak, masa tarawih nya jadi sore-sore?"
Dongho : "Makanya saya segera meluruskan kesalahpahaman itu sebelum semakin menyebar dan orang-orang jadi takut untuk beribadah."
Woojin : "Subhanallah, teladan sekali ya, Om Dongho. Ngomong-ngomong sudah sore sekali nih, Om. Jadi saya izin pulang ya, Om."
Jihoon : "Eh tunggu, kamu dicariin orang. Sebelum pulang coba mampir ke samping jamban dulu deh."
Awalnya saya ragu, namun akhirnya saya menuruti ucapan Jihoon. Setelah pamit kepada keluarga Pak Dongho, saya akhirnya bergegas menuju samping jamban.
Saya kaget karena disana ada seorang Hyungseob yang menunggu saya.
Woojin : "Dek, nyasar ya? Kalau rumah pak Kades di sebelah sana, Dek."
Hyungseob : "bODOH IH! Aku itu sengaja nunggu Om disini."
Yah, ingusnya keluar, yah.
Hyungseob : "Om beneran mau pergi????"
Woojin : "Iya nih, bahaya kalau ada yang sampai kepincut sama kegantengan Om kan gawat."
Hyungseob : "Tapi saya udah kepincut gimana nih, Om?"
Istighfar saya, kids zaman now fast banget ya fall in love nya.
Saya mengusap kepala Hyungseob dan berjanji untuk kembali lagi kalo ada kerjaan disini lagi. Ya, kalo ada. Kalo enggak ada ya udah. Hahahaha.
Tapi Hyungseob bukan bocah yang mudah dibodohin.
Hyungseob : "Bohong, Om pasti bohong."
Woojin : "Supaya kamu percaya, nih Om kasih nomor telefon, Om."
Yang lalu itu menjadi kesalahan terbesar saya, karena Hyungseob mulai mengspam sms dan misscall in saya setiap jam. Udah ngalahin rentenir resenya. Untung imut.
Yap begitulah akhir dari liputan saya. Akhir kata, saya mengucapkan, selamat Hari Kemerdekaan Indonesia!!!
Yaa Allah nulis apaan gue.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top