"Selamat Ya"
Daehwi menatap wajahnya yang semrawut. Dia males banget sekolah hari ini, tapi kalau dia enggak sekolah, kemungkinan terbesarnya sih ya, Jinyoung pasti bakal khawatir sama dia dan malah mampir ke rumah Daehwi lagi.
Ya kali, masa Daehwi pura-pura tidur lagi???
Akhirnya setelah cuci muka jebar-jebur dikit dan memoles bedak tipis di bawah matanya biar enggak keliatan abis nangis, Daehwi pun turun ke bawah.
Di ruang tamu udah ada Samuel yang ngetem sama sepedanya. "Oh, pas banget. Baru juga mau ke atas gue." Kata Samuel memasang lagi sepatunya yang tadinya udah dilepas.
"Morning, Muel. Ga mau sarapan dulu?" Daehwi balas senyum.
Samuel cuma geleng. "Entar bus lo udah keburu jalan."
Daehwi memasang sepatunya. Setelah Samuel duduk di kursi sepeda, Daehwi lalu duduk di belakangnya. Saat Samuel mulai mengayuh sepeda, Daehwi menyenderkan kepalanya di punggung Samuel.
Daehwi emang menel banget orangnya, tapi entah kenapa rasanya ada yang beda sama menel-an Daehwi sekarang.
"You okay?" Samuel memberanikan diri buat bertanya.
"Not really." Jawab Daehwi jujur.
"Want to talk?"
"Enggak sekarang."
"Uhm. Okay."
"Anyway, Muel. Kita enggak usah mampir ke halte ya, langsung anter gue ke sekolah enggak apa kan?"
Samuel peka. Satu-satunya alasan Daehwi rela berangkat sekolah naik bus itu ya karena ada Jinyoung. Itu berarti Daehwi lagi ada masalah sama Jinyoung. Tapi Samuel gak ada hak buat nanya-nanya, akhirnya dia cuma ngangguk, dan langsung ganti arah menuju sekolah Daehwi.
Sepanjang perjalanan pun Daehwi enggak banyak omong. Cuma berdendang sesekali, setelah itu, yah, diem. Bengong aja ngeliatin jalanan.
Samuel menyetop sepedanya di depan gerbang. Daehwi turun dan senyum ke Samuel. "Thanks." Ujar Daehwi; yang enggak kayak Daehwi banget! Padahal biasanya setelah anak itu turun dari sepeda, Daehwi bakal peluk-peluk Samuel sambil bilang, "thank you Muelllll. Sayang banget deh~~ hati-hati di jalan yaaak."
Samuel cuma bisa balas senyum. Sebelum Daehwi masuk ke gerbang sekolah, Samuel kepikiran sesuatu. "Daehwi! Bentar deh."
Daehwi berbalik. "Why??"
Samuel nyengir. "Males banget sekolah. Gue mau bolos nih."
Kata-kata dan ide gila anak SMP di depannya itu entah kenapa bikin Daehwi semangat dikit. Daehwi ketawa. "Wah gilak. Masih SMP udah mau bolos aja."
"Refreshing dong sebelum UN." Samuel ketawa. "Jadi, mau ikut?"
Tawaran Samuel membuat Daehwi tergiur. Daehwi celingukan. Terus dia mendekati Samuel. "Absen dulu. Ntar pas siamg tunggu di belakang sekolah yak."
Samuel ngacungin jempolnya. Ternyata bahagia emang sederhana ya, ngeliat Daehwi yang bahagia karena dirinya aja, udah membuat Samuel senyum-senyum gak karuan sendiri.
[ERROR 101]
Masih jam lima pagi, namun Jinyoung sudah siap dengan seragam sekolahnya. Dia sekarang lagi masukin beberapa roti ke dalam kotak bekalnya. Euiwoong yang biasanya bangun paling pagi cuma bisa nganga kaget.
"Apa lo nganga-nganga?? Mau gue masukin kaos kaki nih??" Pelotot Jinyoung sambil ngangkat tinggi-tinggi kaos kakinya.
"Masih pagi udah galak banget." Euiwoong meregangkan badan membuat piyamanya tertarik ke atas dan memamerkan perutnya. "Tumben lo udah bangun. Udah lengkap pake seragam juga. Gue aja belom mandi gini."
Jinyoung cemberut. Dia lagi enggak ada mood buat ngebully Euiwoong. "Kebetulan aja gue tadi bangunnya kepagian."
Euiwoong mengernyitkan alis. "Ooh, kepagian. Kepagian atau malah ga tidur sama sekali lo?"
Jinyoung merebahkan diri di sofa. "Menurut lo?" Balasnya cuek bebek.
Euiwoong mengangkat bahu santai. Niatnya sih pengen godain Jinyoung, tapi ga jadi deh. Lah orang Jinyoung lagi galau malau gitu, ntar malah Euiwoong digadoin oleh Jinyoung.
Euiwoong kemudian memutuskan buat pergi ke kamar mandi sebelum diserobot oleh Bang Woojin.
Selepas kepergian Euiwoong, Jinyoung cuma bisa diem. Mengecek beberapa kali line-nya yang masih belum ada balasan dari Daehwi. Enggak, Jinyoung enggak kesel ataupun marah sama Daehwi. Jinyoung cuma kangen.
Dia kangen Daehwi yang selalu senyum cerah menyambutnya tiap pagi.
Dia kangen Daehwi yang selalu nemplok macem lintah.
Dia kangen...
Jinyoung mengacak rambutnya frustrasi. Karena enggak tahan dengan perasaan rindu yang membludak di hatinya, Jinyoung akhirnya mengambil tas sekolahnya. Tanpa permisi, dia langsung berlari menuju halte bus.
"Young. Lo kok belom berangkat? Udah kelewatan berapa bus??" Haknyeon ternganga ketika ngeliat Jinyoung masih duduk di halte bus. Padahal, Euiwoong bilang Jinyoung udah berangkat dari jam 5 subuh tadi, yang berarti Jinyoung udah ngelewatin 3 atau 4 bus.
Euiwoong meniup tangannya kedinginan. Mereka bertiga yang berangkat dari jam setengah tujuh aja udah kedinginan sebegininya akibat hujan tadi malem. Apalagi Jinyoung.
Woojin duduk di samping Jinyoung. Pemuda gingsulan itu langsung menarik tangan Jinyoung dan menggosok-gosoknya. "Gila ya lo. Tangan lo sampe kayak batu es gini." Kata Woojin lalu meniup-niup tangan Jinyoung.
Jinyoung menarik tangannya lalu menyelipkan kedua tangannya di saku jaket. "Enggak dingin banget kok."
"Pembohong." Caci Woojin. Dia kemudian menaruh sebuah termos di pangkuan Jinyoung. "Coklat panas tuh. Enak diminum dingin-dingin gini."
"Thanks, Bang." Ucap Jinyoung singkat.
Mereka bertiga menunggu beberapa menit sebelum akhirnya bus datang. Saat Euiwoong dan Haknyeon sudah masuk bus, Woojin dan Jinyoung masih duduk di halte. Jinyoung masih menunggu sahabatnya yang entah mengapa tidak kelihatan batang hidungnya.
Woojin berdiri. Dia menepuk pundak Jinyoung kuat-kuat. Membuat Jinyoung hampir ngejungkel ke depan.
"Apa sih Bang?!" Kata Jinyoung kesel.
Woojin nyengir nyebelin seperti biasa. "Tenang aja, Young. Kalau perasaan kalian berdua sama, kalian pasti bakal nempel kayak slime lagi."
Jinyoung bengong. Dia enggak nyangka Bang Woojin-nya ternyata sepeka ini.
"Jadi, mau naik bus enggak?" Tanya Woojin lagi.
Jinyoung mengangguk. "Yeah."
[ERROR 101]
Bukan Bae Jinyoung namanya kalau gampang banget nyerah. Sesampainya di sekolah, sebelum pelajaran dimulai, Jinyoung rela naik ke lantai dua dulu buat nyamperin kelas Daehwi. Tapi, zonk, temen sekelasnya bilang Daehwi belum dateng.
Selama pelajaran berlangsung Jinyoung enggak fokus. Tujuh belas tahun Jinyoung hidup sebagai anak pendiem yang jarang punya temen. Ternyata segalau ini ya rasanya enggak ketemu sahabatnya dalam sehari doang.
Sahabat ya...
Jinyoung juga enggak yakin. Gue suka sama Kak Jihoon, kan? Apa kalau gue enggak ketemu Kak Jihoon seharian bakal segalau ini juga? Kalau dipikir-pikir, gue malah jarang ketemu Kak Jihoon. Enggak galau tuh.
Tapi, kenapa pas giliran Daehwi....
Lamunan Jinyoung terhenti. Karena, bukannya lanjut mikir, Jinyoung malah ketiduran; dan berakhir dijitak oleh Pak Jaehwan yang lagi ngajar.
Kesel karena ngantuk dan pelajaran enggak masuk sama sekali ke otaknya, Jinyoung akhirnya corat-coret ga jelas di bagian belakang bukunya. Sampe akhirnya bel istirahat bunyi. Jinyoung udah siap-siap mau masukin buku ke tas, eh taunya Pak Jaehwan malah keasyikan ngajar. Sampe lima menit setelah bel bunyi pun Pak Jaehwan masih belum mau selesain pelajrannya.
Lima belas menit istirahat kemakan cuma buat Pak Jaehwan ngajarin trigonometri yang boro-boro Jinyoung ngerti, masuk otaknya aja enggak.
Setelah Pak Jaehwan keluar, Jinyoung langsung lari keluar kelas. Seisi kelas pada kaget ngeliat Jinyoung si mageran itu lari-larian.
Jinyoung lari ke kelas Daehwi yang ternyata udah sepi karena anak-anak pada istirahat.
"Lin, Daehwi mana?" Jinyoung mendekati meja Guanlin. Guanlin yang lagi asyik makan noleh ke Jinyoung.
"Oh Daehwi, ada kok dia ....aduh!" Guanlin tiba-tiba berjengit sakit. "Eh, enggak. Maksud gue tadi Daehwi ada di kelas, terus enggak tau sekarang kemana."
Jinyoung menatap Guanlin lama. "Beneran?"
"Lah iya. Masa gue bohong." Guanlin senyum kaku.
Jinyoung menatap Guanlin lebih lama lagi membuat Guanlin tiba-tiba merinding disko.
"Haah, ya udah deh. Kalo Daehwi dah balik, bilang Daehwi gue nyariin." Jinyoung menghela napas lalu meninggalkan kelas.
Jinyoung enggak tau kalo Daehwi sebenernya ada di kelas. Daehwi sembunyi di bawah meja Guanlin; dan untungnya badan Guanlin yang kayak tiang bendera berhasil nutupin badan Daehwi yang kecil kayak upil.
[ERROR 101]
Jam sudah menunjukkan pukul 12 lebih 15 menit, bel istirahat makan siang pun berdentang. Daehwi memasukkan tasnya ke dalam loker, dia cuma ngambil beberapa barang penting such as hape dan dompet.
"Lo kok nyimpen tas?" Guanlin yang kebetulan ngeliat langsung nanya.
Daehwi menaruh jari telunjuknya di depan bibir. "Kalau guru nanya, bilang aja gue sakit, di UKS."
"Ooohh.." Guanlin nyeringai. "Mau bolos nih?"
Daehwi menaikkan alisnya. "Mau ikut?"
"Enggak ah." Guanlin mengangkat bahu. "Gue masih ada ekskul basket balik ini soalnya."
"Oh, ya udah." Daehwi mengangguk kemudian dia meninggalkan Guanlin.
Guanlin menarik tangan Daehwi. "Eh, tunggu dulu, Hwi."
"Hm?" Balas Daehwi dengan gumaman kecil.
"Password loker lo apaan?" Tanya Guanlin tiba-tiba membuat Daehwi merinding.
Daehwi melepaskan tangannya dari Guanlin. "E e e kenapa nih kok nanya password loker gue?"
"Lo ntar ga balik ke sekolah lagi, kan?" Tanya Guanlin lagi.
Daehwi mengangguk.
"Ya udah, nanti gue ambilin tas lo. Terus besok gue anter ke rumah lo."
Daehwi mengernyit. "Huh? Guanlin yang mageran mau nganter tas gue???? Lo sakit apa mabok neh??" Canda Daehwi sambil megang kening Guanlin.
Guanlin menyingkirkan tangan Daehwi dari jidatnya. "Sekalian mau ngajak lo jalan."
"Hm?" Daehwi ketawa. "Are you hitting on me????"
"Ieuh cabe ngarep." Guanlin masang tampang sok jijik yang langsung digaplok sama Daehwi. "Ya enggaklah. Gue mau beliin kado buat Kak Hyungseob, tapi bingung mau beli apa. Kalian kan deket, sesama cabe. Jadi pasti lo tau dong selera Kak Hyungseob kayak gimana."
"Ga usah pake ngatain cabe juga dong, sapu lidi." Dengus Daehwi. "Ya udah, besok jam 11. Sekalian makan siang dulu temenin gue."
"Okeh."
"Traktir gue juga yak."
"Mboh! Ogah ah, bayar sendiri!"
"Ga gue temenin nih."
Guanlin menghela napas. "Ya udah ya udah. Gue traktir!"
"Hehhehe gitu dong~"
Setelah itu Daehwi ngelambain tangannya ke Guanlin. Mood-nya jadi agak lebih membaik karena temen tiangnya itu.
Daehwi segera menuju ke belakang sekolah, di belakang sekolah ada pintu keluar yang digembok. Tapi Daehwi pernah nemu kuncinya dan langsung bikin duplikatnya sebelum ngembaliin kunci itu ke satpam sekolah. Jadi, dia bisa bolos kapanpun dia mau.
Sebelum ke belakang sekolah, Daehwi harus ngelewatin kantin dulu; dan di kantin itulah dia lihat pemandangan yang bikin mood-nya jatuh gegulingan lagi.
"Jadi mau keman--" Samuel kaget ngeliat muka Daehwi yang kusut banget. "Ada apa lagi?"
Daehwi langsung duduk di kursi belakang sepeda. "Pulang aja Muel. Gue cerita di rumah."
Samuel mengangguk. Dia mulai mengayuh sepedanya.
Enggak butuh waktu lama, Samuel sekarang udah memarkirkan sepedanya di pekarangan rumah Daehwi. Untungnya hari ini Somi lagi shopping sama temen-temennya, dan mommy-nya Daehwi lagi di kantor. Jadi enggak ada yang cerewet nanyain kenapa Daehwi bolos sekolah euh.
Samuel duduk di kasur Daehwi. Semenjak Daehwi main mulu sama Jinyoung, Samuel jadi jarang mampir ke kamar Daehwi.
"Enggak banyak berubah, hm?" Gumam Samuel kepada dirinya sendiri.
Daehwi masuk ke kemar dengan sepiring bolu di tangannya. "Bikinan Somi nih. Ga nyangka cewek barbar itu bisa masak."
Samuel nyengir. "Thanks." Ujarnya sambil ngambil sepotong bolu. "Jadi, ada apa?"
Daehwi duduk di samping Samuel. Dia menggigit sedikit bolunya. Setelah menelannya dia baru ngomong, "gue mulai ngehindarin Jinyoung, Muel."
Samuel kaget. Tapi tangannya masih dengan lancar masukin bolu ke dalam mulutnya. "Lho, kok gitu?"
"Lo tau kan Jinyoung suka sama mantan lo itu, Kak Jihoon."
Samuel mengangguk.
"Kak Jihoon itu mudah banget dibaca Muel." Daehwi menghela napas. "Dari pandangan matanya aja gue tau kalau Kak Jihoon tuh suka sama Jinyoung jugak. Apalagi tadi gue liat mereka makan berdua di kantin. They look so happy even without me."
"Terus? Terus?" Kata Samuel sambil ngunyah bolu.
"Ya gini..." Daehwi menggaruk tengkuknya. "Waktu lo pacaran sama Kak Jihoon, gue jujur, sakit, Sam. Sakit banget. Mood gue jatuh, gue ga mood ngapa-ngapain. Mommy gue khawatir, sampe beberapa kali gue harus masuk rumah sakit karena enggak makan."
Samuel terenyuh. Dia menarik kepala Daehwi dan menyandarkannya di bahunya. "Maaf. Gue harusnya lebih peduli sama lo waktu itu." Samuel menyesal. Dia inget, waktu dia mulai pacaran sama Jihoon, dia bener-bener menelantarkan Daehwi. Sampe, dia pun baru tau sekarang betapa rampuhnya kondisi Daehwi dulu.
Daehwi menggeleng. "It's okay now, Sammy. Jangan nyalahin diri lo ya, gue udah enggak apa-apa."
Samuel mengangguk. "Hm."
"Gue enggak mau bikin mommy khawatir lagi, Sam. Jadi gue menghindari Jinyoung. Pelan-pelan. Biar kalau dia pacaran lagi, gue ngerasa sakitnya enggak separah waktu itu...." Lirih Daehwi. "Gue egois ya. Padahal gue tau, dengan cara ini Jinyoung pun tersakiti; dan mungkin Jinyoung bakal benci gue.... entahlah."
Samuel mengelus rambut Daehwi pelan. "Enggak apa, cinta emang egois Hwi. Sometimes your happiness is more important."
"Thanks." Daehwi memejamkan matanya. Perlahan merasa nyaman bersandar di bahu Samuel.
"Tapi, Hwi. Apa lo enggak apa begini?"
"Gue enggak apa.... mungkin."
"Hwi, kalau lo mau deket Jinyoung lagi, that's better. Nikmatin aja dulu momen-momen kalian bersama. Yah, sebelum Jinyoung jadi milik orang lain."
Daehwi menggeleng.
"Terserah apapun keputusan lo, Hwi." Samuel senyum maklum. "Yang penting, lo harus inget. Seberat apapun patah hati lo nanti, inget, cari gue. Curhat ke gue. Kita hadapin bersama."
"Karena gue janji, Hwi. Kali ini gue enggak akan ninggalin lo lagi."
[ERROR 101]
Kata-kata Samuel kemaren ngebuat Daehwi lebih galau lagi. Samuel benar, Daehwi emang harus pentingin dirinya sendiri. Tapi, Samuel juga benar, Daehwi sebenernya enggak kuat begini.
Baru dua hari aja, Daehwi udah kayak mayat jalan. Dia kekurangan vitamin B-nya.
Daehwi gatel, dia pengen buka line-nya yang udah numpuk dari Jinyoung. Tapi.....
"HOY CABE GILING LAMA BANGET!" Seseorang menjerit dari luar kamar Daehwi.
"BACOT LO TIANG BENDERA!" Daehwi balas jerit.
Iyak, hari ini dia mau jalan sama Guanlin. Sebenernya Daehwi males, tapi yah, dia udah terlanjur janji. Tambahan, siapa coba yang bisa nolak makan siang gratis???
Daehwi menyisir rambutnya sekali lagi sebelum akhirnya keluar kamar. "Ga lama, kan?" Kata Daehwi.
"Lama beut. Udah, ayo kebawah." Ajak Guanlin. "Mau digandeng?"
"Mau gue slepet?" Balas Daehwi nunjukin kepalan tangannya.
"E ampun nyai." Guanlin cengengesan.
Mereka berdua kemudian naik motor milik Guanlin. Jalan ngebut ke tentu saja mall langganan mereka, Korea Indah Mall, alias, KIM.
Guanlin sebenernya pengen ngajak Daehwi makan pecel lele di emperan aja, biar hemat. Tapi, mumpung gratisan, Daehwi malah ngajak makan di resto elit yang jus jeruk aja harganya sampe 20.000-an.
"Lin, gue pesen banyak ya. Udah sengaja ga makan malem nih biar bisa makan disini." Daehwi menaik-turunkan alisnya. "Lo kagak kismin kismin banget, kan?"
Guanlin menepak kepala Daehwi dengan dompet tebalnya. "Asal ngomong. Gue hemat bukan berarti gue miskin yak. All you can eat, nyoh! Anggap aja restoran nenek lo sendiri."
Daehwi teriak bahagia di dalam hati. Makanan emang bener-bener bisa bikin mood melejit naik kayak roket.
Sebenernya Guanlin cuma sok gertak aja pas bilang si Daehwi boleh makan apapaun yang dia mau.
Toh, badan kecil gitu. Palingan dua piring udah senep. Pikir Guanlin tadinya.
Ya emang sih, Daehwi cuma makan sepiring nASINYA. Nasinya doang yang sepiring! Lauknya, desertnya, kalau ditumpuk udah bisa nutupin setengah muka Daehwi saking banyaknya yang dia pesan.
Tapi bukan itu yang bikin Guanlin kesel.
Daehwi pesen banyak, tapi satu-satu cuma dicicipnya sesendok doang. Like wtf, MEMANGNYA KAMU JURI MASTERCHEF HWI?????
Guanlin berusaha sabar. Dia akhirnya ngomong ke mbak-mbak restonya buat ngebungkus seluruh makanan mereka tadi. Seenggaknya bisa dia bawa pulang buat kasih makan si anak ayam yang selalu kelaperan itu.
"Thanks ya udah mau traktir." Daehwi nyengir enggak merasa berdosa.
Guanlin ngegetok kepala Daehwi pake sendok. "Lain kali pesen dikit aja, terus habisin!"
"Khilaf. Hehe."
Enggak lama mereka nunggu, akhirnya makanan-makanan mereka yang udah dibungkus nyampe juga. Guanlin berdiri untuk bayar makanan ke kasir. Daehwi ngangguk aja pas Guanlin suruh tunggu di meja.
Sambil nunggu Daehwi iseng ngecek hapenya. Mulai dari ig, twitter, fb, kakaotalk, line, bbm, banyak lah. Namanya juga dedek-dedek sosyalita.
Karena bosen enggak ada yang menarik, akhirnya Daehwi memutuskan buat ngeliatin sekelilingnya. Saat itulah matanya bertemu pandang dengan sepasang kekasih yang baru masuk ke restoran. Mereka berdua keliatan mesra ketawa bersama.
Jantung Daehwi mendadak berhenti. Karena ternyata kedua orang itu adalah Jihoon dan Jinyoung.
Daehwi menggigit bibir bawahnya. Seharusnya dia sudah menduga hal ini.
Mereka berdua udah official pacaran.
"Ah, Dae!" Jinyoung memanggil Daehwi sebelum Daehwi sempat kabur ataupun sembunyi.
Enggak ada pilihan lain, Daehwi akhirnya mendekati kedua pasangan bahagia itu.
Daehwi maksa senyum. "Selamat ya." Katanya. Enggak kuat, Daehwi akhirnya lari meninggalkan keduanya yang kebingungan.
Guanlin yang baru selesai membayar lebih kebingungan lagi. Dia segera mengambil bungkusan makanan-makanan mereka dan lari mengejar Daehwi.
Guanlin enggak sadar, tindakannya malah membuat kesalahpahaman di antara mereka menjadi semakin besar...
To be continued.....
[ERROR101]
Tok tok.....
Masih adakah yang baca??
Maaf, work ini lama banget update-nya sampe sebulan sekali....
Maaf, buat yang masih nungguin. Aku maklum kalau udah banyak yang enggak lanjutin baca lagi.
So, big thanks for you all yang masih setia bacanya sampe sekarang ini.
I love you so much ♡
I really do.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top