Bab 2
"Apa masih dingin?"
Sohyun tak berhenti menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya. Sore itu salju yang putih turun, melayang seringan kapas. Meski musim dingin adalah salah satu yang menjadi favorit gadis bermata bundar itu, tetapi ia paling benci sensasi beku yang selalu membuat bulu-bulu matanya kaku.
Sohyun tercengang saat Jimin menarik paksa kedua tangannya, lalu ditiupnya telapak tangan yang memucat itu dengan penuh kehangatan. Dalam hati, Sohyun berusaha untuk tidak berpikir macam-macam. Walaupun Jimin cukup dekat dengan Minhyuk, kakaknya, bukan berarti Sohyun dapat berharap lebih dari sikap manis dan romantis yang biasa Jimin tunjukkan.
"Stop, Sohyun! Tidak mungkin laki-laki sekeren dan sepopuler ini suka padamu, apa kelebihanmu?" batinnya menggerutu.
Di tengah-tengah pikiran yang kalut itu, hal yang bahkan tak pernah Sohyun duga terjadi. Sesuatu yang bertolak belakang dengan logikanya. Sesuatu yang mampu menggetarkan hatinya dengan begitu dahsyat.
Park Jimin, lelaki berusia 25 tahun itu mengucapkan sebuah kalimat yang bersejarah. Tanpa beban, tanpa keraguan, terlihat penuh keyakinan.
"Kim Sohyun,"
Lelaki yang dicintai dalam diam selama kurang lebih lima tahunan, lelaki yang menjadi pandangan pertamanya, bahkan tak peduli berapa banyak wanita yang telah ia kencani. Pada akhirnya, Kim Sohyun berhasil mendapatkannya.
"Maukah kau jadi pacarku?"
Mungkin kedengarannya terlalu mendadak. Mungkin sedikit aneh dan tidak realistis. Namun, Sohyun yakin bahwa Jimin adalah takdirnya. Ia tidak menyesal menunggu begitu lama karena ia tahu saat itu akan tiba. Saat di mana Jimin akan menjadikan Sohyun miliknya satu-satunya. Gadisnya.
"Oppa ... a-aku mau."
***
"Hei, Sohyun!"
Sohyun terbangun dari tidurnya. Ia memegangi kepalanya hang sedikit pusing, mencoba membuka matanya pelan-pelan dan menyesuaikannya dengan cahaya yang menyilaukan.
Ketika ia sadar bahwa baru saja ketiduran di kantor, dan di jam kerja, buru-buru Sohyun berdiri dan membungkukkan badan. Seseorang yang datang dan menegurnya adalah ketua departemen tempatnya mengabdi. Matilah gadis itu karena hari ini tercatat mengacau lagi.
"Apa kamu masih niat bekerja? Kamu tahu kan, Hi-Tech bukan tempat untuk bermain dan tidur-tiduran?"
"Maafkan saya, Pak. Saya salah."
"Sekali lagi saya pergoki kamu sedang tidur, saya tidak akan segan untuk mengajukan surat pemecatanmu kepada direktur."
"Jangan, Pak. Tolong maafkan saya."
"Sudah, kebetulan saya sedang tidak ingin marah-marah. Datanglah ke ruangan Sajang-nim. Beliau memanggilmu."
Deg. Jantung Sohyun seakan berhenti berdetak. Apakah ini akhir hayatnya? Kenapa sajangnim mendadak memanggilnya? Kalau bukan untuk diberi peringatan, pasti ia dipecat. Iya, dipecat!
Dengan kaki gemetaran, Sohyun melangkah ke lantai lima belas, tempat direkturnya berada.
Lagian, bukan salahnya juga jika semalaman lembur sampai tidak tidur. Seniornya melimpahkan seluruh tugas mereka untuk dikerjakan gadis malang itu. Apa yang bisa diperbuat Sohyun? Mau melawan tapi takut hidupnya di kantor jadi tidak tenang. Mau menceritakannya pada Jimin, tapi takut ia dituduh tidak profesional. Semua malah menjadi serba salah.
"Permisi, Sajangnim. Anda memanggil saya?"
Sohyun mengetuk pintu. Karena tidak tertutup, Sohyun dapat melihat jelas raut wajah dari Kangjoon, sang direktur. Di sana pula, duduk seorang lelaki yang tak lain adalah kekasihnya sendiri, Park Jimin, Manager Departemen Investasi.
Gadis itu masuk dengan gugup. Napasnya semakin pendek dan tidak teratur.
"Duduklah, Nona Sohyun."
Yang merasa dipanggil lalu melirik diam-diam ke bola mata kecokelatan dari si pemilik bibir yang manis. Jimin lalu mengisyaratkan agar Sohyun mengambil tempat tepat di sebelahnya.
Ia kini mulai heran. Sangat jarang ia mendapat suasana demikian, di mana bosnya tersenyum ramah dan kekasihnya memberi sedikit perhatian.
"Anda pasti bingung, mengapa saya panggil ke ruangan."
Sohyun mengangguk dan Seo Kangjoon melanjutkan pembahasan.
"Saya dengar, perusahaan besar Genius Inc. sedang mencari seorang sekretaris baru untuk CEO-nya. Dan kebetulan, saya lihat perkembangan kinerja Anda akhir-akhir ini meningkat," ulasnya yang membuat Sohyun tidak berhenti berpikiran aneh.
Kinerjaku meningkat? Apa Sajangnim bercanda? Pikirnya dalam hati.
"Jadi, maksud Sajangnim bagaimana?"
"Saya telah mengirimkan surat rekomendasi. Saya mempromosikan Anda sebagai calon sekretaris CEO Genius Inc. Anggap saja ini hadiah dari saya karena belakangan Anda bersikap baik di kantor."
"Hah? Ma-maaf, Sajangnim. Saya pikir ini tidak benar, saya merasa kurang pantas untuk mendapat rekomendasi dari Anda. Masih banyak kekurangan yang perlu saya perbaiki di sini."
Kangjoon mengalihkan pandangannya pada Jimin, seolah memberi isyarat agar lelaki itu sedikit memberinya bantuan.
"Sohyun, benar kata Sajangnim. Ini hadiahmu, bukankah selama ini kau ingin dinaikkan jabatan? Ini kesempatan emas, sebaiknya tidak kau sia-siakan."
"Tapi, Opp ... maksudku, Pak, saya memiliki catatan yang buruk selama bekerja di Hi-Tech. Bukankah ini terlalu dini apabila saya mendapat promosi?"
"Baiklah, Nona Sohyun. Sepertinya Anda belum mengerti maksud saya melakukan ini. Sebaiknya, Anda pikirkan baik-baik. Saya akan memberikan waktu 24 jam untuk Anda mengambil keputusan. Silakan temui saya kembali besok di jam yang sama."
***
"Sohyun, terima saja."
Sohyun menghadap kekasihnya, wajahnya kali ini tak semanis biasanya. Ia merajuk. Kenapa ia harus dipindahkerjakan? Apa Jimin tega berpisah darinya? Ataukah ini memang disengaja karena Jimin tidak menyukai keberadaannya?
Kenapa harus dirinya? Gadis paling ceroboh dan bertingkah konyol di kantor. Gadis yang paling sering membuat masalah dan mendapat makian dari rekan kerja dan bosnya. Gadis yang memiliki sedikit catatan baik dan meninggalkan beberapa catatan buruk sebagai karyawan bagian administrasi. Ini sangat aneh dan mengejutkan jika dirinyalah yang memperoleh promosi di perusahaan besar tersebut. Apalagi sebagai seorang sekretaris. Garis bawahi itu, SEKRETARIS.
Memang sejak lama Sohyun bermimpi untuk menjadi seorang sekretaris, tapi jalan ini bukan seperti yang ia ekspektasikan. Masih banyak dari dirinya yang harus ia benahi, ia merasa kurang layak.
"Kenapa Oppa terus mendesakku untuk menerima penawaran itu? Coba beri aku alasan yang jelas dan meyakinkan. Tidakkah Oppa berpikir bahwa ini terlalu aneh?"
"Apanya yang aneh, Sohyun? Kau berbakat, kau pantas mendapatkan kesempatan itu."
"Berbakat? Bahkan baru kemarin Oppa memperingatkanku agar jangan membuat masalah dan merepotkan Oppa. Jadi, di bagian mana bakatku? Membuat masalah?"
Sohyun sangat marah. Selama tujuh tahun mereka saling kenal dan selama dua tahun berpacaran, baru kali ini Sohyun menunjukkan sisi dirinya yang lain. Jimin sedikit kaget, namun ia berhasil menyembunyikan ekspresinya dengan baik.
"Sohyun...."
Jimin meletakkan tangannya di puncak kepala Sohyun, lalu mengelusnya pelan. Membuat emosi gadis itu mereda dan berubah menjadi kucing yang penurut.
"Maafkan kata-kataku kemarin, aku hanya sedang dalam mood yang buruk. Jangan pernah anggap dirimu tidak layak, jangan pernah bilang dirimu pembuat masalah. Kau gadis yang berbakat, aku tahu itu. Bukankah kita kenal sudah sejak lama?"
"Sohyun, percaya padaku. Masa depanmu akan lebih baik jika kau terima promosi itu. Bahkan, aku akan melakukan apapun agar kau bahagia."
Hati Sohyun melunak. Dasar wanita. Kelemahan terbesar mereka adalah laki-laki. Sohyun paling tidak bisa kalau Jimin bersikap penuh perhatian begini.
Agak sulit menerima keputusan yang telah dilimpahkan padanya. Sohyun tidak tahu apa itu benar atau tidak, bahwa dirinya direkomendasikan ke sebuah perusahaan besar atas kinerjanya yang bagus. Semua terasa janggal, namun ... Park Jimin berhasil mendobrak semua ketidakyakinannya. Kim Sohyun luluh hanya dalam sekali tepuk. Semua berkat Jimin, titik terlemah Sohyun.
"Baiklah, aku akan memikirkannya baik-baik. Tapi, Oppa harus berjanji padaku. Ini sebuah syarat yang aku minta."
"Syarat apa itu? Katakan, akan kupenuhi."
"Oppa harus rutin mengunjungiku jika aku berhasil bekerja di sana. Tidak ada alasan untuk menolaknya."
Jimin terdiam begitu lama, dan pada akhirnya ia menganggukkan kepala.
"Baiklah, itu tidak sulit."
***
Sohyun meremas jari-jemarinya yang dingin. Bukan karena memang sedang musim dingin, tetapi karena hari ini ia hadir untuk interview eksklusifnya di gedung megah Genius Inc.
Iya, ia menerima penawaran rekomendasi dari Seo Kangjoon. Dan dua hari setelahnya, Sohyun mendapat panggilan untuk wawancara di Genius.
Bolehkah ia berharap untuk tidak diterima saja? Karena faktanya, itulah doa yang terucap di benaknya sedari tadi. Sohyun masih berat untuk meninggalkan perusahaan lamanya, Hi-Tech. Selain karena ia masih merasa memiliki tanggung jawab yang belum terselesaikan, juga karena kekasihnya bekerja di sana. Sohyun tak ingin jauh dari Jimin.
Jika jarak mereka semakin jauh, bagaimana Sohyun bisa mendapatkan hati kekasihnya itu?
"Nona Kim Sohyun!"
Sohyun mendengar namanya disebut, ia segera berdiri dan masuk ruang eksekusi.
Sohyun duduk dengan tegap. Meskipun begitu, kedua matanya kentara dengan rasa gugup yang mendalam.
"Nona Sohyun, Anda berasal dari perusahaan Hi-Tech dan berada di sini atas rekomendasi dari Direktur Kang?"
"Be-benar."
"Bisa ceritakan pengalaman bekerja Anda di Hi-Tech? Dan posisi apa yang Anda ambil?"
Sohyun menelan ludahnya dengan kasar. Pengalaman? Apakah menumpahkan kopi di atas dokumen penting dan ketiduran di jam kerja adalah sebuah pengalaman bekerjanya?
Apakah sebagai karyawan yang jadi bulan-bulanan para senior adalah posisinya?
Tidak ada yang bisa dibanggakan! Sudah jelas kan? Perusahaan ini terlalu bernilai jual tinggi untuk karyawan kelas bawah seperti Sohyun. Bagaimana bosnya bisa merekomendasikan dirinya semudah itu? Apakah ini sebuah ajang untuk mempermalukan gadis itu?
"S-saya hanya seorang karyawan tetap di bagian administrasi. Pengalaman saya juga tidak banyak, setiap harinya saya hanya mengetik laporan, mem-fotocopy dan membuatkan para senior kopi."
Sohyun menjawab pertanyaan itu dengan jujur. Sungguh, gadis itu tidak bisa berbohong. Tidak mungkin ia memanipulasi cerita hanya untuk diterima bekerja di Genius Inc. Itu sebuah cara yang ilegal dan tidak etis.
Ketiga pewawancara saling melirik satu-sama lain. Bukan hanya Sohyun, melainkan mereka juga sama-sama bingung mengapa gadis seperti itu bisa direkomendasikan ke sebuah perusahaan teknologi terbesar pertama di Korea Selatan.
"Baiklah, Anda bisa keluar. Hasil akan diumumkan besok lusa."
Sohyun membuang napas kasar setelah berhasil keluar dari ruangan pengap itu. Ia tak sanggup membicarakan lebih soal kepayahannya selama ini. Sangat memalukan.
Sohyun memasuki sebuah lift. Ia baru sadar bahwa gedung yang ia pijaki besarnya tiga kali lipat dari Hi-Tech. Jadi, rasanya butuh waktu seribu tahun hanya untuk turun ke lobi.
Di lantai dua puluh, pintu lift terbuka. Seorang pria masuk dan ikut turun ke bawah bersama Sohyun. Sohyun yang pikirannya sedang kacau, bahkan sampai tidak peduli kalau barusan ada seseorang yang masuk di lift yang sama dengannya.
Tiba-tiba terjadi sebuah guncangan. Sohyun sedikit panik, namun lebih dari itu, pria yang ada di sebelahnya hampir-hampir pingsan. Lift pun berhenti, padahal mereka belum sampai di lantai bawah dan lampu seketika mati.
Udara di sana terasa sesak, Sohyun tidak dapat melihat secara jelas namun ia sadar kalau lelaki yang berdiri bersamanya tadi sudah jatuh terduduk di lantai.
"Tuan! Tuan, Anda baik-baik saja?"
"Cepat telepon security! Cepat!!"
Sohyun disodori sebuah ponsel. Tanpa berpikir banyak, ia segera menuruti apa yang lelaki itu perintahkan.
"Halo, Pak? Saya sedang berada bersama pria pemilik ponsel ini. Tolong kami, lift kami macet di antara lantai 16 dan 15. Kami tidak dapat keluar."
"Baik, Nona. Tolong jaga Bapak baik-baik, kami akan segera mengirimkan bantuan."
Telepon pun terputus. Sohyun menoleh ke arah pria itu lagi, ia sangat terlihat ketakutan.
"Tuan, Anda baik-baik saja?"
"Tolong jangan pergi, tolong tetap di sini!"
"B-baiklah, Tuan. Saya tidak akan ke mana-mana. Kita akan keluar sebentar lagi, bertahanlah."
***
Setiap manusia pasti punya kelemahan. Tidak ada manusia sempurna, walau itu Thanos sekalipun, atau Iron Man sekalipun, mereka sama-sama bisa kalah dan mati.
Sohyun menatap prihatin pria yang tengah berbaring di atas ranjang rumah sakit itu. Saat berhasil keluar dari lift, pria itu tak sadarkan diri. Dengan bantuanya, Sohyun berhasil membawa pria itu ke rumah sakit terdekat.
"Permisi, apa Anda Nona Sohyun?"
"Ah, benar. Apa Anda Nona Hani?"
"Iya. Di mana pria yang Anda selamatkan?"
"Ada di ruang UGD."
"Baiklah, terima kasih. Saya berjanji akan membalas kebaikan Anda di lain kesempatan."
"Tidak perlu, No–na...."
Sohyun belum sukses menyampaikan kata-katanya. Namun, gadis berperawakan tinggi dan langsing itu telah lenyap di balik pintu UGD.
"Benar-benar pasangan yang serasi, cantik dan juga tampan."
***
Selama pengumuman hasil wawancara belum disampaikan, otomatis Sohyun masih bagian dari perusahaan Hi-Tech. Ia kembali ke gedung itu keesokan harinya dan bekerja seperti biasa.
Baru saja ia menginjakkan kaki memasuki ruangan, Sohyun sudah mendengar beberapa gunjingan terkait kabar promosinya di Genius Inc. sebagai seorang sekretaris. Tentu banyak yang iri padanya, termasuk para senior yang biasanya memberikan Sohyun perintah ini-itu.
"Kamu nyogok Bos, ya? Kok bisa karyawan rendahan sepertimu mendapat promosi di perusahaan besar?"
Sohyun terdiam. Ia sudah menduga akan mendapatkan tuduhan semacam itu.
"Hei, aku bekerja hampir sepuluh tahun di sini, dan karyawan bau kencur sepertinya lebih sukses daripada aku? Aku tidak terima!"
"Benar, lagipula kelebihan apa yang dia miliki? Bisanya kan cuma cari gara-gara. Kerja aja nggak becus. Berani taruhan deh kalau dia nggak akan diterima di Genius."
"Tentu saja, Genius Inc. hanya memperkerjakan karyawan yang berotak jenius, seperti namanya."
"Maaf, sunbaenim. Saya sendiri tidak merasa pantas bekerja di sana, saya juga merasa tidak layak mendapatkan promosi ini. Jika Sajangnim memilih saya untuk dipromosikan, tentu ada yang salah. Saya juga pasti tidak akan diterima. Tolong maafkan saya."
"Ya, memang seharusnya kamu minta maaf sama kita. Ini sebuah ketidakadilan. Kamu pasti memanfaatkan pacarmu yang tangan kanannya si bos kan? Bukankah mencapai sukses dengan jalan yang instan itu tidak benar?"
"Ini keterlaluan. Baguslah kalau kamu sadar diri. Setidaknya, karyawan rendahan sepertimu memiliki introspeksi diri yang berkelas."
***
Di jam makan siang, Sohyun memutuskan untuk tidak keluar ke mana-mana. Suasana menjadi tidak kondusif semenjak berita terkait promosinya menyebar. Seluruh karyawan Hi-Tech tidak terima karena Sohyun diperlakukan istimewa oleh atasan mereka. Jika Sohyun keluar ruang kerja, ia hanya akan mendengar kata-kata menyakitkan dan itu sangat cukup untuk mengusik ketenangannya.
Namun, ada kalanya Sohyun tidak sanggup bertahan dan bersikap tegar. Ia berjalan menuju toilet dan melampiaskan segala kesedihannya dengan menangis di sana.
Ia gadis 25 tahun yang cuma berharap ingin sukses dan membalas kebaikan keluarga angkatnya. Ia yatim piatu, kenapa harus mendapat perlakuan seburuk itu? Benar bahwa hanya diri sendiri lah yang bisa dipercaya. Jika Sohyun ingin lebih kuat, maka ia harus percaya pada dirinya bahwa ia gadis paling kuat. Sohyun tak boleh goyah, karena sedikit saja ia goyah, maka ia tidak akan sanggup berdiri lagi.
Sungguh, ia sangat membutuhkan dukungan dari Park Jimin.
"Eh, kau dengar berita kalau Pak Jimin dan Bu Seulgi berkencan diam-diam?"
"Haha, siapa sih yang nggak tahu? Kita semua yang ada di kantor ini sangat yakin kalau mereka punya hubungan rahasia."
"Kalau begitu, aku yang ketinggalan dan nggak update ya?"
"Lama-lama kau jadi bodoh sepertinya ya? Masa iya pacarnya mengencani wanita lain tapi tidak tahu apa-apa?"
"Hei, jangan samakan aku dengan si cewek culas itu! Otakku 50% lebih pintar darinya tahu!"
Sohyun menutup mulutnya rapat. Ia masih berada di dalam bilik toilet, dan di luar sana ia mendengar sesuatu yang tidak menyenangkan.
Oppa berkencan dengan wanita lain?
Tbc.
Kalau kalian punya pacar, dan denger kabar kalau pacar kalian selingkuh, apa kalian akan langsung percaya?
Tunggu next episode yaa ;)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top