8. Pusing
"Maksudnya dia ngehapus nomornya di hapeku gitu?"
Asano menghela napas kasar. "Pikiranmu dangkal juga."
[Name] meninju bahu Asano, membuat lelaki itu meringis sembari mengusap bahunya. "Apaan sih! Seriusan ini woi!"
"Jadi..." Asano menarik napas perlahan lalu menghembuskannya. Ia sedang merangkai kata-kata yang pas agar gadis ini tak bertanya berpuluh-puluh kali. "Nomornya itu dihapus dari operator. Biasanya orang yang ngehapus nomornya buat di-nonaktif."
"Jadi gak bisa ngehubungin dia dong?"
"Iya...kali."
[Name] menghela napas sembari menggenggam susu kotak tersebut. Tanpa sadar ia membuka bungkus sedotan, memasukkan sedotan tersebut ke lubang yang dilapisi aluminium foil dan menyeruputnya sembari berpikir.
Bisa mampus dia kalau hari ini tidak ada bimbel. Besok ulangan matematika loh?! [Name] saja stres memikirkan bagaimana si pak guru dengan kumisnya yang melambai kesana kemari bagai rollercoaster masuk ke kelas sambil membawa tumpukkan lembar ulangan yang akan segera diisi.
Untuk menghubungi saja susah, gimana mau ngasi tahu kalau [Name] butuh bimbel hari ini?
"Oh iya, Ga-"
Tringggg
Bel tanda masuk kelas berbunyi. Asano langsung masuk ke kelasnya tanpa berpamitan pada [Name]. Namun gadis itu segera menahan lengan Asano.
"Paan?"
[Name] meneguk tetesan terakhir susu stoberinya lalu menjauhkan sedotan dari mulutnya dan berucap, "Kau tahu rumah Karma dimana?"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top