6. Janjian

Karma melirik arloji di tangan kirinya. Hampir setengah jam ia menunggu di depan kelas [Name], namun gadis tersebut tak menunjukkan batang hidungnya. Padahal kelasnya sudah berakhir sejak setengah jam yang lalu.

Ia menghela napas. Tangannya yang bebas menenteng tasnya yang sedaritadi diletakkan di lantai. Kedua kakinya melangkah meninggalkan tempat tersebut.

[Name] mengiriminya pesan bahwa ia harus menemui kepala sekolah terlebih dahulu dan tempat janjian mereka di depan kelas [Name], mengingat Karma akan mentraktirnya es krim hari ini.

Yah, setidaknya uangku tidak keluar minggu ini.

Gadis itu masih setia menunggu di depan gerbang gedung. Memang sengaja. [Name] memilih untuk memutar jalan untuk tidak menemui Karma dan langsung turun keluar gedung sekolahnya.

Saat melihat Karma semakin mendekat, dia langsung keluar dari tempat persembunyiannya dan terkekeh.

“Nunggu lama yaa?” [Name] bertanya sambil menunjuk Karma dan memutar jari telunjuknya.

Iris merkuri lelaki itu berputar malas disertai dengusan kasar. “Kau membuang waktuku.”

“Gak enak ‘kan nungguuu?” Gadis itu tersenyum puas sembari bersidekap. “Makanya jangan suka buat orang nunggu!”

“Serahmulah.” Karma melihat ke arlojinya dan melihat waktu yang menunjukkan pukul 17.15 sore. “Gak jadi hari ini, lewat dari jam yang sudah ditentukan.”

[Name] menghela napas. “Ini nih, salah satu cowok yang gak gentle. Masa batalin janjinya gitu aja?”

Karma ikut-ikutan bersidekap. Sebenarnya ia paling malas jika harus berdebat yang tidak penting, apalagi dengan perempuan. Tapi gadis yang satu ini tidak pernah mau mengalah.

“Jadi maumu apa?”

“Ya janjimulah!”

Tanpa pikir panjang, lelaki itu segera menarik tangan [Name] yang membuat gadis itu tersentak. Mau tak mau ia mengikuti langkah kaki Karma yang terbilang sangat cepat itu.

“O-Oi! Jangan tiba-tiba lari napa!”

Tiba-tiba Karma menghentikkan langkahnya, membuat [Name] menabrak tubuh Karma karena tidak dapat mengontrol tubuhnya. Ia mengusap wajahnya yang baru saja bertubrukan dengan punggung Karma yang lebar itu.

“Ya Gusti, salah apa Hamba...” ucapnya.

“Kau mau aku menuruti janjiku ‘kan?”

[Name] tersentak. Entah kenapa nada bicara Karma agak sedikit meninggi. Ni anak lagi jelek apa ya mood-nya?

“Iya iya tapi sans aja kali wong aku punya kaki kecil gak bisa nyamain tapaknya denganmu.”

Karma terdiam. Ia menoleh pada [Name], lalu menghela napas.

“Ayo, waktuku tak banyak.”

Gadis itu mengangguk. [Name] berjalan di samping Karma—meskipun dengan susah payah menyamai langkah kakinya yang lebar—dan larut dalam keheningan.

Tumben ni anak mood-mood-an.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top