"Jadi kau harus memasukkan ini ke dalam x—"

"Tadi udah kumasukkin," [Name] memotong pembicaraan Karma.

"Terus, kenapa hasilnya bisa beda denganku?"

"Mungkin kau yang salah?"

Karma mengernyit dan memerhatikan kertas yang digunakannya untuk menghitung. Dilihatnya lagi dengan teliti. Cara-caranya, angka yang harus dimasukkan, bagaimana huruf x dihilangkan dan sebagainya.

"Benar ko—"

"—Kan cowok selalu salah."

Lagi-lagi [Name] memotong pembicaraan, membuat perempatan muncul di dahi Karma. Apalagi ia mengucapkan pernyataan yang sering muncul di akun quotes-quotes instakilo.

"Kau belajar darimana?" tanya Karma dengan wajah masam.

"Lah, bukannya kodrat cowok emang begitu?"

"Berarti selama ini aku salah mengajarimu?"

"Eng-Engga..." [Name] menggeleng sambil memanyunkan bibirnya.

"Tapi kau bilang kodrat seorang cowok selalu salah."

"Dalam hal tertentu!"

"Misalnya?"

[Name] mengetuk dagunya sembari berpikir. "Hmm... ketika seorang cowok tidak peka dengan cewek."

"Ngaco."

"Nah ini!" [Name] menunjuk tepat di wajah Karma, membuat lelaki berambut merah itu tersentak. "Satu diantara contoh yang kuberikan ya ini."

Karma menghela napas kasar. Ia tidak pernah mengerti jalan pikiran adik kelasnya ini. Bingal atau keras kepala, jika berdebat dengan [Name] takkan pernah berujung hingga menunggu ayam jantan bertelur.

"Lanjut. Kita akan bahas itu nanti."

"Kau mengalihkan pembicaraan?" [Name] bertanya dengan nada menantang. Karma meletakkan pulpennya di atas meja dan bertopang dagu dengan tatapan serius.

"[Last Name] [Name], jika kau melanggar peraturan yang telah kita sepakati, aku akan diganti."

"O-OKE!" Panik, [Name] kembali membuka bukunya yang tertutup karena angin. "Ayo mulai lagi."

[Name] menghela napas kasar. Ancaman tentang pergantian tutor itu bukan main-main. Dia sudah terlanjur nyaman dengan Karma, mana mungkin mau diganti.

Karma tersenyum puas. Ia cukup mengancam [Name] dengan hal kecil.

Karena sesungguhnya mengancam adalah cara terbaik untuk seorang gadis sepertinya.