11. Rumah

[Name] mengibasi rambutnya sendiri ala-ala iklan sabun cuci rambut sebab bangga karena lelaki mawar itu membiarkannya (mempersilakannya) masuk ke rumah. Gadis itu percaya kalau Karma baik. Buktinya sekarang dirinya yang maksa-maksa mau masuk disuruh masuk 'kan?

Karma berjalan mendahului [Name], sementara gadis itu tak ada angin tak ada hujan bahkan tidak disuruh duduk langsung menaruh bokongnya di atas sofa empuk. Ia tak mau terlihat norak sebab kursi ini masih kalah empuk dengan kasur di rumahnya.

Tasnya dibuka, buku-buku dikeluarkan dan ditaruh di atas meja. Karma yang sibuk memainkan ponselnya mengernyit saat melihat [Name] sudah membuka-buka bukunya. Kerasukan iblis apa dia?

"Kau----"

"NAH KAU MAIN HAPE!" [Name] langsung menunjuk Karma saat melihat lelaki itu memegang ponselnya. Emang dasar perempuan kurang ajar. "Nomormu tiba-tiba hilang dan Aga-chan bilang kau menghapus nomormu. Emang iya?!"

Lelaki bermahkota ruby itu mendengus, menyimpan benda elektronik tersebut ke dalam saku celana dan duduk di sofa sebelah [Name]. Ia tak mau menceritakan apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"Kerasukan iblis apa kau? Langsung buka buku tanpa disuruh."

Karma mengalihkan pembicaraan dan ya, seorang [Name] itu gak mungkin kerasukan setan yang kodratnya masih rendah. Tubuhnya cuma bisa dimasuki sama iblis kelas atas.

"Lucifer kayaknya," Gadis itu lalu menggeleng. "Gilak aku ada ujian nih! Mati aku kalau dapat rendah lagi, auto ditendang dari sekolah tahu!"

"Kau memang harusnya ditendang dari sekolah, kok. Baru sadar?"

[Name] mengacak rambutnya frustasi. "Ahh bego! Apapun itu sekolah ini tsundere! Mau ngeluarin siswa aja susah, kenapa harus aku yang ditempelin sama iblis?!"

"Hei, kalau aku iblis kau apa?" Karma bertanya sebab tak terima dikatai iblis, meski di sekolah ia dijuluki sebagai setan merah.

Gadis itu mengedipkan kedua matanya genit. "Malaikat yang baru saja jatuh di depanmu, eaa."

"Dah, belajar goblok," ucap lelaki itu seraya memukul kepala [Name] dengan buku tulis. Si gadis memanyunkan bibir lalu membaca isi buku dengan berbagai macam angka disana yang membuatnya makin bodoh kuadrat tiga.

"Emmm.... tiga kali dua berapa ya?"

"Aku heran kenapa Tuhan memberimu nyawa."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top