Bab 3

Selamat Membaca

Sebuah siaran di televisi, yang menampilkan kasus pembunuhan sebuah keluarga yang begitu tragis. Di mana, satu keluarga ditemukan tewas di dalam rumah megah di Kota Surabaya. Serta hanya ada satu anak yang selamat, itu pun karena saat kejadian, anak tersebut sedang camping dengan sahabatnya.

Seluruh awak media berlomba untuk bisa bertemu dengan satu anak itu. Bukan untuk menanyakan keadaan si anak, atau kondisi mental anak. Melainkan, untuk menanyakan apa si anak ingin menjadi seperti ayahnya, yang menjadi pengusaha hebat.

Namun, dalam benak anak kecil itu, dia justru membenci ayahnya. Dia tidak ingin menjadi sosok seperti ayahnya, yang mati secara tragis di tangan orang lain, hanya karena ayahnya itu memiliki Gabriel Arantha Entertainment, atau biasa dikenal GA Entertainment.

Tepat ketika berita kematian Pak Widjaya-- ayahnya Addam, beredar luas di media. Prediksi harga saham GA Entertainment anjlok, membuat seluruh investor, berbondong - bondong menjual saham mereka, sebelum harga saham semakin turun. Tentu saja, hal itu dimanfaatkan oleh Pak Antonius selaku CEO GA Entertainment.

Addam kecil yang tidak mengetahui tentang saham, apalagi tentang kerja perusahaan ayahnya. Secara mengejutkan, dia diusir dari rumahnya. Rumahnya, diambil alih oleh pihak Bank, untuk membayar kerugian perusahaan. Itulah kenapa, sekarang Addam hanya bisa berdiri di depan pemakaman kedua orang tuanya.

Di samping Addam, hanya ada koper berisi barang - barang pentingnya, seperti ijasah sekolah, data diri, dan baju - bajunya. Dia sama sekali tidak bisa membawa barang apa pun, seperti mainan kesayangannya, atau koleksi sepatu mahal pemberian kedua orang tuanya.

"Aku harus pergi ke mana, Papah? Mamah? Aria?" lirih Addam.

Namun, tidak selang berapa lama ketika Addam mengatakan kalimat itu. Kedatangan seoang pria paruh baya, dengan setelan jas mewahnya, bisa Addam lihat dari tempat dia berdiri. Addam mengenal betul pria paruh baya itu, dia adalah orang yang memiliki kekuasaan yang begitu besar.

"Addam Prince Gabriel, aku turut berduka atas apa yang menimpa orang tua dan adik kamu."

"Terima kasih Pak Orlando."

Pria yang begitu tinggi menjulang itu, adalah Dirga Jaide Orlando. Orang yang begitu berkuasa, sampai siapapun tidak bisa melawan keinginannya. Jadi, tentu saja, dibanding bermusuhan dengan Pak Dirga, Addam akan lebih memilih untuk bekerja di bawah naungan beliau.

Dirga melangkah mendekati Addam, kaki kanannya ditekuk agar tinggi badannya menyemai anak itu. Pria Emirates yang dikenal jarang sekali memberi senyum itu, kini menatap langsung pada bola mata yang terlihat kosong.

"Aku akan mensponsori seluruh kehidupanmu, sebagai balasan karena dulu kamu membawa Juna dan Yunna kepada saya," ucap Dirga.

Memang benar, kalau Addam ikut ambil andil dalam pengantaran Juna dan Yunna bertemu Dirga. Tapi, saat membantu Juna dan Yunna bertemu ayahnya, Addam sama sekali tidak menginginkan imbalan. Karena Addam sudah menganggap Juna sebagai sahabatnya.

"Saya tidak membutuhkan---"

"Tidak butuh? Kalau begitu, anggap saja saya memberi pinjaman. Jadi ketika kau sukses nanti, aku akan menagih pinjaman ini. Bagaimana?"

Addam tampak terdiam sejenak, dia sudah tidak tau lagi, harus pergi ke mana setelah ini. Sebab, seluruh keluarga dekatnya, seperti paman, bibi, atau kakak sepupunya, sama sekali tidak ada yang mau menampung Addam. Mereka semua memilih tidak mendatangi acara pemakaman, agar Addam tidak bisa meminta bantuan mereka.

Kemudian, Addam menatap ke arah makam kedua orang tuanya. Sampai, sebuah keyakinan, memberi bisikan padanya, agar menerima tawaran yang diberikan oleh Pak Dirga. Meski Addam tau, saat ini Addam tidak memiliki apa pun, tapi setidaknya Addam akan berusaha keras untuk membalas pertolongan dari Pak Dirga.

"Baik, Pak Orlando--"

"Panggil saya Pak Dirga, dan mulai sekarang kau tinggal bersama kami."

Sejak itu juga, Addam tumbuh dalam didikan Pak Dirga yang begitu keras. Pak Dirga memberi bekal bela diri, dan juga kemampuan menggunakan senjata. Bukan hanya itu saja, Addam juga diberikan pelatihan seperti menjadi perwira militer.

Tapi di sisi lain, Addam yang terbiasa bersama dengan Yunna. Ternyata mengalami masa puber yang begitu cepat, Addam dan Yunna saling merasakan perasaan cinta, dan ingin memiliki satu sama lain. Hubungan seperti ini memang tidak untuk dicontoh.

Addam dan Yunna menjalin hubungan pacaran sejak mereka masih duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama. Ketampanan dan Kecantikan sepasang kekasih cinta monyet itu, berhasil membuat seluruh murid merasa iri. Apalagi, Addam begitu perhatian pada Yunna.

Salah satu kejadian yang membuat iri adalah, ketika Yunna terlambat masuk sekolah, Addam dengan sengaja menunggu di pintu gerbang. Hingga membuat mereka berdua, mendapatkan hukuman lari keliling lapangan bersama. Yunna yang tadinya sedang marah pada Addam pun, langsung memaafkan Addam.

Hingga tanpa sadar, kenangan yang terpintas itu, justru menarik bibir pria dingin itu, membentuk sebuah lengkungan senyum kecil. Senyum yang begitu kecil, sampai Yunna bahkan tidak akan tau, jika tidak mencermati perubahan Addam itu.

"Apa ada yang lucu?" tanya Yunna.

Telapak tangan Addam perlahan menyusap rambut Yunna, dari atas hingga ke bawah. Sambil tatapan hitam legam miliknya, menatap balas pada netra karamel milik Yunna. "Tidak. Aku hanya sedikit teringat dengan masa sekolah kita, kelinci kecil."

"Sekolah? Maksudmu saat kita masih pacaran?"

"Hm."

"Apa itu artinya, kau setuju menikah denganku?"

"Jawabanku masih tetap sama. Aku tidak bisa menikah. Aku juga sama sekali tidak ingin menikah. Meskipun, kau mungkin sekarang sudah mengetahui rahasiaku," jelas Addam.

"Kau yakin? Kau yakin tidak ingin menikah dengan harta karun seperti aku?"

"....????" Addam tampak mengerutkan dahinya, membiarkan alisnya hampir menjadi satu garis. Pria ini tampak bingung dengan maksud ucapan Yunna.

Yunna turun dari posisi duduknya, kedua kakinya yang tadi sempat melemah karena kegiatan pemanasan mereka. Kini telah kembali memiliki tenaga, hingga bisa membuat Yunna berdiri sambil mengangkat dagunya.

"GA Entertainment bukan lagi perusahaan dengan nilai saham murah. GA Entertainment juga bukan hanya sekedar perusahaan di bidang industri perfilman. Tapi juga, mengusai industri musik, dan mereka juga memiliki tempat taman bermain Nusa-Land yang memiliki cabang di seluruh kota di Indonesia."

"Terus, apa maksud kamu, kamu itu harta karun."

Yunna tersenyum begitu mendengar Addam menanyakan maksud 'harta karun'. Kedua tangan Yunna, kemudian menyentuh jas Addam, mengusapnya seolah membersihkan debu pada jas itu. Kemudian sekali lagi, tatapan mereka kembali bertemu.

"Uangmu, tidak akan cukup untuk menghancurkan GA Entertainment."

"Apa itu artinya, uang milikmu bisa menghancurkan GA Entertainment?" tanya Addam.

"Entahlah, aku sendiri tidak tau, berapa total kekayaan milikku. Karena bagiku, uang itu tidak lebih berharga dari status pernikahan kita, My Prince."

"Apa hanya status pernikahan?"

Yunna kemudian mengangkat tubuhnya, dia tidak lagi menggoda Addam seperti tadi. Wanita itu justru berjalan menuju pintu ruangan yang sudah menunggu untuk dibuka. Tepat ketika Yunna akan membuka pintu itu, dia menghentikan langkahnya.

"Jika kau berminat mengetahui kelanjutan perbicaraan ini, ... datang ke Penthouse malam ini, aku tunggu sampai jam 8 p.m," ucap Yunna.

***

14 Februari 2023

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top