Bab 25

Selamat Membaca

Sejenak keduanya terdiam, membiarkan suara langkah kaki milik Addam bersuara dalam setiap langkahnya. Hingga langkah itu berhasil membawa mereka masuk ke ruangan berbeda, kamar mandi yang memiliki kolam kecil di dalamnya.

Aroma coklat langsung memenuhi indera penciuman Addam, mengingat pria itu, betapa sayangnya Yunna pada sesuatu yang terbuat dari coklat.

"Tapi, apa kita hanya akan mandi?"

"Untuk kali ini hanya mandi, tapi jika di rumah kita, aku tidak yakin setiap pagi aku bisa menahan diri."

"A—apaan sih Prince."

Waktu terus berjalan, di ruang lain di waktu yang bersamaan. Terlihat seluruh anggota keluarga yang belum pulang, tengah berkumpul di ruang makan. Dirga sebagai kepala keluarga, memimpin jalannya acara makan.

"Di mana Juna dan Gibran?" tanya Dirga yang melihat dua anaknya tidak terlihat.

"Kak Gibran dini hari tadi pergi ke Jepang, Dad. Kakak bilang, ingin berlibur di negeri sakura," ucap Arash.

"Kalau Juna?" tanya Reina.

"Kalau Kak Juna, dia tidur di Penthouse. Ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda, makanya dia tidur di sana," ucap Arzein.

"Wah, adik – adik sepupu aku udah dewasa sekarang," puji Belle.

"Kak Belle, kapan Leanor dibawa ke Indonesia? Kami ingin bertemu dia," ucap Dygta.

Belle melirik ke arah Axel, karena setelah menikah, seluruh kehidupan Leanor di bawah kendali Axel. Karena keluarga De August begitu ketat dalam mendidik anak keturunan mereka.

"Leanor sudah masuk asrama, jadi tidak bisa sembarang ambil libur ke sini," jawab Axel singkat.

"Dad, Mom, kami berangkat dulu ya," ucap Louis yang sudah menyelesaikan makannya.

"Kenapa pagi sekali?" tanya Belle.

"Iya, Kak Belle," ucap Liam.

Louis dan Liam kemudian bangkit dari kursinya, dan langsung berjalan mendekati Reina lebih dulu. Mereka kemudian secara bergantian mencium pipi mommy mereka, dan setelahnya langsung pergi.

Bersamaan dengan si kembar terakhir yang berjalan menuju pintu keluar rumah. Ternyata Yunna juga sedang melangkah menuruni tangga bersama Addam. Pengantin baru itu, sepertinya akan langsung melangkah ke pintu keluar.

"Oh iya, tentang target jumlah tamu. Kebetulan agensi dari B-Pink meminta kamar kelas presidential untuk member B-Pink. Jadi, tolong jangan buka pemesanan hotel dulu, sebelum aku mengirim jumlah pesanan mereka."

"Bukankah mereka sudah reservasi di hotel lain?"

Pengumuman tentang konser B-Pink telah diumumkan, dan Addam sendiri sudah mengetahui kalau B-Pink sudah reservasi di salah satu hotel tempat temannya bekerja. Jadi, tentu Addam tidak begitu berharap mereka mengubah reservasi.

"Ada kendala tertentu, yang tidak bisa mereka jelaskan. Jadi mereka meminta aku untuk bisa reservasi di Orlando Luxury."

"Baiklah, terus kapan kamu akan mengirimkan jadwalnya?"

"Paling lambat jam 12 siang ini."

"Baik, jika memang kamu butuh bantuan, kirimkan nomor pihak agensi pada aku. Biar aku yang menghandle mereka."

"Tidak juga, nanti siang perwakilan dari mereka akan datang ke sini. Jadi aku tidak akan begitu kesulitan."

"Apa ada tambahan lagi?"

"Hmm, untuk persiapan, hubungi kepala keamanan Orlando. Kita akan membutuhkan bantuan mereka untuk melindungi member B-Pink. Dan juga, cari cek kembali seluruh identitas tamu. Aku tidak ingin, ada fans fanatik yang mengganggu privasi para member."

"Baik, aku akan melakukannya."

"Oh iya, untuk pengambilan syuting iklan, kita alihkan model kita untuk iklan resort baru yang ada di Lombok. Lauching untuk resort kalau tidak salah, setelah lebaran bukan?"

"Jika tidak ada kendala, memang rencananya seperti itu."

"Kita buka paket honeymoon, dan liburan keluarga."

"Okay, semua sudah aku catat. Apa ada lagi masukan yang lain?"

"Sementara itu saja. Karena aku juga belum menerima laporan bulanan akhir bulan lalu. Jadi, masukan dariku bisa dijadikan opsi pilihan sementara."

Addam memasukkan catatan kecil miliknya ke dalam saku jas. Meski mereka sudah menikah, Yunna tetaplah Yunna, yang selalu membantu Addam dalam memenuhi target perusahaan.

"Apa kalian akan membahas pekerjaan, ketika bercinta?"

"Kak Juna!" teriak Yunna yang tidak suka dengan kehadiran Juna.

"Kak, baru datang?" sapa Louis yang ternyata baru sampai di pintu depan.

"Iya. Apa Mommy mencariku?" tanya Juna.

"Yap," jawab Liam.

"Dam, temenin ketemu Mommy sama Daddy yuk?" ajak Juna.

Addam menatap ke arah Yunna sejenak. "Apa kamu mau ikut, sayang?"

"Nggak, aku mau ke kamar lagi. Males ketemu Kakak durhaka," ucap Yunna.

"Sorry princess, tapi kau membahas pekerjaan tidak pada tempatnya. Kasihan sahabatku, harus terikat pekerjaan selama 24 jam non stop."

"Ha! Aku hanya kasih saran, lagian Prince aja nggak protes. Kenapa malah kakak yang protes?!"

Usai mengatakan itu, Yunna mencium pipi Addam sekilas, dan segera pergi. Juna yang melihat itu, hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Maafkan Yunna, Addam."

"Seharusnya kamu yang minta maaf pada Yunna, Juna. Bukan Yunna yang harus minta maaf padaku," bela Addam.

"Oho, dasar pengantin baru," ejek Juna.

Dua pria yang memiliki usia yang sama ini, akhirnya memilih masuk ke dalam rumah. Mereka berjalan menuju ruang makan, tapi entah hanya perasaan Addam saja, tapi Addam bisa merasakan aura permusuhan yang mengarah padanya.

Hingga Addam melihat sosok pria asing, yang bangkit dari tempat duduknya. Addam tidak mengenal pria itu, padahal selama ini Addam selalu mengenal seluruh anggota keluarga Orlando. Terlihat pria itu memilih pergi sebelum Addam menyapanya.

"Selamat pagi, Dad," sapa Addam.

"Kalian datang? Apa kalian ke sini untuk pamit berangkat kerja?" tanya Dirga.

"Iya, Dad," jawab Addam.

"Yes, Dad," jawab Juna.

"Di mana Yunna? Kenapa dia tidak ke sini?" tanya Reina.

"Maaf Mom. Saya yang meminta Yunna untuk istirahat di kamar, tolong jangan marahi Yunna," pinta Addam.

"Wahh, apa sebentar lagi saya akan memiliki cucu?" ucap Reina begitu antusias.

"Jangan mengganggu menantu kita, Luv. Biarkan mereka menikmati rumah tangga mereka," pinta Dirga pada sang istri.

"Baiklah, Dad. Tapi Addam, tolong kalau Yunna hamil, jadikan saya orang kedua yang mengetahuinya."

"Kedua?" tanya Dirga bingung.

"Iya, karena yang pertama pasti adalah Addam," ucap Reina.

Addam tersenyum mendapatkan perlakuan hangat dari mertuanya. Pria ini kemudian melangkah mendekati Reina, mengulurkan tangan kanannya. Tentu saja Reina menerima uluran itu dengan senang.

Sudah menjadi kebiasaan Addam, ketika dia tinggal di rumah Orlando, dia akan mencium punggung tangan kanan Reina dan Dirga, ketika datang maupun ketika pergi. Itu semua karena Addam selalu diajarkan kedua orang tuanya sejak kecil.

"Saya berangkat dulu, Mom, Dad," ucap Addam.

"Juna juga ya Mom, Dad," ucap Juna, mengikuti Addam.

Setelah itu, dua pria yang memiliki ketampanan berbeda ini pun berangkat dengan mobil yang sama. Hari ini, Juna sengaja memilih satu mobil dengan Addam, karena harus membahas tentang Sakura.

Lagi pula, di gedung Orlando Luxury, masih banyak mobil yang bisa digunakan oleh anggota keluarga Orlando. Mobil Range River berwarna hitam, melaju meninggalkan kawasan perumahan Orlando.

"Jadi, bagaimana dengan Sakura?" tanya Addam.

"Dia berkata hanya bosan di hotel, jadi aku memindahkan dia ke Penthouse milikku," ucap Juna.

"Penthouse? Kau ingin bermain – main dengan dia?" tebak Addam.

"Jangan berpikir macam – macam, Dude. Di Penthouse memiliki keamanan yang lebih kuat, jadi akan lebih mudah kita mengawasi dia."

"Terserahmu, nanti biarkan aku bertemu dengan dia berdua."

Mendengar kata berdua, tanpa peringatan, Juna langsung memberi tatapan tajamnya pada Addam. Sebab, Juna sangat tau, seberapa cemburuannya Yunna, kalau mengetahui Addam bertemu dengan wanita lain.

"Hanya bertemu, Juna. Kenapa kau menatapku seperti itu?"

"Kau tau kan, Yunna pencemburu?"

"Dan kau lihat kan, ada cincin di jari kanan aku," ucap Addam memamerkan cincin pernikahan miliknya 

"Baiklah, aku percaya."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top