Bab 24
Selamat Membaca
Di pagi yang cerah ini, Yunna si pengantin baru yang masih terlalu malas membuka matanya. Terlihat sekarang masih memeluk tubuh Addam, yang dijadikan sebagai pengganti bantal guling kesayangannya.
Sedangkan untuk sang suami sendiri, dia sudah terjaga sejak jam 5 pagi. Dia bahkan sudah meminta pelayan untuk mengantar kopi panas ke kamar Yunna. Sebagai teman sampingan memeriksa laporan rencana promo paket hotel, bagi wisatawan yang ingin menonton konser girl grup B-Pink di Jakarta.
Rencana ini memang sudah lama Addam pelajari, karena melihat jumlah penggemar internasional B-Pink yang begitu banyak, dan sangat loyal akan idola-nya. Jadi, Addam ingin memanfaatkan momen langka ini. Untuk itulah, hari ini Addam memiliki jadwal yang sangat padat.
Yahhh, meski sebenarnya jadwal itu adalah milik Yunna. Tapi mengingat kegiatan mereka tadi malam, Addam tidak yakin, kalau Yunna bisa berangkat kerja. Apalagi, sepertinya Yunna begitu kelelahan. Jadi, sebagai suami yang tanggung jawab, sudah sepatutnya Addam membantu Yunna.
"Sayang, hari ini aku berangkat kerja ya," ucap Addam.
Pria itu tampak meletakkan tablet yang sempat dia pegang sebelumnya. Sebelum kemudian tangan besarnya mengusap lembut rambut Yunna. Addam tampak begitu menyayangi kelinci kecilnya.
"Mmmm, tidak bisakah kau libur? Aku tidak ingin berjauhan denganmu," rengek Yunna.
Jujur saja, seadainya Addam tidak mengingat target kerja tahunan miliknya, dia pasti akan memilih mengambil libur, dan menghabiskan waktu lebih banyak dengan Yunna. Siapa sih yang bisa menolak rengekan manja Yunna yang begitu menggemaskan?
Tapi masalahnya, di samping Addam mengurus hotel, Addam juga harus menemui Sakura. Lebih tepatnya, memastikan apakah Sakura berhasil ditemukan. Karena tadi Addam membaca pesan masuk di layar tabletnya.
"Lapor: Miss S menghilang dari Paradise Osean." Pukul 00.15
Itu adalah waktu di mana Addam hanya fokus pada Yunna seorang. Jadi, tidak mungkin bagi Addam untuk mengeceknya sendiri. Dan sepertinya Juna juga sudah sangat hafal tentang sifat Yunna. Yunna tidak akan mau diganggu ketika sedang melakukan ritual malam pertama.
"Kali ini tidak bisa, kelinci kecil," jawab Addam meminta pengertian dari Yunna.
Dan sepertinya, permintaan Addam berhasil dikabulkan oleh Yunna. Terlihat Yunna memilih melepas pelukannya, menarik tubuhnya untuk bisa duduk di samping Addam. Menampakkan tubuh Yunna yang susah terbalut dengan kemeja putih milik Addam.
"Baiklah, kalau begitu aku akan berangkat juga."
"Little bunny, kau sudah tidak tidur selama dua malam. Jadi, lebih baik kamu istirahat di rumah, dan tunggu aku menjemputmu."
Dua malam. Selama dua malam, Yunna memang Yunna belum tidur. Ini semua karena Yunna mengawasi kegiatan Addam, dan tidak lupa, mereka berdua juga melakukan kegiatan yang tidak dapat ditunda. Jadi, tentu saja Yunna sangat membutuhkan waktu istirahat.
Tapi tunggu, kenapa ada kata menjemput? Bukankah setelah menikah, Yunna dan Addam akan tinggal di rumah milik keluarga Orlando?
Kedua orang tua Yunna, mmm mungkin mommy tercintanya sih, telah membuat kamar Yunna menjadi kamar tidur pengantin. Beberapa barang milik Addam, yang sebelumnya ada di kamar Addam saja. Kini sudah berpindah ke kamar Yunna.
Terus, kenapa Addam tetap menggunakan kata menjemput?
"Menjemput? Apa kita akan pergi bulan madu?" tanya Yunna penasaran.
Tanpa bisa diperintah, jari Addam memilih untuk mencubit ringan pipi halus Yunna. Yunna memang selalu berhasil membuat Addam gemas. Sampai kadang Addam lupa, kalau sekarang hubungan mereka sudah lebih dari teman kecil.
"Sayang, meskipun aku juga ingin pergi bulan denganmu. Tapi kita tetap tidak bisa pergi sekarang."
Mendengar itu, Yunna memilih menyibak selimut yang sempat menutupi tubuhnya. Mengubah posisi nyamannya, menjadi lebih nyaman lagi, dengan duduk dia atas paha suami tampannya.
Belum puas hanya sekedar duduk, kedua tangan Yunna bahkan mulai berani mengalung indah di leher kokoh Addam. Addam yang melihat itu, secara otomatis langsung memegang pinggang ramping istrinya.
"Terus kenapa kita tidak pergi saja? Kau bilang, kau ingin memiliki anak denganku," ingat Yunna tentang keinginan Addam.
Kedua tangan besar Addam tanpa ijin Yunna, mulai berani menyusup ke dalam kemeja putih yang dipakai Yunna. Sentuhan kulit itu, berhasil membuat Yunna semakin menempelkan tubuhnya pada Addam.
Tatapan Yunna tampak mulai memiliki percikan hangat, yang sedang ditiup lembut oleh bibir Addam pada leher Yunna. Addam sepertinya ingin sedikit bermain dengan sang istri tercinta, karena ternyata Yunna melepas paksa kaos putih yang dipakai Addam
"Aku memiliki tanggung jawab besar untuk memenuhi target keuntungan tahun ini. Dan jika sampai aku tidak berhasil, bos galak di tempatku bekerja, pasti akan memotong komisi tahunan kami."
Tepat setelah mengatakan itu, Yunna yang ingin melahap bibir Addam, dia langsung menghentikan niatannya. Yunna bahkan sampai harus menatap serius pada netra hitam legam milik Addam.
"Apa aku sungguh berkata seperti itu?" tanya Yunna memastikan.
"Tidak, kelinci kecil. Bukan kamu, tapi bos tempat aku bekerja."
"Bos kamu itu kan aku, Prince."
"Hahaha, iya sayang, iya, di rumah atau pun di kantor, kamu tetap selalu menjadi bos ku."
"Eh bukan itu maksud aku."
Iya, bukan itu maksud Yunna. Mana mungkin Yunna menjadikan suaminya sebagai bawahan, padahal suaminya lebih hebat jika dibandingkan dengan kemampuan Yunna. Sebagai contoh sederhana saja, Yunna menjadi CEO karena koneksi milik ayahnya.
Kemudian, di waktu yang sama, Addam berhasil mendapatkan jabatan COO atau wakil CEO, hanya dengan kemampuan Addam, dan seluruh prestasi yang diberikan pria itu untuk Orlando Luxury.
Bukankah, dari itu saja, sudah menjadi bukti, kalau yang sepantasnya menjadi bos adalah Addam?
"Prince?" panggil Yunna.
"Aku ingin mandi, apa kau juga ingin mandi denganku?"
Yunna yang ditanya seperti itu, tentu saja dia tidak langsung memberi jawaban. Justru pikiran merasa aneh dengan perubahan Addam, yang tiba – tiba ingin menggoda Yunna.
"Prince, pliss lebih baik kau marah, dari pada mengalihkan pembicaraan."
Addam menggeser tubuhnya, sambil mengangkat tubuh Yunna. Secara otomatis, Yunna yang tidak ingin jatuh, dia langsung memeluk tubuh Addam. Pria itu ternyata benar – benar membawa Yunna menuju kamar mandi.
"Kelinci kecil, aku tidak akan mungkin marah padamu. Dan aku memang sungguh akan mandi."
"Tapi tarik kembali ucapan kamu yang mengatakan kalau aku bos kamu," perintah Yunna.
"Kenapa? Kau tidak ingin memiliki bawahan seperti aku?"
"Hah? Jangan aneh – aneh deh Prince. Jelas – jelas kau selalu lebih---" Yunna tidak ingin melanjutkan kalimatnya.
Ego seorang Yunna yang biasa menjadi nomor satu, seolah seperti dihancurkan dengan pengakuan kalau Addam lebih hebat darinya. Yah, meski itu adalah kenyataan, tapi tetap saja Yunna tidak ingin mengakui di depan Addam secara langsung.
"Dengarkan aku sayang, meski kau adalah bos ku, kau adalah atasanku. Itu tidak akan pernah mengubah fakta, bahwa tubuh kita saling menginginkan. Kau dan aku, akan tetap selalu bersama, menjadi suami istri untuk selamanya," ucap Addam bersungguh - sungguh.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top