Bab 22
Selamat Membaca
Di jaman sekarang, rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal saja. Melainkan bisa disebut juga sebagai alat identitas sebagai keluarga. Selain itu, Rumah juga berfungsi sebagai penunjang kesempatan keluarga untuk berkembang dalam kehidupan sosial, budaya dan ekonomi.
Seperti rumah mewah milik keluarga Orlando. Sebelum Axel datang ke Indonesia, pria ini mencari tau tentang sistem keamanan di sekitar rumah Orlando. Perumahan ini, memiliki satu rumah yang begitu besar, memiliki taman bermain, dan juga 2 kolam renang, satu untuk orang dewasa, dan yang satunya untuk anak kecil.
Kemudian jika diamati lagi, ada beberapa rumah dengan ukuran sedang, yang mengitari rumah ini. Jika dilihat kacamata orang awam, sekilas itu hanya rumah – rumah orang biasa. Tapi, ternyata seluruh rumah di sekitar sini, adalah tempat tinggal pengawal dan pelayan, jika mereka mendapat libur.
Pak Orlando seperti membangun kerajaan miliknya sendiri. Padahal, Axel berniat membawa pengawal miliknya, agar bisa membawa Yunna kembali di dalam tempat tinggal mereka. Tapi yang terjadi adalah, Axel hanya bisa berdiri di balkon kamar, sambil melihat lampu kamar Yunna yang masih menyala.
"Kau belum tidur, suamiku?" tanya seorang wanita cantik berambut pirang.
Axel terlalu hafal dengan suara milik istrinya. Bahkan begitu hafalnya dengan sosok istrinya, dari aroma parfum yang dipakai oleh wanita itu saja, Axel langsung tau kalau istrinya ada di dekatnya.
"Iya," jawab Axel sangat singkat.
Sang istri yang sudah kenal betul dengan sikap dingin suaminya, dia pun hanya bisa menarik napas dan membuangnya perlahan. Ingin sekali wanita ini bisa memiliki hubungan romantis, dengan pria yang dia pilih sebagai pasangan hidupnya.
Tapi, itu semua pasti tidak mungkin terjadi. Karena sejak dulu, sejak mereka masih menjadi sahabat dengan Reina juga di dalamnya. Axel hanya bersikap manis pada Reina, tidak pernah sekalipun Axel melakukan hal romantis dengan Belle.
"Apa ada sesuatu? Kenapa kau di balkon?" tanya Belle.
Belle melangkah mendekati balkon kamar, yang dijadikan tempat istirahat mereka selama acara pernikahan Yunna dan Addam. Belle dengar, acara pernikahan Yunna sengaja digelar secara pribadi, untuk menutupi identitas Addam yang merupakan orang dari kalangan biasa.
Hal itu karena, pihak Orlando tidak ingin media menyerang Addam, dengan omongan yang membuat panas di telinga. Seperti gosip dengan judul pernikahan angsa miskin dengan putri konglomerat. Meski jika ditelusuri lagi, kekayaan Addam tidak bisa dikatakan sedikit.
Tapi masalahnya, mau seberapa banyak kekayaan, jika tidak memiliki 'identitas' keluarga di belakangnya, pasti tetap dianggap miskin. Apalagi, Addam jarang sekali masuk ke media, jika bukan untuk urusan hotel dan resort.
"Hm," balas Axel singkat sekali.
Melihat sikap Axel yang masih sangat dingin pada Belle. Sama seperti ketika masa remaja mereka. Akhirnya, Reina yang awalnya hanya mengantar Belle, dia pun harus menghentikan niatannya untuk kembali.
"Mungkin Axel terganggu dengan suara pengantin baru?" tebak Reina.
Detik itu, Axel langsung berbalik. Pria yang pernah menjadi cinta tepuk sebelah tangan ini, tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Pria ini bahkan sampai membentuk lengkungan senyum pada bibir dinginnya.
Belle yang melihat suaminya tidak sedingin sebelumnya, dia pun memalingkan wajahnya sejenak. Wanita yang memang resmi menjadi istrinya Axel ini, harus menahan rasa sakit hatinya.
Okay mungkin Belle sudah terlalu dewasa untuk merasa sakit hati, tapi sungguh, menikah dengan Axel adalah status di atas kertas saja. Pria ini yang menjadi suaminya itu, nyatanya tidak bisa melupakan rasa cintanya pada cinta pertamanya.
"Rein?"
"Hai, maaf aku baru menyapa kamu, Axel," ucap Reina.
Meskipun acara pernikahan hanya didatangi keluarga saja. Tapi jumlah anggota keluarga yang datang, sudah mampu membuat Reina dan Dirga begitu sibuk. Sangat sibuknya, bahkan ada beberapa anggota keluarga yang tidak bisa mereka sapa langsung. Seperti Axel dan Belle tentunya.
"Tapi, bisa kita bicara berdua? Karena sepertinya, hanya aku yang belum kau sapa sejak tadi?" pinta Axel tanpa memikirkan perasaan Belle.
Jujur saja, meski hubungan mereka saat ini telah menjadi satu keluarga. Tapi, jika ada yang mengetahui masa lalu di antara Axel dan Reina, Reina yakin, siapa pun pasti tidak akan membiarkan Reina berduaan saja dengan Axel.
Oh ayolah, dulu Axel dan Reina sama – sama saling menyukai, tapi perasaan mereka tidak sempat berbuah menjadi hubungan pacaran. Karena perasaan cinta itu terhalang dengan status friendzone. Zona pertemanan.
Kemudian, di saat mereka sudah dewasa, sudah memiliki anak. Axel tiba – tiba meminta waktu berdua 'saja' dengan Reina. Padahal saat ini, di sini, ada Belle yang menjadi istri pria keturunan spanyol ini. Bukankah itu artinya Axel ingin membuat hubungan Reina dan Belle kembali memanas?
"Baiklah. Aku akan pergi dulu," ucap Belle.
"Belle," ucap Reina setengah melotot, sebagai tanda bahwa Reina tidak setuju dengan sikap Belle.
"Aku sudah tidak cemburu lagi, Rein. Lagi pula, sekarang kau adalah Tante aku, tidak mungkin kan kau akan mengkhianati Paman Dirga?"
Reina terdiam, jawaban Belle memang seratus persen benar. Reina begitu mencintai Dirga, suami yang selisih usianya 20 tahun lebih tua darinya itu. Jadi, sudah pasti Reina tidak akan mengkhianati suami tercintanya itu. Justru, yang harusnya dipermasalahkan adalah perasaan Axel.
"Maaf ya Belle," ucap Reina.
Belle pun kemudian melanjutkan langkahnya, meninggalkan dua orang yang dulu sempat memiliki perasaan cinta. Sedangkan Reina sendiri, dia lebih memilih untuk duduk di sofa balkon. Mengikuti arah pandang Axel yang ternyata sudah menatap ke arah jendela kamar Yunna.
"Jadi, bagaimana kabar kamu selama ini?" tanya Reina mencoba membuka percakapan di antara mereka.
"Kabar?" tanya Axel.
"Iya, tentu saja."
"Sebelumnya, kabarku cukup baik, sangat menyenangkan dan juga penuh kebahagiaan."
Perlahan Axel membalikkan tubuhnya, berjalan ke arah satu sofa yang dijadikan sebagai tempat singgah Reina. Pria ini kembali menatap wajah cantik Reina, yang begitu mirip dengan Yunna. Hanya saja, warna mata Yunna adalah karamel, khas orang timur tengah. Berbeda dengan Reina memiliki warna mata hitam.
Saat ini, jawaban yang dikatakan Axel memang benar adanya. Kedatangan Yunna dalam hidupnya, menghilangkan rasa dahaganya yang tidak memiliki cinta dengan Belle. Bahkan pernikahan dengan Belle saja, dijalankan karena Belle terlanjur hamil anaknya Axel.
Sangat berbeda dengan hubungan Axel dan Yunna. Meski Yunna mengatakan bahwa Yunna melakukan hubungan itu untuk kesenangan, tapi Axel yang justru merasakan perasaan yang sempat terkubur. Sesuatu yang bisa menghangatkan jantungnya, menghancurkan pola pikir rasionalnya. Hingga Axel bisa gila jika tidak bersama Yunna
"Itu sebelum kau datang ke Barcelona dan menyekapku, agar tidak bisa memenuhi janji dengan Yunna," lanjut Axel.
Tepat ketika Axel menyelesaikan kalimatnya, jarak di antara mereka berdua, kini begitu dekat. Kedua tangan Axel bahkan sampai berpegangan di kedua sisi sofa, memenjarakan tubuh Reina di dalamnya. Hingga membuat Reina harus mendongakkan kepalanya, agar bisa menatap balas pada sahabatnya ini.
"Hahaha."
Suara tawa Reina, berhasil memecahkan kesunyian di antara mereka. Wanita nomor satu Orlando ini, tertawa seolah ucapan Axel tidaklah penting. Atau mungkin ... Hanya dianggap sebagai bahan candaan dia saja.
"Apa ada yang lucu, Rein?" tanya Axel.
"Lucu? Tentu saja, Axel. Kau sungguh lucu," ucap Reina sambil mencubit pipi kiri pria itu.
Namun, cubitan dari tangan kecil Reina, tidak juga mampu menghapus ekspresi serius sang pria spanyol. Axel justru semakin memberi tatapan tajam pada Reina. Memberi tanda bahwa Axel tidak sedang bercanda dalam ucapannya barusan.
"Janji dengan Yunna? Kau bilang kekasihmu itu Berlian," ucap Reina memberi tatapan seolah dia tidak paham dengan ucapan Axel barusan.
"Itu karena aku tidak tau, kalau Yunna dan Berlian itu satu orang."
"Apa maksud kamu?"
"Kau mempermainkan aku, Rein! Kau mengatakan, bahwa kau akan membuat Berlian menghilang, jika aku tidak naik ke kapal milikmu!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top