Bab 20
Selamat Membaca
Sebelum melakukan upacara pernikahan, tepatnya ketika Yunna masih dalam proses merias diri. Yunna sudah memberi perintah pada pelayan, agar rambut indah Yunna tidak perlu dikepang melingkar hingga membentuk sebuah sanggul yang di dalamnya diisi dengan bunga.
Memang sih, berkat sanggul rambut itu, Yunna tampak seperti Princess. Apalagi rambut Yunna yang berwarna pirang kecoklatan, menambah kesan elegan. Tapi masalahnya, keindahan itu mengganggu rencana Yunna.
Seperti sekarang misalnya, tampak Addam tengah membantu Yunna melepas segala pernak pernik di atas kepala Yunna. Sedangkan Yunna sendiri, memilih duduk di atas ranjang empuknya, sambil menekuk kedua kakinya.
“Aku seperti menjadi adik kecilmu,” ceplos Yunna.
Semasa Yunna kecil, Addam yang memang dulunya memiliki adik perempuan. Tentu saja sesekali ketika Addam dan Yunna akur, Addam akan membantu Yunna melepas ikat rambutnya. Karena Addam sudah terbiasa membantu adiknya.
Makanya, dulu ketika mereka kecil, banyak yang mengira kalau kakak kembar Yunna adalah Addam. Sebab, Yunna lebih banyak menghabiskan waktu bersama Addam, dibanding harus bermain dengan Juna yang selalu membuat Yunna menangis.
“Dulu, kau juga selalu membantu aku melepas ikat rambut. Apa kau ingat?” ucap Yunna lagi.
Addam menghentikan kegiatannya, pria itu tampak mengubah posisinya yang semula berdiri di samping ranjang, kini duduk di hadapan istri manisnya. Kelinci kecil yang menggemaskan ini, ternyata juga tengah menunggu Addam untuk saling beradu pandang.
“Tentu saja aku mengingatnya, kelinci kecil. Tapi, tidak ada adik kecil yang terus mengajakku tidur bersama," ucap Addam yang mengingatkan, bahwa Yunna bukan adiknya.
Tidur bersama.
Dua kata itu berhasil menciptakan semburat merah muda pada wajah Yunna. Wanita itu bahkan langsung membalikkan tubuhnya, agar Addam tidak melihat ekspresi Yunna yang salah tingkah.
Lagi pula siapa juga yang mau menganggap wanita yang berhasil membangkitkan hasrat seorang pria, adalah adik kecilnya? Apalagi baik Addam dan Yunna, keduanya tidak memiliki hubungan darah apa pun.
Addam pun kembali melakukan tugasnya, kali ini dia menyisir rambut Yunna yang sudah berubah semakin ikal, akibat karena tadi rambutnya dikepang.
"Tentu saja aku tau hal itu, Prince. Aku mengatakan ini, karena sejak dulu, kau yang selalu berada di sisiku. Kau bahkan selalu membantuku, meski kau tidak menyukainya," jelas Yunna panjang lebar.
Mendengar itu, perlahan Addam yang sedang menyisir rambut panjang Yunna, bisa terlihat senyuman hangat muncul pada bibirnya. Dadanya merasa menghangat, seolah ucapan Yunna begitu berarti.
Sejak kematian keluarganya, Addam yang diselamatkan oleh Pak Orlando. Addam kecil mengira, dia hanya dijadikan alat untuk mengawasi Yunna dan seluruh saudaranya. Itu seperti, Addam adalah bawahan Yunna.
Tapi, ucapan Yunna barusan, bukankah itu membuat pemikiran Addam salah besar?
"Prince? Kenapa kau diam?" tanya Yunna yang tiba - tiba memutar wajahnya ke arah Addam, membuat keduanya saling bertatapan.
Tatapan mereka terus beradu pandang, menarik kesadaran mereka dalam lautan keindahan warna bola mata mereka yang berbeda. Keindahan bola mata yang membuat pandangan merasa tidak jemu.
"Prince?" panggil Yunna.
"Kau mungkin tidak percaya Yunna."
"Tidak percaya?" Yunna sampai mengerutkan kedua alisnya, karena dia tidak paham dengan maksud ucapan Addam barusan.
"Sebenarnya aku memang tidak menyukaimu, aku justru membencimu yang selalu melibatkan diri dalam masalah yang merepotkan."
Ketika seorang Prince mengutarakan kalimat yang menusuk, dan tidak kenal hati. Maka itu bukanlah Prince, melainkan sosok Addam yang dingin. Pria dingin yang tidak kenal ampun, sebab lidah liar yang biasa digunakan untuk menjilat pintu gerbang istana milik Yunna, kini berubah menjadi pedang tajam yang siap mengeluarkan kalimat kejam.
Yunna pun langsung berbalik memutar tubuhnya ke arah Addam, wajah Yunna sedikit mendongak untuk bisa melihat wajah Addam secara langsung. "Prince!!!" seru Yunna yang kesal.
"Aku sungguh - sungguh Yunna. Kau itu menyebalkan," jujur Addam.
"Terus kenapa kau selalu berada di sisiku? Kau bahkan selalu menolongku," ucap Yunna yang meminta penjelasan atas segala bantuan yang diberikan Addam padanya. Ada rasa penasaran besar, kenapa Addam bisa membantu Yunna tanpa perlu Yunna mengatakannya.
Perlahan Yunna bisa melihat, kedua tangan Addam menyentuh kedua sisi pundah Yunna. Kemudian, tangan itu bergerak naik menuju pipi lembut Yunna, membuat Yunna tidak bisa menolak pesona tampan dari wajah suaminya itu.
"Tubuhku bergerak sendiri, Kelinci Kecil. Meski aku tidak menyukai dirimu, meski aku membencimu, tapi aku ... tubuh ini tidak bisa membiarkanmu berada dalam masalah. Apalagi jika masalah itu sampai membuatmu kesakitan, tubuhku ikut merasakan sakit itu juga," jelas Addam.
Detik itu juga, tubuh Yunna seolah mematung mendengar pengakuan Addam. Yunna hanya bisa terdiam merasakan bibir Addam yang telah menyentuh bibir Yunna, membuat Yunna memilih memejamkan kedua matanya. Kemudian kedua tangan Yunna mengalung pada leher kokoh Addam, menarik pria itu agar terus dan terus mengungkapkan rasa panasnya dalam ciuman.
“Apa kelinci kecilku sudah tidak sabar?” tanya Addam.
“Kau terlalu lama hanya untuk melepas kemeja, Prince.”
Tubuh Yunna kemudian melepas dekapannya, wanita ini memilih merangkak mundur ke bawah, untuk melepas celana yang masih menutupi kebanggaan milik Addam yang begitu Yunna kagumi. Dengan cekatan, Yunna menurunkn resleting itu, menarik celana bersama celana dalam milik Addam hingga terlepas dari kakinya.
Setelah itu, Yunna bisa melihat kebanggaan milik Addam tampak sudah bangun. Tangan kecil Yunna pun segera mengarahkan milik Addam ke arah mulutnya, sambil memutar tubuhnya agar milik di arahkan menuju mulut Addam. Posisi mereka seperti membentu dua angka yang saling terbalik. Angka enam – sembilan.
Kemudian, hal pertama yang dilakukan oleh Yunna adalah menjilati milik Addam, membayangkan bahwa milik Addam adalah sebuah permen terlezat yang hanya tercipta untuk Yunna seorang, sambil tangannya menggenggam melingkar, dengan bergerak naik kemudian turun.
Bersamaan dengan itu, pikiran Yunna jug menggila karena miliknya dijilati dengan begitu liar di sana. Addam menggunakan lidahnya untuk menjilat setiap titik yang ada di bibir bawah Yunna, tangan pria itu juga memainkan titik klitoris yang merupakan bagian sensitif milik Yunna.
Yunna pun semakin agresif menghisap, dan menjilat kebanggaan milik Addam. Tubuhnya yang sudah sangat sensitif, kini terus dan terus menempel pada tubuh Addam. Hal itu tidak jauh berbeda dengan Addam yang merasa tubuhnya semakin melekat pada wanita yang ada di atasnya.
Lidah Addam yang terus bergerak menjilati setiap titik bibir bawah milik Yunna, kini lidah itu mulai merasakan milik Yunna yang mulai basah. Lidah itu pun kemudian bergerak memasuki pintu gerbang yang begitu sempit. Dijilatinya, diresapinya rasa nikmat pada istana megah Yunna.
“Aaaahhh Prriiiincccee!!!” desah Yunna.
“Eeengghhh!!!” Erang Addam bersamaan dengan desahan Yunna.
Kemudian tepat setelah itu, Yunna bisa merasakan kebanggaan milik Addam mulia menegang, sangat tegang dan berdenyut. Bersama dengan itu, Addam juga merasakan lidahnya dihisap kuat oleh istana milik Yunna. Dua orang ini pun, bisa merasakan milik mereka mulai mengeluarkan cairan panas yang begitu melimpah.
Yunna pun berusaha menelen seluruh cairan panas milik Addam, dia tidak ingin membiarkan satu tetes pun menghilang dari mulutnya. Fokus Yunna adalah dia harus tetap bisa membuat kebanggaan milik Addam tetap bersih dari cairan apapun. Sedangkan, di depan istana milik Yunna, mulut Addam tampak menghisap seluruh cairan yang keluar dari dalam istana Yunna.
Kedua tangan Addam sampai memeluk begitu erat tubuh Yunna. Agar Yunna tetap mengeluarkan cairan miliknya sampai selesai. Yunna yang merasa cairan milik Addam begitu banyak, dia kemudian bangun dari posisinya. Duduk dia tas kepala Addam, sambil tangannya terus dia jilat.
“Ini sangat lezat, Prince,” puji Yunna.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top