Bab 16
Selamat Membaca
"Seharusnya, tadi malam kita membuat pesta lajang," saran Arzein.
"Kau benar, Arzein," ucap Arash menyetujui saran Arzein.
"Tapi masalahnya, Princess kita tadi malam tidak pulang, Kak Arash," keluh Rayhan.
"Benarkah? Apa kau tau tadi malam princess kita pergi ke mana, Kak Reyhan?" tanya Dygta.
"Mungkin ke suatu tempat yang menghasilkan keringat?" jawab Reyhan menatap jahil pada Yunna.
"Shut up, Rey!" teriak Yunna.
Yunna sedikit memutar tubuhnya, untuk memperlihatkan tatapan tajamnya pada adiknya yang bernama Reyhan. Seluruh saudara Yunna pun langsung terdiam ketika melihat Yunna sudah mengeluarkan amarahnya.
Baiklah, karena Yunna masih memiliki hati nurani untuk mengakui mereka adalah saudara Yunna. Sekarang Yunna akan mengenalkan berapa jumlah saudara Yunna. Di mulai dengan Gibran Orlando, tapi sekarang marganya diganti dengan Gibran Al Kazaar.
Gibran Al Kazaar adalah kakak beda ayah dan beda ibu dengan Yunna. Tapi karena statusnya sejak kecil sebagai kakak, jadi Yunna tetap menganggap Gibran adalah kakaknya. Padahal, identitas aslinya adalah Gibran adik tirinya Reina, yang artinya Gibran adalah Uncle-nya Yunna.
Kemudian, beralih pada Juna Xavier Orlando, kakak 5 menit lebih awal sebelum Yunna lahir. Meskipun Juna adalah kakak kembar Yunna, tapi wajahnya berbeda jauh dengan Yunna. Juna dipilih untuk memegang perusahaan kontruksi milik Kakek Adrian, sebagai penerus Reina.
Setelah Juna, ada sikembar identik Arzein Al Kareem dan Arash Al Kareem. Kemudian kembar tidak identik Reyhan Al Kareem dan Rayhan Al Kareem, Dygta Orlando dan Devano Orlando, Al Barra Orlando dan El Birru Orlando, Louis Orlando dan Liam Orlando.
Sungguh jumlah yang fantastis bukan? Yunna saja tidak paham, kenapa bisa ibunya yang memiliki kecantikan tidak lekang oleh waktu itu, bisa mau melahirkan anak sebanyak itu?
Lamunan Yunna pun akhirnya harus terhenti, karena mendengar suara hangat dari sosok yang dia banggakan. Beliau adalah Dirga Jaide Orlando, sang ayah yang merupakan cinta pertama untuk Yunna.
"Apa kau gugup?"
Kedua tangan Yunna yang sudah dihias dengan ukuran indah dari daun pacar, kini bisa terlihat sedikit basah karena keringat. Yunna yang biasanya tampak begitu berani dengan sikap arogannya, entah kenapa berubah menjadi kelinci kecil yang gemetaran.
"Ini aneh Dad. Sepertinya aku merasa gugup," ucap Yunna.
"Itu normal sayang," ucap Dirga.
"Apa Mommy dulu juga gugup?" tanya Yunna yang penasaran dengan pernikahan ibunya.
Dirga tampak terdiam sejenak, dia tidak mungkin menceritakan tentang Reina yang memakai vibrator di hari pernikahan, hanya agar wanita itu mau menjawab ketika Pemberkatan Pernikahan bukan?
"Mungkin? Karena saat itu, Dad sudah ada di altar menunggu Mommy kamu," ucap Dirga.
"Bagaimana dengan Abi? Apa dulu Mommy juga gugup?"
"Mommy kamu adalah wanita yang kuat sayang," jawab Arsyad penuh misteri. "Tapi, merasa gugup itu wajar, princess. Tapi bayangkan, dibalik pintu ini, ada pria yang menunggumu. Pria yang hanya bisa ditaklukkan olehmu," lanjut Arsyad.
Kini wajah cantik Yunna menatap ke arah sisi kirinya, ada Arsyad yang juga menemani Reina. "Abi benar, Addam juga pasti merasakan apa yang aku rasakan," ucap Yunna.
Kemudian, perlahan pintu di depan mereka terbuka. Kedua tangan Yunna sudah memegang lengan kokoh Daddy, dan Abi-nya. Mereka bertiga berjalan bersama, menapaki karpet merah yang mengarah pada altar. Pandangan Yunna terus tertuju ke depan, melihat sosok pria yang sebentar lagi akan resmi menjadi suaminya.
Di depan sana, di depan bapak pendeta, terlihat Addam menatap Yunna tanpa berkedip. Meskipun mereka sudah sering bertemu, bahkan tadi malam saja mereka melakukan hal panas seperti sepasang kekasih, yaitu bercinta. Tapi entah kenapa, tatapan Addam kali ini tetap terasa membuat panas pada tubuh Yunna.
Tamu - tamu yang hadir pun, semakin dibuat penasaran dengan wajah Yunna ada dibalik kerudung putih itu. Sedangkan seluruh suadara laki - laki Yunna, mereka juga menatap ke arah Yunna.
Kemudian langkah Yunna pun akhirnya berhenti. "Terima kasih telah membantu Yunna, Daddy, dan Uncle," ucap Addam.
"Jaga putriku baik - baik, son," ucap Dirga.
"Selalu pastikan dia bahagia, Addam," ucap Arsyad.
Addam mengangguk sekali, tidak lupa dengan bibirnya yang memberikan senyum. "Tentu saja, Daddy. Tentu saja Uncle," jawab Addam
Setelah itu, tangan Yunna menerima uluran tangan dari Addam. Keduanya masih saling bertatapan, sampai mereka kini berdiri di depan pendeta. Pendeta kemudian mulai berpidato, selama pendeta berpidato, Addam tidak juga melepaskan pandangannya dari kelinci kecilnya yang begitu mempesona.
"Apa kau gugup, kelinci kecil?" bisik Addam.
"Tidak," jawab Yunna tegas. Padahal dalam hati dia berteriak sangat gugup, meski dia tidak paham kenapa dia bisa menjadi sangat gugup seperti sekarang.
"Benarkah? Apa itu artinya hanya aku yang gugup?" tanya Addam.
Seorang Addam Prince Gabriel, yang selalu bisa mengusai situasi apapun. Kini mengaku gugup di depan Yunna? Hal apa yang membuat Addam mau merendahkan dirinya, sampai mengakui kondisi buruknya pada Yunna? Yunna pun tidak bisa menutupi rasa penasaran.
"Kau pasti bercanda," ucap Yunna tidak percaya.
"Aku serius kelinci kecil. Aku sangat gugup, sampai rasanya aku ingin mengunci diri di dalam kamar tadi," ucap Addam.
"Jangan bercanda, jika kau seperti itu pernikahan kita---"
"Ya. Itu yang berhasil membuat aku memilih keluar kamar. Pernikahan kita, dua kata yang mampu menarikku untuk berjalan dan menunggu kamu di depan altar, sampai bisa berdiri di samping kamu Yunna. Aku ingin menikahi wanita tercantik yang pernah ada di dunia, jadi entah itu rasa gugup atau apa pun, aku pasti akan melawannya."
Semburat merah muda yang menghiasi pipi Yunna, kini semakin terlihat begitu jelas. Yunna kemudian tersenyum malu - malu mendengar ucapan Addam yang begitu tegas. Wanita ini tidak menyangka Addam berhasil menghilangkan rasa gugup Yunna, hanya dengan ucapan manis itu.
Tepat setelah itu, suara pidato pendeta terdengar berhenti sejenak. Suasana pernikahan tampak hening, begitu hening sampai Yunna tidak bisa mendengar suara lain, selain suara pendeta yang mengucapkan ikrar pernikahan.
"Maukah Anda, Addam Prince Gabriel mengambil Yunna Berlian Orlando untuk menjadi istri Anda? Maukah Anda mencintainya, menghibur dan menjaganya, dan meninggalkan semua orang lain tetap setia padanya, selama Anda berdua akan hidup?"
Tiba - tiba rasa gugup yang sempat menguap, kini hinggap kembali pada tubuh Yunna. Berbisik mengatakan kalimat - kalimat menakutkan, yang pada intinya sama yaitu, 'seandainya Addam berkata tidak'. Yunna takut, jika Addam menolak pernikahan ini, dan kemudian berlari pergi.
Namun, tatapan hitam legam milik Addam, menyiratkan dengam tegas pada Yunna. Bahwa pria itu tidak akan pergi meninggalkan Yunna. Bahwa Pria itu akan tetap menjadi suaminya Yunna. Satu - satunya pria yang akan menemani Yunna hingga tua nanti.
"Iya. Saya mau," jawab Addam.
Rasa lega bisa Yunna rasakan begitu mendengar jawaban Addam. Yunna tersenyum di balik kerudungnya, dia senang karena Addam tetap pada tempatnya, berdiri di samping Yunna. Kini giliran Yunna yang harus fokus pada ucapan pendeta.
"Maukah Anda, Yunna Berlian Orlando mengambil Addam Prince Gabriel untuk menjadi suami Anda? Maukah Anda mencintainya, menghibur dan menjaganya, dan meninggalkan semua orang lain tetap setia padanya, selama Anda berdua akan hidup?"
"Ya. Saya mau," ucap Yunna.
Setelah itu, Addam kemudian membuka kerudung putih yang sejak tadi menutupi paras cantik Yunna. Pria itu menatap lembut ke arah wanita yang telah resmi menjadi istrinya, senyum hangatnya semakin membuat Yunna tidak berani menatap balas. Tapi sepertinya, ucapan Yunna justru terdengar berani.
"Kau tidak ingin menciumku?" tanya Yunna.
Inilah Yunna yang Addam kenal, Yunna yang pemberani dan tidak terlihat seperti kelinci kecil yang gemetaran. Kemudian tangan kanan Addam menyetuh leher bagian belakang Yunna, sedangkan tangna kirinya menarik pinggang ramping wanita itu.
Keduanya bisa merasakan bibir mereka perlahan menyatu, sentuhan bibir Addam yang begitu lembut pada Yunna, menarik Yunna dalam sesuatu yang lebih. Karena Addam hanya mengecup bibir Yunna. Kemudian, ketika Addam berniat melepas ciuman itu. Tangan Yunna justru menarik menarik leher Addam, sambil bibirnya melumat bibir pria itu.
Reina yang melihat itu memilih menatap hal lain. "Itu anakmu, Dad," ucap Reina yang malu dengan sikap agresif Yunna.
"Yahh, mungkin Yunna meniru kejadian di pernikahan kita?"
"Itu karena saat itu Daddy memasang vibrator di tubuhku," elak Reina yang tidak terima disamakan dengan keagresifan Yunna.
Dirga pun hanya bisa tersenyum sambil mencium puncuk kepala Reina. "Iya. Semua ini salahku, tapi tetap saja kesayangan Orlando adalah anak kita, sayang," ucap Dirga.
"Memangnya anak siapa lagi kalau bukan anak kita?"
Sedangkan di altar, Yunna masih melumat bibir Addam. Membuat pria itu perlahan mengikuti irama panas yang dibawa Yunna. Keduanya saling berbagi cairan saliva yang memenuhi mulut mereka, dan kemudian mengalir menuju kerongkongan kering mereka.
Tangan Addam yang besar itu, kemudian menarik Yunna dalam gendongan. Dan melepas ciuman mereka sejenak. Dan suara tepuk tangan langsung menyapa pendengaran mereka. Menyadarkan dua orang yang dimabuk asmara ini, bahwa mereka masih di tempat pernikahan.
"Tidak bisakah kita langsung ke kamar? Aku ingin segera bercinta denganmu," ucap Yunna frontal.
"Sayang," ingat Addam pada Yunna.
"Iya - iya," ucap Yunna.
Tapi meski begitu, Yunna justru menarik leher Addam, melumat bibir pria itu hingga seluruh tamu kembali bertepuk tangan.
***
Kesebelasan saudara laki - laki Yunna udah lengkap nih.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top