II. Wedding
Lonceng menara Troilus berdentang tiga kali. Menandakan bahwa acara pernikahan Putri Kerajaan Elbarash, Yuuri VannaFay Kelshayura dengan Pangeran Kerajaan Resbaroth, Aleron Varun akan segera terlaksana.
Ribuan tamu yang terdiri dari bangsa Heilig, Himmel, dan beberapa Misce memadati aula tempat pernikahan berlangsung.
Beberapa Heilig dan Himmel tampak gelisah, seperti menunggu sesuatu. Tampak duduk di kursi barisan depan, kedua saudara Aleron, Elias dan Evveret. Mereka berdua tak berhenti menyunggingkan senyum. Membayangkan Aleron yang berjalan menuju pelaminan.
Elias Varun
Evveret Varun
Di sebelah kanan mereka, tampak trio Pangeran Kerajaan Elbarash, Chaim, Kasch dan Nyel duduk tegang.
Chaim sekali lagi mengusap keningnya yang mengucurkan keringat deras. Dirinya gugup luar biasa. Membayangkan adik tercintanya menikah dan akan menjadi milik orang lain membuatnya mual. Untunglah Nyel mengerti perasaannya, ia memijat tengkuk kakak pertamanya perlahan. Membuat Chaim sedikit tenang.
"Lama sekali", ujar Kasch seraya mendengus.
Chaim menoleh, menatap adiknya sebal. Kasch tak paham penderitaannya yang sedari tadi berusaha menahan mual. "Kau masih bisa berkata begitu, Kasch?!" Bisiknya mendesis.
Kasch menoleh cepat, menantang mata Chaim yang menatapnya tajam. "Ada masalah?" Tanyanya datar. Rautnya tampak tak berdosa.
Nyel mencondongkan tubuhnya ke belakang, memberi ruang untuk kedua saudaranya saling melontarkan kata-kata tajam. Kedua matanya bergulir bosan. Mereka berdua selalu saja begini.
Suara lonceng berdentang tiga kali, menandakan pengantin pria dan wanita mulai memasuki altar. Mereka tampak serasi dengan balutan pakaian putih. Perlahan-lahan dengan sambutan tepuk tangan yang membahana, Yuuri dan Aleron berjalan menuju pelaminan. Tetua Agung sudah menunggu kedua mempelai di altar.
Ditempat lain...
Keith memutar matanya seraya menghela napas panjang. Arena Lutar yang semakin ramai membuatnya tak nyaman, ingin segera ia keluar dari sana. Arena sesak dipenuhi berbagai ras, seperti Heilig, Himmel bahkan manusia juga tampak.
Udara arena Lutar yang dipenuhi mana membuat beberapa manusia tak bisa tinggal lebih lama. Karena jika mereka terlalu lama menghirup mana yang pekat bisa jadi mengakibatkan hal yang fatal.
Sayangnya, tak tampak Misce kecuali dia dan seorang Froura disebelahnya. Yah, sebenarnya ada atau tidak. Ia tidak peduli sama sekali.
Lutar kali ini diadakan di perbatasan Kerajaan Elbarash dengan Kerajaan Elsabrah. Tepatnya didalam hutan Vala. Hutan Vala yang dipenuhi Anani, tumbuhan Pinus yang tingginya bisa mencapai sepuluh Lakitan menghalangi sinar matahari untuk masuk menerangi arena.
Hutan Vala juga dikenal dengan banyaknya Beruang Liar dan Macan kumbang yang memangsa siapa saja yang ditemuinya. Entah itu manusia, Misce, Himmel bahkan Heilig sekalipun.
"Kilian, kapan pertandingan ini akan dimulai?" Tanya Keith pada Froura yang berdiri disebelahnya.
Kilian menoleh kaget, sepertinya ia bosan menunggu. "Seharusnya sebentar lagi, Keith", jawabnya seraya mengelus kepala Elang hitam miliknya.
Keith menghembuskan napas berat. Lama sekali, pikirnya.
Kilian masih mengelus kepala Elangnya. "Kau tidak apa-apa?"
Keith menoleh, menatap Kilian tidak mengerti.
"Kau bertukar tempat dengan Luke seperti ini. Apa itu tidak masalah? Bukankah seharusnya kau yang mengawasi pernikahan Putri itu?"
Tanya Kilian seraya menatap kawan seperjuangannya.
Keith hanya menatap wajah Kilian dengan datar. Entah apa yang ada didalam hatinya. Bibirnya terkatup rapat. Diam seribu bahasa.
"Keith, kau tidak ingin melihat Putri cantik itu menikah?" Tanya Kilian asal menebak."Yah, siapa yang ingin melihatnya menikah seperti itu. Hari ini sepertinya akan menjadi hari Patah hati internasional..." Lanjut Kilian seraya menganggukkan kepalanya sok tahu.
"Lutar masih lebih baik daripada pesta pernikahan", kata Keith dingin.
"Hahaha, ya ya... Aku tahu kau yang membenci keramaian ini mana mungkin berada di acara itu", sahut Kilian tertawa berderai.
Beruntung Keith tidak pernah mengambil pusing kata-kata Kilian. Ia masih saja diam seraya otaknya kembali ke memori dimana Dewan Agung memberinya sebuah misi yang sama sekali tidak ia inginkan. Mengawasi pernikahan seorang Putri Kerajaan Elbarash.
Masih berkali-kali lipat lebih baik disini, daripada menyaksikan pernikahannya, pikir Keith.
Meski tempat ini tak jauh berbeda dengan pesta yang ramai, dan ia benci keramaian. Tapi tetap saja, ini masih jauh lebih baik dibandingkan harus mengikuti pesta pernikahan.
Di aula pernikahan
Seorang Misce menatap kedua mempelai yang hendak mengucapkan janji suci pernikahan itu dengan seksama. Ia sengaja menjauh dari kerumunan tamu yang terdiri dari Heilig dan Himmel. Bersandar sambil menatap awas disekelilingnya.
Ia tersenyum kecut kemudian mendengus kesal. "Keith sialan! Ini benar-benar menyiksaku. Melihat sang Putri bersanding dengan pria lain hanya membuat hatiku sakit. Dan... sepertinya sang Putri pun tidak menginginkan hal ini?" Gumamnya.
Tetua Agung menatap sepasang pengantin dihadapannya. Tangannya memberi isyarat pada mempelai pria untuk mendekat.
Aleron pun mengangguk takzim, seraya melangkah maju. Ia berdiri disisi kanan Tetua Agung, sedangkan Yuuri berada disisi kirinya.
"Aleron Varun, bersediakah engkau menjadi suami dari Yuuri VannaFay Kelshayura?" Tanya Tetua Agung seraya menatap pria tampan berambut hitam disisinya.
Aleron mengangguk."Ya, saya bersedia". Ujarnya mantap.
"Mendampinginya dalam suka dan duka?"
Ia kembali mengangguk."Ya"
Tetua Agung terlihat puas mendengar jawaban mantap dari Pangeran. Ia menoleh ke sebelah kirinya. Mendapati Yuuri menunduk. Ia tersenyum tipis.
"Yuuri VannaFay Kelshayura, bersediakah engkau menjadi istri dari Aleron Varun?"
Yuuri sedikit terkejut. Hatinya masih gamang, sejujurnya ia sama sekali tidak siap dengan semua ini. Usianya masih sangat muda untuk menikah. Tapi keadaan membuatnya berada ditempat ini.
Ia mendongak, menatap kedua iris Tetua Agung yang teduh. "Ya... Saya bersedia", sahutnya amat pelan namun masih bisa terdengar oleh Tetua.
Bibirnya memang mengucap janji. Tapi hatinya mengingkari. Sungguh berat baginya untuk menerima kenyataan ini.
"Mendampinginya baik suka dan duka?"
"Ya..." Suara Yuuri terdengar lirih. Membuat Aleron meliriknya. Menatap gadis cantik yang sebentar lagi akan menjadi istrinya.
Tetua Agung menyunggingkan senyum. "Baiklah, mulai saat ini kalian adalah sepasang suami istri yang sah".
Tepuk tangan pun berderai. Para tamu tampak bahagia, meski mereka tak tahu apa yang terjadi sebenarnya.
Langsung up tanpa ba-bi-bu lagi...
Kuy love, comment n share
Semoga kalian menyukai cerita ini
:) :) :)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top