Shinomiya Natsuki/Satsuki
'Harum,' pikir (Name) saat mulai mengusap mata.
Cahaya matahari mulai mengintip dari tirai kamarnya, membawa kehangatan dan membangunkannya dari tidur. 'Tunggu dulu....' (Name) seketika tersadar sepenuhnya saat mencium aroma harum tersebut.
'Aku masih disini ... jadi siapa yang memasak!?'
Tangannya meraba sisi lain dari tempat tidur dengan panik. 'Natsuki!?' (Name) langsung meloncat dari kasur nyamannya dan melempar selimut yang ia kenakan.
Tanpa aba-aba, (Name) berlari ke dapur dengan panik, dan itu sia-sia saja karena ia melihatnya-- Shinomiya Natsuki atau suami tercintanya asyik memasak sembari bersenandung riang.
Sadar akan kehadiran sang istri, Natsuki mengalihkan pandangannya ke arah wanita yang berada di ambang pintu sambil tersenyum hangat.
"Ohayou (Name)-chan, apa tidur mu nyenyak?"
What if Your Husband is :
Shinomiya Natsuki/ Satsuki
(c) Broccoli
Warn : OOC & Typo
Respon (Name) hanyalah anggukan ragu, Natsuki mengerjapkan matanya sembari memiringkan kepala, heran karena tingkah aneh sang istri.
"(Name)-chan, kemarilah aku memasak pancake untuk mu."
Deg!
Satu kalimat pusaka keluar dari mulut dari Natsuki, walaupun aroma harum pancake sangat menggoda, tapi (Name) masih belum mempercayai Natsuki untuk urusan masak-memasak. Terutama lagi ia sudah trauma mencicipi masakannya.
Namun perempuan tersebut tetap menarik kursi di meja makan dan mendudukinya. Sepiring pancake tersaji di hadapannya, siraman sirup diatas pancake yang menambah kelezatannya yang membuat air liur menetes.
'Apa aku sedang bermimpi sekarang?'
Natsuki menarik kursi di samping (Name), menatap bingung istrinya yang melototi masakannya. Sebuah ide melintas di kepalanya, ia mendekatkan wajahnya. "Chu~" sebuah kecupan mendarat di pipi kanan sang istri.
Spontan, (Name) menoleh kearahnya dengan wajah merona, Natsuki terkekeh pelan, lalu merengkuh wanita di sampingnya. Ia tidak memberikan pelukan erat seperti yang dia sering berikan, melainkan pelukan hangat yang dipenuhi kasih sayang.
Melepaskan pelukannya, Natsuki memotong pancakenya dan menyuapi sang istri perlahan. Saat kue tersebut masuk ke mulutnya, (Name) bisa menangis bahagia. Akhirnya, ia merasakan sesuatu yang manusiawi dari Natsuki.
"Bagaimana (Name)-chan?"
(Name) menghapus air mata imajinatifnya, sedikit mendramatisir suasana. Sembari mengganguk pelan (Name) menatap Natsuki. "Ini sangat lezat Natsuki, aku tidak tahu kau bisa memasak selezat ini."
Natsuki berdehem pelan mendengarkan jawaban istrinya. Senyum hangat tak pudar dari wajahnya. Tangannya mengusap pipi sang istri yang lembut. "Syukurlah, kurasa mengikuti nasihat Ai-senpai untuk tidak memasukkan saus dan cumi-cumi kering adalah hal yang tepat."
(Name) hampir saja menyemburkan air yang sedang ia minum. Diam-diam ia bersyukur atas nasihat yang senior suaminya berikan.
'Arigatou Ai-san, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku jika kau tidak menasihati Natsuki. Sepertinya aku berhutang budi padamu,' batin sang wanita bernetra (e/c).
"Ne~ ne~ (Name)-chan, bagaimana jika setelah ini kita jalan-jalan?" ucap Natsuki. (Name) mengernyitkan dahinya, heran dengan ucapan Natsuki yang terkesan dadakan.
"Kenapa tiba-tiba? Bukankah kau ada pekerjaan hari ini?" Balasnya.
"Kebetulan jadwal sedang kosong hari ini. Lagipula (Name)-chan, kau terlihat bosan terus berada di rumah. Jadi ayo kita jalan jalan sebentar!"
Senyum tipis terukir di wajah (Name). Ia langsung bangkit dari duduk sembari berterima kasih atas makanan yang dihidangkan. "Baiklah kalau begitu, kita harus bersiap-siap terlebih dahulu. Natsuki, ayo mandi," ucap (Name) sambil menuju ke kamar mandi.
"Eh? Apa kau mengajak ku mandi bersama (Name)-chan?" kalimat tersebut meluncur begitu saja dari mulut polos Natsuki. Satu kalimat yang membuat (Name) membeku dan merona hebat. Sontak saja, ia langsung melesat sambil menjerit.
"TIDAK! AKU TIDAK MENGAJAKMU MANDI BERSAMA NATSUKI!!"
"Eh...."
____
____
Sinar matahari yang terik, hiruk pikuk keramaian kota yang tidak pernah mati tak menghalangi niat semua orang dengan kesibukannya. Termasuk Natsuki, yang memutuskan untuk mengajak sang istri jalan-jalan ke kota.
Jari jemari saling bertautan, menyalurkan perasaan kedua insan. Tawa dan canda mewarnai perjalan mereka. Namun, candaan itu terhenti saat isakan kecil memasuki indra pendengaran mereka.
Tepat di samping mereka. Seorang anak perempuan mungil, dengan gaun putih, wajah bulat, dan rambut pirang sedang mengusap mata sembari sesenggukan.
(Name) berjongkok supaya bisa menyesuaikan tinggi. Tangannya meraih pucuk kepala mungilnya, mengusapnya pelan. "Halo... apa kau tersesat?"
Anak itu hanya mengganguk. "Apa aku boleh tahu siapa nama mu?" tanya (Name) lagi. Ia mengangkat kepalanya, air matanya masih menggenang di sudut matanya. Ibu jari wanita berambut (e/c) tergerak untuk mengusap pelan airmatanya.
"Ka... Kaori ...."
Kaori mulai memberanikan dirinya untuk berbicara. "I-ibu mengajakku berbelanja ... la-lalu ibu tiba-tiba menghilang...." Kaori kembali menundukkan kepalanya.
Natsuki meraih Kaori dan membiarkan sang anak berambut pirang menduduki bahunya. "Yosh! Mari kita cari ibumu Kaori-chan." Natsuki memamerkan senyuman khasnya.
(Name) hanya menggeleng melihat tingkah suamimu, dan itulah salah satu hal yang membuatnya tertarik pada Natsuki. Sifat periangnya yang mewarnai kehidupan.
"(Name)-chan, apa kau akan tetap disana? Ayo!" Seruan Natsuki membuyarkan lamunan wanita muda tersebut.
_____
_____
Lelah telah menguasainya. (Name) terus mengutuk kaki panjang milik Natsuki. Sementara itu, Natsuki sibuk dengan mengulangi kalimat 'Kaori-chan, anak yang sangat baik dan imut' dan mendapatkan tawa kecil sebagai balasannya.
Perasaan (Name) menghangat melihat mereka. 'Natsuki pasti akan menjadi seorang ayah yang baik,' batinnya.
Tanpa disadari, sebuah lengan besar menariknya, dan menyeretnya ke gang sempit di antara pertokoan. (Name) terus memberontak, tapi berakhir sia-sia. Sang pemilik lengan mendorong tubuhnya ke dinding. Napas dengan bau alkohol yang kuat membuat (Name) semakin muak.
"Nah... gadis cantik, aku harap kau akan diam sementara aku akan bersenang-senang denganmu." Mata (Name) melebar mendengar ucapannya.
Tendangan keras langsung ia lancarkan. Sang preman terduduk dan merintih. Tanpa membuang waktu lagi (Name) bangkit, memacu kedua kakinya untuk lari secepatnya. Menyadari korbannya akan kabur. Ia menarik kaki sang wanita, mengakibatkannya terjatuh dengan kasar.
"Maaf sayang... tapi kau tak bisa menolaknya."
_____
_____
Melambaikan tangan untuk yang terakhir kali. Natsuki mengucapkan selamat tinggalnya pada Kaori. Ia baru sadar bahwa istrinya sudah menghilang.
Panik mulai melanda perasaan Natsuki. Ia mulai berlari kembali ke tempat terakhir mereka berhenti. Tak henti ia meneriaki nama sang wanita tercinta. "(Name)-chan! (Name)-chan!"
Sementara itu, (Name) masih sibuk bergulat dengan preman. Dia terus menyeretnya dengan paksa dan (Name) terus menendangnya.
Mendengar namanya di panggil (Name) melihat dari eksistensi suaminya dari jalan masuk gang. "Natsuki! Aku disini! Lepaskan aku preman jelek!"
"(Name)-chan!" Natsuki mulai menampakkan batang hidungnya. Perasaan lega menyelimuti (Name), tapi itu tidak berlangsung lama. Seorang preman muncul lagi, kali ini ia memiliki tubuh yang lebih kekar dari yang menyeretnya.
Tubuh Natsuki sengaja ia tabrak dengan keras, hingga Natsuki menghantam tembok disampingnya dengan keras. (Name) tidak percaya atas apa yang terjadi. 'Uh oh....' batinnya.
Tawa keras keluar dari mulut preman yang menyeret (Name). "Lihat nona ... pahlawan kesianganmu sudah tidak bisa bangkit lagi," ledeknya.
"Oi sialan... lepaskan dia," suara berat dan agak kasar mengalihkan perhatian mereka, dan disusul robohnya preman yang berhadapan dengan Natsuki sebelumnya. (Name) menatap wajahnya, berdiri disana Natsuki tanpa kacamatanya.
Satsuki-- kepribadian lain suaminya. Kepribadian yang bersifat beringas dan kasar telah muncul. Dan itu bisa berkabar buruk bagi kedua preman.
Seringai mengejek merekah di wajah sang preman. "Hoh... jadi pahlawan kita sudah bangun dari tidur siangnya ya. Apa yang akan kau lakukan? Menendangku?"
Pukulan keras menghantam wajahnya, bahkan membuatnya menabrak tong sampah. Usapan (Name) berikan pada punggungnya yang menjadi korban utama dari acara seret-menyeret. Perlahan, ia bangkit dan menepuk pakaiannya. Satsuki masih terdiam ditempat.
-----
-----
Tangan besarnya menarik (Name) keluar dari gang sempit. Kembali ke jalanan kota yang ramai. Ia membawanya ke sebuah taman sepi, dan menyudutkannya di sebuah pohon tua.
Kedua lengannya mengekang seluruh pergerakan (Name). Wanita berambut (h/c) tak bisa bereaksi lebih banyak karna wajahnya yang begitu dekat. Deru napas hangat mulai mengelitiki leher.
"Dasar wanita merepotkan," bisiknya tepat di telinga. (Name) hanya menghela napas, "kau mencintai Natsuki dan malah membuat ku kerepotan. Dasar wanita," dengusnya.
Serigaian licik merekah diwajah (Name). "Oh~ aku paham! Ternyata Sat-chan juga mau aku cintai rupanya~ tenang saja, kalian berdua lah yang kucintai." Sebuah kecupan mendarat di pipi Satsuki.
Satsuki melepaskan kabe-donnya sembari menutupi wajah meronanya. Ia mengalihkan pandangannya, sementara (Name) sibuk menertawakannya.
Satsuki melirik sang wanita - lebih tepatnya ke bibirnya. Punggung tangan yang menutupi bagian bawah wajahnya diturunkan. Menampilkan seringai licik khasnya.
Tangan kanan ia selipkan ke pinggang (Name), sementara tangan kirinya memegang bagian belakang kepala sang wanita. Tawa (Name) terhenti seketika. "Satsu- Mphm!" Satsuki mendorong kepalanya dan mempertemukan bibir kalian.
Mata (Name) melebar karena tidakannya. Rona merah merekah di wajah, detak jantungnya semakin liar. Satsuki menjilati bibir wanita tersebut dan melepaskan ciumannya.
Tiupan hangat di telinga (Name) membuat wajahnya semakin merah padam. Satsuki berbisik,
"Terimakasih atas makanannya, kau benar-benar lezat, (Name). Kau tahu, kau itu juga milikku, karna kau menikahi kami. Natsuki harus juga belajar untuk berbagi,"
Saku celana yang dipakai ia rogoh. Menarik kacamata khas milik Natsuki, Satsuki mengenakannya dan mengembalikan Natsuki. Natsuki mengerjap, ia kebingungan kenapa dia bisa berada disini. Perhatiannya dialihkan ke istrinya- yang masih merona seperti tomat ranum.
"Wah! Kau tidak apa-apa (Name)-chan!? Tapi kau terlihat mengemaskan."
Mengganguk sebagai balasannya, Natsuki menggenggam tangan mungil istrinya. Menariknya perlahan, memimpin jalan untuknya. Ia menoleh kearah (Name).
"Kalau begitu, ayo kita sambung Date-nya. Aku sudah tidak sabar untuk menghabiskan waktu bersama mu (Name)-chan!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top