Hijirikawa Masato

'Tuan muda, nyonya muda baru saja pingsan!'

Satu pesan dari kepala pelayan rumah berhasil membuat Masato panik tak karuan. Ia yang tadinya akan menemui Nanami langsung membatalkan pertemuannya.

Segera, Masato menelepon sopir pribadinya untuk mengantarnya pulang ke kediamannya. Perasaannya mulai tak karuan. Telepon pintar yang berada di genggamannya ia remas pelan

"(Name)... kumohon jangan terjadi apa-apa padamu."

What if Your Husband is :
Hijirikawa Masato
(c) Broccoli
Warn : OOC and Typo

Seorang wanita berambut (h/c) tengah duduk manis di atas futon. Hampir seluruh permukaan wajahnya memerah akibat sakit. Kompres tertempel rapi di dahinya, guna menurunkan suhu tubuhnya yang cukup panas.

Gumaman pelan keluar dari mulutnya. (Name) lebih memilih menatapi cincin perak berbandul batu berwarna (f.colour) yang terpasang di jari manisnya, dibandingkan tidur di futon yang ia duduki.

Beberapa pelayan sudah menegurnya untuk beristirahat. Yang ia hanya bisa balas dengan gelengan kepala, lantaran ia sudah mulai kehabisan suaranya.

_____
_____

Seluruh pelayan membungkuk hormat saat melihat figurnya melintas di hadapan mereka. Figurnya terhenti di hadapan sebuah pintu geser, dan di depan pintu tersebut seorang wanita tua sedang bersimpuh.

Wanita yang mengenakan kimono hitam tersebut bersujud hormat saat melihat Masato. "Maafkan saya tuan muda, nyoya tidak mau mendengarkan perkataan saya untuk beristirahat. Silahkan hukum saya, setidaknya dengan itu mungkin anda akan bisa memaafkan keteledoran saya."

Masato menatap layu sang kepala pelayan yang tengah bersujud di hadapannya. Mana mungkin ia menghukum seorang wanita yang telah merawat dan melayaninya dari kecil. Terutama lagi, sosoknya sudah Masato anggap sebagai seorang ibu.

Masato meletakkan tangannya di bahu sang wanita. "Tidak apa-apa, setidaknya obaa-san sudah mau menasehati (Name)," ujarnya. Sang wanita yang telah berumur langsung bernapas lega. "Apa yang terjadi pada (Name)?"

"Ah... iya. Nyonya mendadak pingsan saat berjalan di taman, wajah nyonya sangat merah. Kami khawatir terjadi sesuatu padanya. Dokter bilang bahwa nyonya kelelahan."

Masato mengangguk pelan mendengarkan penjelasan sang pelayan. Tangannya meraih pintu di depannya. "Ta-tapi tuan muda ... nyonya tak mau istirahat dari dia sadar," sambung sang pelayan, takut membuncah di perasaannya.

Dari ekor matanya, Masato melirik sang wanita. "Soal itu...." pintu dihadapannya bergeser perlahan. "Jangan khawatir, (Name) selalu seperti itu saat sedang sakit."

_____
_____

Masato dihadapankan dengan sang istri yang masih meratapi cincin di tangannya. Kedua manik (Name) yang berkilauan, senyum kecil yang terukir di wajahnya. Kulitnya yang halus nan pucat, serta helaian (h/c) yang menjadi mahkota dikepalanya.

Degup jantung Masato menggila. Apa yang ia lakukan hingga dapat menikahi seorang malaikat seperti (Name). Tak ia sadari (Name) sudah menatapnya dengan heran.

"Masato! Kau pulang. Temani aku Masato!" Sambut (Name) dengan senyum girang di wajahnya. Tatami yang terletak di sampingnya ditepuk pelan.

Mengikuti permintaan sang istri, Masato bersimpuh di hadapan (Name). "(Name) bagaimana--" ucapannya terpotong gelak tawa sang wanita yang sedang sakit.

"Wahahaha Masato!"

"(Na--"

"Ahahahahaha Masato! Pe-perut ku!"

Masato menatap heran (Name). Ia mulai berpikiran, istrinya ini sakit atau mabuk? (Name) masih terkikik geli. Kepalanya memilih menatap langit-langit. "Sepertinya dia akan sangat ceria nanti." Ujar wanita tersebut dengan suara serak.

Raut bingung masih terpatri di wajah Masato. "Apa maksud--" ucapan Masato kembali dipotong sang istri. "Dan dia pasti tidak memiliki kekakuanmu Masa."

Masato menganga mendengar ucapan sang istri. (Name) yang menyadari ini kembali terbahak-bahak. Airmata yang menggenang di matanya ia seka. "Sepertinya Ren benar, kau benar-benar tak paham panggilan alam, Masato."

Entah mengapa, Masato merasa ia ingin melindas kawan masa kecilnya tersebut dengan traktor.

"(Name)..." panggil Masato dengan nada serius. Sang wanita menoleh, senyum geli tak luntur dari wajahnya. "Kau... benar-benar sakit atau kau hanya mabuk?" Pijatan ia berikan pada dahinya yang sakit- melihat tingkah laku istrinya.

Melihat hal ini, senyum di wajah (Name) semakin mengembang. Dahi mereka saling bertemu, hidung juga saling menempel. Wajah Masato perlahan merona akibat tindakan tiba-tiba (Name). Rona wajahnya semakin memerah, karena (Name) meniup wajahnya.

"(Na-Name)!" Kaget, Masato mendorong kedua bahu (Name) perlahan. "Wahahaha Masato! Kau harus lihat wajahmu! Kau percayakan kalau aku memang sakit?" Cengiran (Name) tampilkan pada Masato, kedua alisnya naik turun dengan jahil.

"(Name)..." ujarnya geram. Tawa (Name) perlahan mulai berhenti. Sang wanita bangkit dari duduknya, ia meraih tangan sang suami dan menariknya keluar.

_____
_____

Daun-daun menari mengikuti angin yang membelainya. Burung-burung terbang dengan bebasnya. Awan-awan putih menggumpal di langit. Kedua sejoli tersebut kini duduk di bawah pohon rindang di kediaman mereka.

Tangan (Name) menengadah, menunggu daun hijau jatuh di tangannya. Masato yang berada di sampingnya hanya menatap sang wanita dalam diam.

Kepalanya berpikir keras, istrinya jarang bersikap seperti ini. Dan juga, siapa yang (Name) maksud dengan 'dia'.

Pikiran Masato diinterupsi dengan (Name) yang menjatuhkan kepalanya secara tiba-tiba ke pangkuan Masato. Untuk kesekian kalinya, Masato kembali merona. '(Name) memang wanita yang tidak bisa ditebak,' pikir sang pemilik mole.

Telapak tangan (Name) mengusap pelan pipi sang suami. Masato membalasnya dengan membelai pelan rambut (h/c) milik (Name). "Masato," panggil (Name). Sang suami menatapnya dengan tatapan layu. "Kau tahu siapa yang kumaksud dengan 'dia'."

Menggeleng pelan, (Name) kembali tertawa pelan. "Baiklah-baiklah... bagaimana jika aku bilang kalau kau akan menjadi ayah dalam beberapa bulan lagi?"

Kedua bola mata Masato melebar mendengar ucapan sang istri. Ayah, dirinya akan menjadi seorang ayah. Masato hendak bertanya kembali pada (Name), namun ia mengurungkan niatnya. Masato mengusap pelan puncak kepala sang istri yang tertidur di pangkuannya.

"Masa... pangkuanmu ... lembut..." igau (Name) dalam tidurnya. Senyum tipis mengembang di wajah Masato, besertaan dengan rona merah yang kembali merekah.

"Aku... sayang ... Masato..." jari-jari Masato menyingkirkan anak rambut yang menutupi dahi (Name). Memberikan dahi (Name) sebuah kecupan singkat. Senyum perlahan timbul di wajah (Name).

"Aku juga menyayangimu (Name)."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top