Aijima Cecil

Matahari perlahan mulai mengintip dari ufuk. Seorang wanita berambut (h/c) masih tertidur pulas diatas kasurnya yang empuk. Sinar hangat sang mentari yang masuk dari tirai kamarnya pun tidak di perdulikan.

Sebuah tepukan pelan di pipi dan suara asing perlahan mulai membangunkannya. Tubuhnya menggeliat, mencari posisi nyaman. Tapi tepukan itu semakin kuat dan suara asing yang memanggilnya semakin keras.

"(Name)... (Name)...." panggil sang pemilik suara dengan nada lirih. (Name) membuka sedikit kelopak matanya, berniat mengintip siapa yang mencoba membangunkannya.

Hal pertama yang ia lihat adalah sesosok wanita yang sangat mirip seperti suaminya- Aijima Cecil. Tidak, wanita tersebut lebih terlihat seperti Cecil yang sedang memakai rambut palsu.

Ekspresi wanita tersebut seakan ingin meringis melihat keadaannya sendiri. (Name) baru menyadari posisinya dengan sang wanita asing tersebut. Wanita itu duduk dengan nyaman di atas perut (Name), sementara (Name) masih mencerna apa yang terjadi.

"Akhirnya kau bangun juga (Name)...."

What if Your Husband is :
Aijima Cecil
(c) Broccoli
Warn : OOC and Typo

"HUWA!!"

Kedua tangan (Name) langsung mendorong sang wanita, setelah mengetahui bagaimana posisi mereka. Mereka berdua terjatuh dari tempat tidur akibat dari dorongan (Name). Ringisan keluar bersamaan dari kedua wanita yang terjatuh tadi.

"K-kau itu siapa!? Bagaimana caramu masuk ke rumahku hah!? Bagaimana kau tahu namaku!?" Pertanyaan bertubi-tubi (Name) lontarkan pada wanita misterius tersebut.

"T-tenanglah (Name)," sahut wanita itu, sedikit kaget dengan banyaknya pertanyaan yang dilemparkan kepadanya. "Ini aku ... Cecil."

"Eh?"

Detik setelah kata tersebut keluar dari mulut (Name), sebuah bantal terlempar dengan indah. Menghantam wajah wanita yang mengaku sebagai Cecil.

"J-jangan bercanda! Cecil itu laki-laki tulen! Dan yang kunikahi adalah laki-laki tulen!"

Cecilia- sebut saja ia begitu, Kembali meringis. Rambut panjangnya ia acak-acak dengan frustasi. 'Ini bahkan lebih susah dari mencuri gula batu milik Camus-senpai.' Batinnya.

Sesuatu terlintas di kepalanya. Sesuatu yang brilian dan agak jahat. "Aijima (Name)... saat masih 6 tahun, kau pernah jatuh ke kubangan lumpur. Kau tidak berhenti menangis sampai ayahmu mengeluarkanmu dari sana. Lalu kau pernah dikira sebagai laki-laki saat rambutmu di--"

Tangan (Name) membekap mulut wanita itu. Wajahnya merona akibat malu. Ia percaya bahwa wanita itu memang Cecil- karna ia tak pernah memberitahu hal-hal seperti itu selain ke Cecil seorang.

"Ba-baiklah aku percaya padamu."

(Name) menatap sang wanita dari atas ke bawah. Rambut coklat yang menjuntai hingga ke pinggang. Mata hijaunya yang berkilauan, kulit eksotisnya, bentuk tubuh yang bagus dan wajah yang menawan.

Terlihat sempurna namun tak sempurna.

"Jadi..." (Name) mulai membuka suara. "Apa yang terjadi padamu Cecil?"

Cecil hanya menggeleng. Ia berucap dengan nada ragu. "Aku juga tidak tahu ... tadi malam aku hanya meminum teh botol yang Haruka berikan kepadaku. Lalu saat bangun tadi, dadaku terasa lebih berat dari biasanya. Yang aku tahu sekarang aku adalah wanita!!"

Wajah Cecil seakan ia mau menangis, (Name) yang menatapnya hanya ber-sweatdrop ria. Wanita berambut (h/c) tersebut bangkit dari duduknya, dan mulai membongkar lemari pakaiannya.

Gaun one piece putih berenda (Name) sodorkan ke Cecil. "Pa-pakailah... aku ingin mengajak mu sarapan di luar ... kau mau kan?" Kedua manik Cecil berbinar.

Gaun yang (Name) sodorkan langsung ia sambar, kaos yang melekat di tubuhnya hendak ia lepaskan. "CECIL! Jangan buka bajumu sampai aku keluar dari sini!" Pekik (Name).

"Maafkan aku (Name)!"

_____
_____

Cecil kini sedang duduk manis di depan lemari rias, mematapi dirinya sendiri. Sementara (Name) menyisir rambut Cecil perlahan. Sebuah straw hat berpita hijau kini bertengger di puncak kepala Cecil- menambah kesan manis pada diri Cecil.

Keduanya telah siap, Cecil menarik tangan (Name)- tak sabar untuk menghabiskan waktu bersama (Name). Selama di perjalanan, mereka berdua sukses menjadi perhatian banyak orang.

Sebuah pemandangan yang memberkahi mata para laki-laki yang lewat. Terutama bagi laki-laki jomblo.

Bel berdenting ketika pintu didorong. Dua wanita muda memasuki kafe bernuansa kental dengan kucing. Aroma roti dan mentega memasuki indra penciuman mereka.

Kedua wanita tersebut menduduki meja di pojok jendela- posisi ternyaman di tempat makan manapun. Seorang pelayan berambut salmon pink bertubuhehempendek mendatangi mereka. Berniat menanyai pesanan mereka.

"Welcome to Paradise Café~ silahkan pilih menu yang ingin anda pesan Oujo-sama tachi~" sambut sang pelayan, menyodorkan dua daftar menu pada mereka.

"Aku mau satu (f.pastry) dan satu (f.drink), bagaimana denganmu Cecil?" Ucap (Name).

Tanpa mereka sadari mata sang pelayan mungil tersebut agak berkedut, saat (Name) menyebutkan nama wanita di seberangnya. 'Pantas saja mereka terlihat familiar! Huwe!! Eiichi! Yamato! Siapapun! gantikan aku!' Rengeknya- dalam hati tentunya.

Disaat Cecil asyik menatap menu yang tersedia, (Name) menatap curiga pelayan berambut salmon pink di hadapannya. Dan sang pelayan terus berkeringat dingin akibat tatapan (Name).

"Apa kau itu--" ucapannya terpotong sahutan Cecil. "Aku mau Strawberry Shortcake Roll dan Teh hitam." Sang pelayan mengangguk-angguk dan menulis pesanan kedua wanita tersebut- lalu berlari secepat kilat menjauhi mereka berdua.

Helaan kasar (Name) keluarkan saat si pelayan mungil hilang di pintu dapur. Netra (e/c)nya beralih menatap Cecil- yang sedang bermain dengan kucing putih di pangkuannya. Senyum bahagia terpatri jelas di wajah Cecil.

Diam-diam (Name) merogoh saku bajunya. Smartphone yang ia bawa di hadapankan ke Cecil yang masih sibuk. Ibu jarinya menekan tombol putih.

Cekrek!

Cecil yang menyadari adanya suara kamera langsung menatap (Name), sementara yang ditatap hanya menggeleng.

Selang beberapa menit kemudian, seorang pelayan datang membawakan pesanan mereka. Kali ini sang pelayan memiliki tubuh yang lebih tinggi dari pelayan sebelumnya. "Enjoy your meals ladies~" ujarnya sekaligus memberikan wink kepada kedua pelanggannya.

"For you, beautiful lady (f.pastry) and (f.drink). And for you, cute lady Strawberry Shortcake Roll and a cup of tea," sambungnya dengan nada menggoda, sembari meletakkan pesanan mereka. Kedua wanita tersebut menatap sang pelayan berambut coklat dengan tatapan datar dan bingung.

"Hoi! Berhenti menggoda pelanggan dan kembali bekerja!" Amukan pelayan lain kini menggelegar, disusul dengan lemparan nampan tepat di belakang kepalanya.

(Name) dan Cecil tersentak melihat kejadian yang baru terjadi. Sang pelayan yang mejadi korban hanya meringis keras. Kepalanya yang baru saja dilempari diusap kasar sambil menatap sebal rekannya.

"Haah... kau ini. Tanpa melempar sesuatu juga bisa bukan?" Keluhnya, ia kembali menghadap (Name) dan Cecil. Memberikan mereka bungkukan hormat. "Kalau begitu saya permisi nona-nona~"

(Name) dan Cecil hanya berkedip bingung melihat pelayan barusan. 'Wajahnya familiar...' batin (Name). Ia memutuskan untuk mengabaikannya dan menghabiskan makanannya.

_____
_____

Seluruh makanan yang mereka pesan telah dicerna. Kini kedua wanita tersebut berada di depan kasir, menunggu sang tukang kasir. Keluar sesosok malaikat(?) dari ruangan staf. Senyum lembut tidak lepas dari wajahnya.

"Total pesanan anda 2.100 yen nona," ucapnya dengan nada lembut, senyuman di wajahnya seakan tak bisa luntur.

(Name) menyodori sang kasir uang pas. Tangannya mengoperasikan mesin kasir dengan lihai. "Terimakasih atas kunjungannya nona, silahkan berkunjung kembali ke Paradise Cafè," ujarnya masih dengan senyuman yang sama.

Bel kembali berdenting ketika pintu ditarik. Kedua wanita tersebut sudah sepenuhnya hilang dari pandangan mereka. Ketiga orang yang melayani kedua wanita tersebut, menghembuskan napas lega secara bersamaan.

"Haah... tidak ku sangka suasananya akan setegang itu." Kedua orang lainnya hanya mengganguk, menyetujui perkataan sang pelayan pucuk coklat.

Udara khas perkotaan kembali menerpa (Name) dan Cecil. Keduanya berjalan tanpa tujuan, seraya mengagumi pemandangan yang jarang mereka lihat. Netra hijau Cecil menangkap sebuah toko bunga yang terjepit di antara gedung-gedung tinggi.

Tanpa ragu, ia berjalan memasuki toko bunga tersebut--meninggalkan (Name) yang sedang membelikannya air dari vending machine. "Ce- are? Kemana dia pergi?" (Name) menatap sekitarnya. Tidak ada tanda Cecil dimanapun, dan itu membuatnya panik.

Tepukan di bahu mengagetkannya. (Name) menatap dua figur di depannya- dua murid SMA bertampang mesum tengah menatapnya balik.

"Ne, nee-san, kau tampak kesepian. Mau ikut dengan kami?"

"Sou da! Kita bisa bersenang-senang!"

Sebelum (Name) bisa menjawab, suara baru ikut menyahut. "Tidak! (Name) tidak akan ikut dengan kalian!" Cecil memeluk (Name) dari samping, mem-pout bibirnya.

"Uwah... kau ternyata manis juga! Bagaimana jika kau ikut kami dan nee-san!"

"Dan kenapa nee-san tidak boleh ikut dengan kami?"

"Karena...." Cecil menggantungkan ucapannya, tubuh (Name) diputar dan dihadapkan dengan Cecil. Tangan kirinya menggenggam pergelangan tangan kanan (Name), sementara dagu (Name) ditahan oleh tangan kanan Cecil.

Wajahnya mendekat. Mereka bisa saling merasakan deru hangat napas masing-masing. Dua netra saling beradu. Cecil mengecup pelan bibir (Name). (Name) menutup matanya karena malu. Ia perlahan mulai membuka mata.

Bukan lagi seorang wanita berambut coklat dihadapannya, melainkan seorang pria yang berstatus sebagai suaminya. Dalam balutan suit putih dan fedora putih berpita hijau. Tak ketinggalan buket bunga lily di genggamannya.

Cecil mengecup pipi (Name). Membawa (Name) dalam rengkuhannya. Dagunya menopang di puncak kepala (Name). Memberikan kedua murid SMA di hadapannya senyuman miring khas seniornya.

Silahkan kunjungi Camus untuk amukan massal jika anda berminat.

"Because she's the girl, and i'm the cursed prince. She's already freed me from the curse. That's already make her a princess, my princess. And the love of my life, and it's my job to keep her safe with me."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top