Prince Of Glass -5-
Selamat menikmati, selamat malam minggu. Kalian tahu, daerahku sedang hujan (:
____________________________________________________________________________
Ini sudah tiga hari sejak ia dirawat di rumah sakit. Ia sebenarnya sudah ingin pulang ke rumah, baginya lebih baik sakit di rumah dari pada di rumah sakit. Ia sudah bosan di sini, terlalu sering berada di sini sejak ia kecil.
Hari ini keluarganya belum datang menjenguknya, Ayah dan kakaknya sedang berada di luar kota untuk perjalanan dinas dan Ibunya bilang, ia masih sibuk dengan urusan rumah.
Suara pintu dibuka mengalihkan perhatian Sasuke dari bukunya. Ia melihat Naruto yang masuk ke dalam ruangannya dan tersenyum canggung.
"Maaf aku baru datang." Ucap Naruto seraya duduk di bangku samping ranjang Sasuke.
'Tidak apa-apa. Kau tidak sekolah?' tanya Sasuke. Ia menutup bukunya dan memberikan atensi penuh pada Naruto.
"Ahaha... Aku tidak sekolah. Jangan bilang Ayahku ya, aku malas bertemu dengan Kakashi-sensei seharian."
Sasuke memutar matanya malas. Ia tidak tahu kenapa Naruto malas dengan Kakashi-sensei. Padahal, menurutnya Kakashi-sensei itu guru yang menyenangkan terlepas dari kebiasaan terlambatnya masuk ke kelas.
'Kenapa kau begitu tidak suka dengan Kakashi-sensei? Menurutku dia itu guru yang menyenangkan. Kecuali kebiasaan terlambatnya.' Sasuke membuka pembicaraan.
"Entahlah, aku juga tidak tahu. Aku hanya malas dengan Kakashi-sensei... Bukannya tidak suka, Sasuke." Sangkal Naruto. Baginya, menghindari kelas Kakashi-sensei tidak berpengaruh terhadap pandangannya pada guru biologinya itu.
'Kau terlalu banyak alasan, Naruto.' Sasuke memutar matanya malas, kemudian mengalihkan pandangannya ke pintu kembali.
"Siapa yang kau tunggu?" Tanya Naruto yang ikut melihat pintu.
Sasuke menghembuskan napasnya. Ia lelah menunggu. 'Mama.'
"Memangnya Bibi Mikoto belum datang sama sekali?"
Sasuke menggeleng. Ia bosan, dan keberadaan Naruto tidak membantu sama sekali.
'Kau tahu, aku sangat bosan di sini.' Kata Sasuke. Dengan pelan, Naruto mencerna maksud Sasuke.
"Kau bisa keluar kalau kau bosan." Balas Naruto.
'Andai semudah itu....' Setelahnya Sasuke menghela napas.
"'Andai semudah itu?' Kau tidak pernah keluar berarti?" Tanya Naruto, ia sedikit heran dengan Sasuke.
Sasuke mengangguk.
"Sama sekali?" tegasnya sekali lagi. Ia ingin memastikan saja. Dan anggukan Sasuke menjelaskan semuanya. Ia benar-benar Pangeran Kaca Uchiha sepertinya.
***
Haruno Sakura, sejak kejadian dengan Sasuke itu ia menjadi was-was sendiri. Ia takut, ia tahu seperti apa kuasa Uchiha itu, bahkan ia sendiri di bawah label modelling milik Uchiha.
Rumor itu ternyata tidak sekadar rumor, Sasuke memang pangerang kaca Uchiha. Ia mendapat perlakuan berbeda oleh semua Uchiha, apakah ia akan terkena dampak itu karena secara tidak sadar ia melukai Sasuke?
Naruto juga tidakmembantu sama sekali, ia tidak mampu membuka apapun tentang Sasuke. Pria kuning itu bahkan tidak berangkat ke sekolah hari ini. Sasuke juga belum masuk sekolah, apa ia terluka separah itu?
"Kau kenapa, Sakura?" tanya Ino. Ia adalah teman Sakura di sekolah, seorang yang terkenal di dunia maya berkat kemampuannya dalam bersolek. Bukankah KHS hebat? Sekolah itu mempunyai semuanya.
"Aku hanya memikirkan Sasuke, Ino." jawaban Sakura membuatnya menyeringai.
"Apa yang kau pikirkan?" Sakura sadar, bahw Ino sedang tersenyum aneh padanya.
"Tidak ada." sangkalnya.
Sakura tidak percaya begitu saja. Ia sudah berteman dengan Ino sejak masuk KHS dan dia tahu semua tentang gadis itu.
Ino menghela napasnya keras. Ia sudha tidak bisa mengelak lagi. "Baiklah... Aku mengaku! Apa kau memikirkan Sasuke?"
Sakura terperanjat. Tidak habis pikir dengan pikiran Ino yang seenaknya saja berpikir yang macam-macam. "Apa maksudmu?!"
Lagi. Ino menghela napasnya. Ia tidak tahu, jika Sakura bisa sepanik itu.
"See. Apa aku benar? Aku hanya bertanya, bodoh. Jangan berlebihan!"
"Tapi pertanyaanmu berlebihan!"
"Itu hanya pikiranku! Jika kau tidak, ya bilang saja! Kenapa repot sekali!?"
"Aku tidak!" tukas Sakura. Model cantik itu seketika bangkit dari duduknya dan berlalu pergi.
Ino meminum kasar jusnya. Berdebat dengan Sakura adalah yang paling menguras emosi, entahlah ia juga tahu. Yang jelas Sakura itu tempramental.
Sakura memasuki kelasnya, 2-5. Kelas yang sebulan ini tidak pernah dimasukinya. Ia jarang mengikuti kegiatan belajar di kelas, ia lebih sering menyendiri di perpustakaan atau melakukan kegiatan di studio.
Jangan berpikir jika Sakura adalah pemalas yang beralasan jadwal padat. Ia adalah salah satu Top 10 di KHS dengan kepandaiannya karena sedikit orang yang tahu jika Sakura benar-benar pandai.
Sakura menghela napasnya, ia melirik bangku Sasuke yang berada tepat di samping bangkunya. Ia baru tahu jika itu bangku Sasuke ketika seorang siswa mengambil tas miliknya.
"Apa yang harus kulakukan?" lirihnya. Sakura meletakkan kepalanya dan memandang bangmu itu. Lagi.
***
Sasuke merasa kesal bukan main, ia ingin Ibunya yang datang hari ini ternyata malah kakaknya. Naruto juga sudah pulang sepuluh menit sebelum kakaknya datang.
"Sasuke, kau kenapa?" tanya Itachi dengan polos. Ia tidak tahu, jika Sasuke merasa kesal dengan keberadaannya.
'Mama, mana?' tanyanya dengan wajah yang tertekuk.
"Kaa-san pergi." jawabnya santai, ia masih tidak mengerti sepertinya.
'Pergi kemana?'
"Menemani Tou-san makan malam dengan kolega."
'Aku tidak tahu.' balasnya kemudian membaringkan diri dan membelakanginya.
Itachi, tersenyum tipis, baru menyadari jika Sasuke tidak nyaman padanya hari ini.
"Kau kenapa?" tanya Itachi lagi, ia menyentuh bahu Sasuke yang terbalut pakaian rumah sakit.
"Besok kau boleh pulang." Celetuk Itachi. Dan sepertinya berhasil. Ia melihat Sasuke yang bergerak tidak nyaman di balik selimutnya.
"Aku serius." Dan Sasuke kini benar-benar berbalik menghadapnya.
'Benarkah?' tanyanya ragu. Ia tidak yakin Itachi benar-benar serius.
"Iya." Jawab Itachi santai.
Sasuke bergerak-gerak menendang-nendang selimutnya untuk mengungkapkan rasa senangnya.
"Hati-hati, otouto, kau bisa melukai hidungmu lagi..."
Sasuke berhenti. Ia berusaha menetralkan tawanya sendiri.
***
'Kenapa Mama lama sekali?' tanya Sasuke. Wajah merajuk itu jelas sekali.
'Ini bahkan sudah lewat jam besuk. Dan Mama naru datang.' Protes Sasuke lagi.
Mikoto baru datang setelah lewat jam sembilan, dan selama itu juga Sasuke belum tidur.
"Maafkan, Mama, ya, Sasuke... Mama tadi menemani Papamu makan malam dengan koleganya." jelas Mikoto lembut. Menghadapi Sasuke yang merajuk adalah hal tersulit setelah menghadapi kekakuan Fugaku.
'Seharusnya Mama bilang padaku, dulu. Aku bosan. Naruto seharian di sini dan itu terlalu berisik. Nii-san juga sama saja.' Gerutu Sasuke seraya melirik Itachi yang duduk di sofa bersama Ayahnya menyimak obrolannya dengan Mikoto.
"Apa? Jadi kau tidak senang aku temani?" Itachi bersungut menanggapi ucapan Sasuke.
Sasuke mengangguk mantap.
"Baiklah aku tidak akan menemanimu lagi." Itachi bangkit berdiri, Fugaku menatap putra sulungnya dengan tatapan aneh.
Sasuke tidak peduli sama sekali dengan kepergian Itachi. Padahal dulu dia sangat menempel padanya hingga ia masuk sekolah, tetapi lihat sekarang, ia mengibarkan bendera permusuhan dengan kakaknya sendiri.
'Mama, kata Nii-san besok aku boleh pulang? Apa itu benar?' tanya Sasuke dengan wajah yang berseri.
"Entahlah, Mama tidak tahu. Apa itu benar, Anata?" tanya Mikoto mengalihkan wajahnya pada Fugaku.
"Hn." Kemudian pria paruh baya itu bangkit dan pergi dari sana menyusul Itachi, mungkin.
Sasuke menatap bingung ke arah Ibunya. 'Apa Papa tidak suka aku di rumah?' tanya Sasuke. Raut wajahnya terlihat sedih.
"Tentu saja tidak, Sasuke... Papa sangat senang kau pulang. Mungkin Papa sedang menegur Itachi, kadang kakakmu itu keterlaluan." Suara Mikoto melirih di akhir kalimatnya.
Sasuke hanya diam. Ia sedang berpikir apa yang sedang dipikirkan Ayahnya.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top