Prince Of Glass -15-
"Uchiha sudah berkuasa terlalu lama di dunia ini." Tiba-tiba orang di tengah ruangan yang temaram itu bicara.
Bukankah dalam dunia bisnis pun hal-hal seperti kudeta dan pengkhianatan itu terjadi? Bahkan negara Jepang sekalipun.
"Mereka terlalu menguasai semuanya. Industri makanan, elektronik, perhotelan, dan hiburan semua dikuasai Uchiha. Dan itu membuat perusahaan kecil seperti kami tidak bisa berkembang dengan baik." sambung salah satunya.
"Haruskah kita menghancurkannya?" tanya orang pertama tadi, tampaknya ia sangat percaya diri bisa menghancurkan Uchiha. Hal itu terlihat daru seringaiannya.
"Apa Anda bodoh? Uchiha sangat tangguh. Mereka juga memiliki koneksi bawah tanah yang kuat, Tuan." sanggah yang lain. Mereka tidak mau ambil resiko karena melawan Uchiha.
"Ada satu cara yang bisa membuat Uchiha bersujud di bawah kaki kita semua," ucapnya dengan tenang, tetapi penuh ancaman. Lalu semua yang ada di ruangan itu tertawa bersama dengan tawa penuh kemenangan.
***
"Bukankah film tadi menakjubkan? Aku tidak tahu akan seseram itu." Sakura adalah yang paling antusias diantara mereka.
"Kau benar Sakura-san? Aku juga tidak menduganya. Benarkan, Naruto-kun?" tanya Hinata pada Naruto.
Naruto hanya mengangguk, ia masih menggigil ketakutan. Ia tidak menyangka menonton film horor akan membuatnya hampir mati berdiri.
"Naru-Naruto bahkan hanya meme-memeluk Hi-Hinata-san. Bah-bahkan sejak memasuki gedung bioskop." sahut Sasuke mengejek. Ia adalah orang yang paling tidak peduli dengan hal-hal seperti itu. Satu-satunya film yang membuatnya menangis adalah Miracle in Cell No. 7 sebuah film keluarga dari Korea Selatan.
Wajah Naruto memerah, antara malu dan menahan kesal pada Sasuke.
"Sekarang bagaimana dengan makan siang, Sasuke-san? Kau lapar juga pastinya, 'kan?" tawar Sakura. Mereka melewatkan makan siang karena menonton film tadi.
Sasuke kemudian mengangguk setuju. Lalu mereka semua berjalan ke arah restoran.
"Ka-kalian ingin ma-makan a-apa?" tanya Sasuke.
Pada akhirnya Sasuke yang memilih, karena sebuah kalimat, "Samakan saja denganmu, Sasuke." huft.
Ia melirik Naruto, pria kuning itu masih asik bermesraan dengan Hinata. Sedangkan Sakura bermain ponselnya dan Sasuke, ia hanya memandang bosan Naruto yang sedang bermanja dengan Hinata.
Makanan sudah tiba, hanya dua buah loyang pizza ukuran large dan soda. Teman-teman Sasuke melihatnya dengan tatapan yang... Heran. Mereka pikir ia akan memesan sesuatu yang banyak dan sehat? Tidak. Ia tidak suka seperti itu, apalagi harus memesankan tiga temannya yang lain. Jadi dengan mudah dan tanpa repot-repot, ia memesan pizza ukuran besar itu.
"Selamat makan." ucapnya lirih, tanpa peduli dengan Naruto yang menganga heran dibuatnya.
"Kau tidak pesan ramen?" rengeknya. Pandangannya masih protes ke arah Sasuke.
"T-tidak." jawabnya ketus.
"Kenapa?"
"Aku ti-tidak suka r-ramen."
"Kupikir kau akan memesan makanan tertentu, Sasuke-san." sambung Sakura. Ia meraih potongan pizza miliknya.
"Sa-salah k-kalian sendiri y-yang menyuruhku memesankan." Bantah Sasuke. Ia tidak suka disalahkan. Dan pandangan Naruto jelas menyalahkannya karena tidak ada ramen.
Sasuke masih makan dengan tenang, sambil sesekali melihat sekeliling. Naruto sudah tidak merajuk, buktinya, ia sekarang makan pizza bahkan sudah hampir habis potongan ke empat.
***
Jam tiga sore. Akhirnya mereka berpisah di depan mall. Sasuke sudah dijemput di sana. Demikian juga Sakura yang sudah ditunggu manajernya. Sedang Naruto dan Hinata, katanya ia akan melakukan kencan romantis di subway.
Sasuke melihat ke dalam ponselnya. Tadi, ia sempat mengambil beberapa foto dirinya dan teman-temannya saat di depan gedung bioskop. Untuk apa? Tidak ada. Hanya untuk kenang-kenangan.
Sasuke sampai pada foto saat ia dan Sakura berfoto berdua. Naruto bilang, "Kalian sangat serasi, bagaimana jika kalian berkencan saja sepertiku dan Hinata?" Tidak, Sasuke menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Ia tidak boleh berpikir begitu. Bagaimanapun Sakura itu cantik dan image kesempurnaan kecantikan remaja di Jepang. Dan Sasuke tidak sepercaya diri itu untuk mengencani Sakura.
"Tuan Muda, Anda baik-baik saja?" tanya Pak Supir. Ia takut terjadi apa-apa dengan Tuan Mudanya.
Sasuke mengangguk sebentar. Lalu mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Kembali memikirkan omongan Naruto tadi.
Lagipula, aku tidak menyukai Sakura-san. Sanggahnya dalam hati.
Tapi Sakura-san cantik.
Kau juga tampan Sasuke.
Jika Sakura-san berkencan denganku dia pasti menderita.
Kenapa? Kau juga kaya raya.
Aku tidak sebebas laki-laki yang lain. Bagaimana jika Sakura-san ingin berkencan?
Benar juga, bagaimana jika Sakura rindu Sasuke dan ingin bertemu dengannya?
Sasuke melamunkan banyak hal hingga mobil yang membawanya masuk ke pekarangan rumah Uchiha. Apa dia mulai menyukai Sakura? Itu adalah pemikiran terakhir sebelum semuanya buyar karena suara pintu mobil di sisinya terbuka--dibuka dan Sasuke keluar dari dalam sana.
"Tuan Muda, kita sudah sampai." katanya.
Sasuke berdeham sejenak, lalu keluar dan memberi kode kepada supirnya untuk membawa barang-barangnya.
Sampai di dalam rumah, sepi. Ia tidak menemukan siapapun, hanya asisten rumah tangga dan pelayan yang lalu lalang membersihkan rumah.
'Semuanya ke mana?' tanya Sasuke pada salah satu pelayan yang dicegatnya.
"Nyonya pergi dengan teman-temannya. Sedangkan Tuan Besar dan Tuan Muda Itachi masih di kantor, Tuan Muda." jawab pelayan itu. Sasuke mengerti, kemudian mempersilahkan pelayan wanita itu untuk pergi.
***
Semuanya belum kembali, bahkan ketika waktu makan malam akan berakhir. Sasuke tentu saja belum makan. Ia menunggu orang tuanya--setidaknya kakaknya-- untuk menemaninya makan malam.
Perasaan marah dan kesal mulai melingkupi Sasuke. Bagaimanapun ia hanya anak remaja tanggung yang masih kekanakan. Tidak bisa ditinggal lama dan harus selalu ditemani.
"Sasuke?" Itu suara Itachi. Ia selalu masuk seenaknya tanpa mengetuk pintu, untung saja Sasuke tidak dalam posisi aneh. Hmm.
Sasuke menoleh malas. Mood makannya tingga sebiji. Sedikit lagi hilang. "A-apa?" sahutnya ketus.
"Sudah makan malam?" tanya Itachi lagi. Level cerewetnya sudah hampir menyamai Uchiha Mikoto.
Sasuke memalingkan wajah. Belum. Sasuke belum makan.
"Ayo makan." bujuk Itachi, tapi tentu saja bukan Sasuke kalau ia menurut begitu saja. Wajahnya ditekuk sedemikian rupa. Mencoba menjelaskan pada Itachi jika pemuda itu benar-benar marah padanya.
"Ayo, jangan malu-malu. Aku tahu kau lapar." Itachi masuk ke kamar Sasuke begitu saja dan menarik kencang lengan adik bungsunya yang membuat Sasuke mengernyit menahan sakit.
Itachi sialan.
***
Selamat siang, sorry pendek. Ini nyolong waktu ppl. Doakan lancar gais sampai sebulan kedepan 🙏🙏.
Oh iya sambil kita beramal yuk. Ini tetanggaku doi kena kanker mata dan butuh uang banyak buat operasi, mungkin kalian bisa ikut bantu. Kalian bisa donasi dengan klik link 👉👉 http://www.Kitabisa.com/tolongneymar
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top