Prince Of Glass -13-

Sasuke menatap datar monitor laptopnya. Tadinya, ia berniat mencari destinasi wisata recomended yang bisa dikunjungi akhir tahun. Jadi selepas makan malam, ia segera meninggalkan keluarganya yang masih berbincang dengan Izumi dan Itachi di ruang keluarga.

Tetapi setelah ia berselancar di internet, ia malah terjebak seperti sekarang ini. Ia tidak pernah liburan, sama sekali. Ia hanya bepergian jauh kecuali itu jika ada acara di rumah kerabat Uchiha atau ke rumah sakit.

Ia menggeram ketika ia membaca balasan pesan Naruto dan Sakura yang semakin membuatnya bingung.

From: Naruto

'Kita hiking saja, bagaimana? Kau tahu, mencari udara segar di gunung di tengah musim dingin itu menyenangkan.'

Menyenangkan dari mana? Itu mencoba bunuh diri. Batin Sasuke. Sasuke adalah anak yang tidak bisa lelah.

Lalu ia beralih membaca pesan dari Sakura.

From: Sakura

'Bagaimana dengan berlibur ke luar negeri? Kurasa Thailand atau Indonesia bagus.'

Sama saja, baik Sakura atau Naruto. Seharusnya mereka tahu, jika dirinya tidak pernah memiliki pengalaman seperti itu sebelumnya. Lagipula, bagaimana ia bisa minta izin pada Ayahnya mengingat sebulan yang lalu ia baru keluar dari rumah sakit dan ia kembali sakit tiga hari yang lalu karena mogok makan.

Sasuke mengabaikan ponselya dan membiarkan laptopnya menyala begitu saja dan keluar kamar. Mungkin Ibunya bisa membantunya.

Sasuke turun dari kamarnya dan menuju ruang keluarga. Setahunya tadi masih ramai, kenapa jadi sesepi ini? Ia hanya melihat Ibunya di sana yang sedang menonton drama India, entah bagaimana Mikoto memiliki hobi menonton drama India yang penuh air mata, Sasuke tidak tahu.

"Ma-mama," panggilnya, ia duduk menyender di bahu Mikoto.

Hanya gumaman yang Sasuke dapatkan dari panggilannya. Ia kalah dengan klimaks drama yang Ibunya tonton.

"Ma-mama." panggilnya sekali lagi mencoba menarik perhatian Mikoto.

"Ada apa, Sasuke?" Jawab Mikoto pada akhirnya. Ia mengalihkan pandangannya dari televisi di depannya.

"Menurut Ma-mama, bagaimana jika aku pergi berlibur?" tanya Sasuke, sekarang ia tiduran di sofa dengan bantal paha Mikoto.

"Kau ingin liburan?" Jawab Mikoto bertanya.

Sasuke mengangguk.

"Dengan siapa?" Sungguh itu bukan suara Mikoto, ia bangkit duduk begitu saja ketika melihat Fugaku yang berjalan ke arah mereka.

"Pa-papa."

"Papa bertanya padamu, Sasuke." tegasnya sekali lagi karena Sasuke tidak menjawabnya karena sibuk memilin ujung bajunya.

'Dengan Naruto dan Sakura.' jawabnya takut. Ia tahu bagaimana Papanya.

"Kemana?" Tanya Fugaku lagi. Ia sekarang duduk di sebelah Mikoto yang sudah menangis karena tokoh utama drama India yang ia tonton meninggal.

Sasuke menjawab dengan gelengan. Cukup ambigu, antara ia tidak tahu atau ia enggan memberi tahu Fugaku. Dan Fugaku, ia mengartikan itu pada jawaban keuda.

"Sasuke kau ingin liburan kemana?" tanya Fugaku lagi dengan lebih lembut. Ia tidak mungkin membentak Sasuke yang sangat sensitif perasaannya atau Sasuke akan kembali marah padanya.

"A-aku ti-dak tahu, Pa." jawabnya kemudian. Ah Sasuke tidak bisa menang dari Ayahnya.

"Ha?" Mikoto menyahut debgan wajah terkejut.

"Bagaimana kau ingin liburan sedangkan kau tidak tahu mau kemana?"

"A-ku kan tidak pe-pernah liburan. Ja-jadi wajar, wajar s-saja kan." bantah Sasuke.

Sepertinya Sasuke terlalu banyak bergaul dengan Naruto dan Sakura. Dia pandai sekali bicara sekarang. -Uchiha 2k18

"Ya, kau benar," jawab Fugaku.

'Tapi mereka ingin hiking atau pergi ke luar negeri.'

"Apa?! Ke luar negeri? Hiking? Tidak boleh." Fugaku menolak mentah-mentah. Bagaimana jika nanti Sasuke terluka? Ia tidak bisa membayangkan itu.

Ah seharusnya Sasuke tahu itu, ia tidak boleh dan tidak akan boleh pergi keluar rumah. Sekalipun. Wajahnya jelas sekali kecewa, ia memeluk ibunya sebentar lalu bangkit dan menundukkan kepalanya pada Fugaku sebelum kembali ke kamarnya.

"Seharusnya, kau tidak sekasar itu pada Sasuke. Dia anak yang lembut." ujar Mikoto sebelum beranjak meninggalkan ruang keluarga.

***

Sasuke berbaring di kamarnya dengan selimut yang membungkus seluruh tubuh. Pintu sudah ia kunci dan lampu kamarnya sengaja dimatikan, ah ia tidak ingin diganggu siapapun.

Perkiraan Ayahnya sudah berubah ternyata salah, ayahnya masihlah orang yang keras kepala dan sulit dibantah dan Sasuke telah meremehkan itu.

Ia terisak pelan, liburan pertamanya bersama teman-temannya terancam batal karena kesalahannya sendiri.

Sempat terpikir jika ia mungkin bisa meminta tolong pada kakaknya, Itachi, tapi bukankah itu akan semakin rumit? Kakaknya sama saja dengan Ayahnya, dan jika Itachi luluh dengan alasannya maka Ayahnya akan mudah luluh seperti es krim yang mencair.

Sasuke terlalu sibuk dengan pikiran dan pengandaiannya sendiri sampai ia tidak menyadari, pintu kamarnya dibuka.

"Sasuke...." panggilnya lembut.

Sasuke tidak menyadari seseorang masuk ke kamarnya. Ia masih sibuk melamun di balik selimutnya.

"Sasuke..." panggilnya lagi.

Tapi Sasuke masih tidak menjawabnya.

"Sasuke..." Mikoto duduk di sisi Sasuke, ia menepuk pelan gundukan selimut itu dan menyibaknya.

Ia melihat Sasuke kacau, seperti biasanya jika ia selesai menangis.

"Jangan pikirkan perkataan, Papa." hibur Mikoto, Sasuke masih terisak pelan menyeka hidungnya yang kini memerah.

***

Selamat tahun baru gengsssssssssss ini update pertama 2019. Terima kasih masih mau bareng Philo yang labil.

Btw terima kasih juga buat semua kritik dan saran yang masuk. Chap yang udah terlanjur emang gak (karena males) akan diperbaiki. Tapi aku usahain buat membuat yang lebih baik di sepanjang chapter yang tersisa. :*

Seeya~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top