E P I L O G - Set The Future
Aloha. Ini episode terakhir dari Princafé.
Enjoy with happy feelings ya♡
Terima kasih banyak atas dukungan dan komentar kalian. Pleasure to read the other stories of mine.
Happy reading ♡
Satu tahun kemudian ...
"Tolong berikan penilaiannya senpai!"
"Arigatou gozaimasu (terima kasih banyak),"
Suara kasak kusuk yang ribut akan transaksi jual beli berada di Saotome University. Kini diriku telah menginjak semester tiga jurusan Food and Pastry. Kini usaha kami sedang diuji coba kepada seisi kampus dan luar kampus.
Aku masih menjalani hidupku seperti biasa, sebagai anak kuliahan. Membuat resep yang orisinal, kemudian bekerja sampingan di toko roti. Mengenai tempat tinggalku, sebenarnya semenjak setengah tahun yang lalu aku tidak lagi tinggal di Princafé.
Setengah tahun yang lalu ..
"T-tadaima,"aku menghapus air mata haru kepada mereka. Aku sangat bahagia menemui mereka sekali lagi.
"Eit, tunggu [Reader]-chan. Jangan bilang kau memang tinggal bersama tujuh cowok ini,"Kotobuki menunjukku dengan mulut ternganga.
"Jadi kau baru sadar? Sudah jelas tahu dari awal,"Mikaze melipat tangannya membuang muka.
"Tidak boleh! Ini bisa membahayakan reputasimu di kampus,"Kotobuki menggeleng cepat.
Kurosaki memicing ke arahku kemudian mendesah. "Aku masih ada urusan. Ambil jalan mudahnya saja. Bagaimana kalau [Reader]-san tinggal di asrama Saotome University?"
"Ide bagus. Jangan ditolak ya. Aku akan menjemputmu besok. Jaa ne,"panik karena Kurosaki dan Mikaze telah masuk mobil lebih dulu, Kotobuki pun menyusul.
Akhirnya aku menghuni di asrama Saotome University. Hunian ini memang lebih nyaman karena aku tidak perlu menuju stasiun kereta api setiap harinya. Tapi aku merasa sepi jika tidak menemui mereka.
Tidak lagi ada aroma kopi yang menguar dari luar kamarku. Tidak ada lagi tumpukan surat fans mereka yang memenuhi meja belajarku. Dan itu membuatku menjadi merasakan sebagian yang kurang dari hidupku.
"[Reader]-chan? Oi?"Nana menepuk bahuku. Aku terkejut karena terlanjur melamunkan mereka. Adonan yang tadi kuaduk jadi sedikit tumpah karena terguncang ke kiri.
"Apa kau baik-baik saja?"
Aku mengangguk. "Tentu,"
Nana bekerja di toko roti yang sama denganku. Hari ini adalah grand opening dan ternyata banyak sekali pelanggan yang datang. Pemilik bakeri yang merupakan alumni Saotome University hanya ingin merekrut dua tenaga kerja karena keterbatasan biaya sehingga kami kelabakan dalam mengurus jumlah roti yang sepertinya tidak cukup.
Sesaat kepalaku terasa nyeri. Kemarin aku terus berlatih mengolah bahan sebisaku sampai pukul tiga subuh. Aku telah mengundang Princafé dan senpai untuk datang ke acara magang kerjaku, tetapi belum ada batang hidung mereka yang terlihat.
"Aku yang bantu adukin saja ya. [Reader]-chan ambilin tepung dua bungkus saja di ruang stok,"Nana mengambil mangkuk dariku.
Dengan berat hati aku pun mengatakan, "Maaf, Nana-chan. Sepertinya aku merepotkanmu,"
Nana menggeleng cepat. "Sahabat itu harus saling menolong satu sama lain,"
Aku pun menuju ruang stok. Ternyata tepung terigu yang diperlukan terletak di atas lemari penyimpanan. Mana tubuhku tidak sampai untuk menggapainya lagi (anggap saja dirimu hanya 160an cm dan jika kurang, tidak masalah).
Kutoleh ke kanan dan ke kiri. Terdapat sebuah kursi yang bisa kugunakan tetapi sudah cukup usang. Tapi mungkin masih bisa digunakan.
"[Reader]-chan!!"suara yang familiar itu mengejutkanku di tengah aku berjinjit untuk mengambil tepung.
"[Reader], ada masalah?"Nana bertanya dari ruang utama. Kebetulan dapur bakeri ini memang diletakkan di depan dan bisa terlihat dari luar.
"...e-eto, aku sedang berusaha untuk mengambilnya tetapi .. u-uwaa!"keseimbanganku pun goyah dan tubuhku berguncang.
Sebelum aku mengonfirmasi diriku kalau aku memang terjatuh, tubuhku tidak merasa sakit. Ternyata ada yang menahan tubuhku.
"Sepertinya [Reader]-san sangat berusaha semenjak berpisah dari kami. Ohisashiburi (lama tidak berjumpa),"Ichinose yang ternyata menolongku, mengulurkan tangan ketika aku terjatuh masih dalam posisi terduduk.
"Um.. arigatou,"sebenarnya aku lebih senang mereka datang lebih awal. Setidaknya penampilanku barusan jauh lebih rapi daripada sekarang.
Ichinose melihat ke lemari penyimpanan. "Apa yang ingin diambil? Biar aku yang ambil saja,"
"Aku mau ambil tepung terigu dua kilogram di atas lemari,"tunjukku menuju atas lemari.
Akhirnya ia pun membawa tepung itu. Detik berikutnya dirinya berjalan mendahuluiku kemudian berbalik badan. "Sebenarnya melihatmu seperti ini sudah membuatku senang, tetapi aku malah ingin melihatmu berada di kafeku seperti dulu,"
Aku menutup sebagian wajahku dengan punggung tanganku. Aku yakin wajahku memang telah memanas dan akibatnya memerah. Mendengar ajakannya lagi membuat batinku terasa hangat. Entah mengapa.
"Aku..."
"Aku beli semua rotinya ya! Beres kan jadinya?"suara yang bersemangat itu terdengar dari luar sehingga aku dan Ichinose refleks ke ruangan utama. Syo pun hadir, dengan penampilan kasual tapi stylish itu.
"Ehh? Semuanya? Bukankah anda adalah Syo Kurusu?"Nana terkejut begitu menemukan laki-laki yang memiliki manik turquoise berada di hadapannya.
Syo pun tersenyum saat mengeluarkan uang untuk dibayar. "Tentu saja. Aku ini adalah ak--"
Perkataan Syo pun diputus karena saat itu juga Jinguji datang membawa sebuket bunga mawar merah. "Lady, I missed you so damnly,"
Kulirik Nana yang sudah salah tingkah saat melihat Jinguji menyentuh daguku. Kalau aku jadi dia, aku yakin aku juga sudah demikian. Tapi aku terbiasa dengan kehadiran Jinguji yang mencolok dengan sejuta mawarnya. Aku memberikan tepung kepada Nana. Sambil menghela nafas, aku berkata.
"Kalian .. sungguh menarik banyak perhatian, tahu,"
"Tidak masalah, lady. Bagaimana kalau kita pergi ke restoran hotel bintang lima dengan Ferrari?"ucapnya menyentuh daguku yang segera kutepis. Ini tempat publik, di mana banyak orang berlalu lalang!
Aku mengernyitkan dahi. "J-Jinguji-san?"
"EH SINGKIRIN TANGANMU DARI [READER]-CHAN. DASAR TUKANG GOMBAL CAP PIYO-CHAN,"
Semuanya menoleh ke satu arah. Pemilik suara berat yang berteriak itu adalah laki-laki bersurai kuning yang tentu saja bukan Syo. Melainkan Shinomiya Satsuki.
"Kata Natsuki, si Satsuki sudah tidak akan muncul lagi,"Syo mulai panik dan kurasa telah dirundung keringat dingin. Syo pun berjalan dan berada di hadapanku, merentangkan kedua tangannya."A-aku akan melindungimu, meskipun berakhir dimakan titan sekalipun,"
Aku tidak tahu apa Syo masih sibuk menghapal bagian naskah drama apa, tetapi sepertinya dia memang masih berkutat dengan genre action.
"Pasti Natsuki yang telah mengizinkanmu menjadi dirimu sekarang. Kenapa baru muncul sekarang?"Ichinose pun angkat bicara, walaupun sebenarnya eksistensi Satsuki yang menarik perhatian cukup menakutkan ditambah adanya tongkat baseball digenggamannya.
"Aku mau menemui [Reader]. Khusus hari ini saja."jawabnya terang-terangan langsung menatapku. Ditatapi terlalu lama membuatku gugup, dan berakhir ditoleh oleh Nana.
"Cowokmu bejibun amat sih. Bagi satu, napa,"bisiknya sekecil mungkin, tapi aku bisa mendengarnya.
Aku melongo. "H-hey, mereka hanya temanku,"
"[Reader]-cha-- loh, kok kalian pada ngumpul di sini?"Ittoki yang memang sibuk dalam kegiatan magang di tempat lain ikut bergabung.
"Kami memang sebenarnya tidak sabar bertemu dengan [Reader]-san. Makanya khusus hari ini kafe ditutup,"sambung Hijirikawa yang muncul menyusul Ittoki ke sini.
"Nona! Aku kangen tahu!"Aijima mengendarai sepeda dan berhenti tepat di depan toko bakeri tempatku bekerja sampingan.
Kehadiran mereka seharusnya membuatku sadar, kalau bakeri ini jadi lebih ribut. Nana menyikutku. "Kalau bosmu lihat hal ini, sih.."
"Nana, tapi bos kita kan--"
"Dia pasti akan sangat heboh dan berfangirling sepertiku! Dasar tukang bikin iri orang! Kyaaa!"
"E-eto?"
"Apa kau menyukai satu dari mereka?"
Aku terkejut menatap Nana yang memicing ke arahku. Lagi-lagi pertanyaan buntu satu ini. Seingatku aku memang pernah ditanya hal seperti ini.
"Terus siapa?"
Pertanyaan Eiri terngiang di benakku. Karena aku memang masih ragu, aku merasa nyaman dalam kondisi seperti ini. Aku bahkan tidak yakin kalau ada satu dari mereka yang menyukaiku.
"B-belum ada,"aku menjawab tanpa menatap Nana.
"Bohong,"Nana menjulurkan lidah tapi aku hanya membalasnya dengan kekehan. Tepatnya aku saja ragu jika ada yang mau denganku.
"Kalian lagi~"Kotobuki menghela nafas. "Kouhai-chan, apa dirimu yang mengundang mereka?"
Aku mengangguk. "Mereka temanku, jadi aku ingin mereka datang."
Kotobuki memutar bola matanya ke arah ketujuh cowok yang disebut teman olehku itu. "Ehm, teman ya. Kalau aku sudah bisa disebut gebetan dong?"
"Heh? Tapi kan senpai sudah ditolak,"Ittoki langsung angkat bicara menghampiriku.
"Aku akan menunggunya sampai dia mau melirikku,"Kotobuki memegang beberapa helai rambutku, membuatku lagi-lagi terdiam. Jujur, aku tidak menyangka jika semuanya akan hadir di sini.
Kehadiran Mikaze dan Kurosaki juga berada di sini. Ditambah dokter Camus yang khawatir karena memang masih terlihat bekas luka Mikaze yang membiru. Kata Camus, Mikaze memang sering mengalami luka karena efek bekerja terlalu keras. Tentu saja aku, ditambah mereka mengkhawatirkannya. Tapi Mikaze berkata dengan santai, "Aku tidak apa dan selama aku bisa bertemu dengan [Reader]-san, aku bahkan merasa lebih baik,"
Berawal dari rajutan mimpi yang berubah menjadi usaha yang terus berkembang, aku telah berusaha mencobanya. Walaupun terdapat konflik yang berusaha untuk mempersulit keadaan, tetapi sebenarnya konflik hadir untuk menguji dan menguatkan diri kita. Aku yakin akan hal itu, karena masa depanku yang kini kugarap adalah berawal dari mereka dan diriku sendiri.
Menjadi diriku sendiri, memperluas wawasan apa yang bisa kugarap yang berguna bagi orang lain. Dan ketika percaya kepada diri sendiri adalah peluang terbaik yang bisa dilakukan.
The End
--------------------------------------------
A/N : Yahoo minna-san. Aku yakin pasti ada yang kecewa dengan ending begini. Memang akhirnya sudah kuputuskan untuk tidak memilih siapa-siapa karena awalnya memang reverse harem.
Sekuel?
Mungkin saja ada, tapi berdasarkan pertimbangan kalian ya. Kalau tidak mau juga tidak masalah :3
Aku sedang mengerjakan proyek FF Free! yang masih berbasis reverse harem. Tapi ini bukan reader insert. Sila dibaca bila berminat.
Terima kasih atas votes kalian. Karya ini memang masih banyak kecacatan berupa teknis, adegan, dan mungkin ada lagi yang tidak kuketahui. Aku berterima kasih juga karena ada yang mau memasukkan karya payahku ke dalam reading list kalian :")
Akhir kata, sampai jumpa di karya-karya selanjutnya ya ♡
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top