1 | classmates shouldn't do romance
"GIMANA, Rev?"
Begitu Pak Har meninggalkan kelas, Refi langsung menyeret bangkunya ke sebelah Revanda, melipat kedua tangan di atas meja, memandang lawan bicaranya lurus-lurus.
Cukup percaya diri, karena setelah makan siang tadi dia sempat gosok gigi, cuci muka, serta menyemprot ulang ketiak dengan cologne.
Sementara itu, yang ditanya hanya bisa menyumpah dalam hati.
Pertama-tama, Revanda—atau Anda—kurang suka mendengar panggilan 'Rev' untuk dirinya dari mulut Refi. Ref and Rev—Refi dan Revanda—panggilan yang membuat Refi yakin bahwa mereka berdua ditakdirkan untuk satu sama lain, hanya karena tiap ada yang memanggil, mereka kompak menoleh bersamaan.
Kedua, harusnya Anda tadi langsung kabur mengekor Pak Har begitu bel berbunyi.
Biarpun nggak menyelesaikan masalah, paling tidak, kabur bisa memberi sedikit waktu untuk berpikir, bagaimana cara menolak Refi tanpa membuat teman sekelasnya itu sakit hati.
Sayangnya, ada makhluk bernama Nunung di muka bumi ini, yang kayaknya sengaja diciptakan untuk membuat hidup Anda lebih runyam.
Teman sebangkunya itu, mendadak kebelet pipis di saat terakhir.
Harusnya, Anda biarkan saja tas dan alat tulis Nunung berserakan di meja, nggak perlu dia jaga!
Sialan, memang.
"Masalahnya gini, Ref ...." Cewek berkacamata itu melirik sekeliling kelas. Ke arah dua puluh lebih pasang mata yang sedang menatap balik. Sebagian sambil pura-pura tak acuh, sebagian lagi kelihatan siap memangsanya kalau-kalau bikin ulah.
Rupanya, adegan tembak menembak di depan umum masih menarik bagi khalayak 12 IPA 2. Terutama jika yang melakukannya adalah cowok supel kesayangan cewek-cewek sekelas begini.
Anda menarik napas dalam-dalam, agak ragu untuk berbohong.
Kalau ketahuan ... bisa-bisa mulai besok dia harus pura-pura amnesia.
"Aku ... udah taken," lanjutnya, berusaha terdengar meyakinkan.
Refi jelas tidak percaya. Dia nggak akan menembak cewek, kecuali sudah memastikan cewek itu available. "Bukannya udah putus sama Sean?"
"Pertanyaan kamu kemarin konteksnya aku sama Sean masih pacaran apa enggak. Bukannya aku jomblo apa enggak, kan?" Anda menangkis pertanyaan Refi sambil mengarang nama random dalam hati. Tapi otaknya mendadak buntu.
"Siapa?" Refi mencecar, membuat Anda terpojok.
"Kamu nggak kenal."
"Iya, siapa? Artis? Selebgram? Atau anak SMA biasa?"
"Anak SMA biasa." Puji Tuhan, Nunung tiba di antara mereka tepat waktu, langsung menyambung mantap. "Dibilangin nggak mungkin kenal, ngeyel. Lagian ngapain sih, obsesif banget? Udah ditolak juga."
Karena Refi tidak kunjung pergi, yang berarti masih memaksa penjelasan lebih lanjut, terpaksa Anda menyebut satu nama, sembari berdoa semoga nggak akan ada masalah ke depannya.
"Devin. Devin Adirangga, 12 IPS 5. Kenal?"
Melihat Refi menggeleng, Anda bersyukur dalam hati.
Hal terakhir yang dia harapkan adalah Refi mengenal Devin, dan bahkan mengetahui hubungannya dengan Devin yang sebenarnya. Bisa malu sampai mampus kalau ketahuan mengaku-ngakui adik angkat mamanya sebagai pacar.
"Maaf ya, Ref." Menunjukkan wajah penuh penyesalan, Anda mempersilakan temannya pergi dari mejanya. "Aku harap kita masih bisa temenan."
#TBC
[Rev: 31/7/23]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top