Bab 8

Keesokan harinya, Rehan sudah berada di rumah Vera tepat pukul sembilan pagi. Pria itu membawa dua bubur ayam untuk sarapannya dan juga Vera.

Tett. Tett.

Rehan menekan bel rumah Vera beberapa kali, sebelumnya pria itu sudah menghubungi Vera. Namun, pacarnya tersebut tidak menjawab panggilan telpon Rehan.

Rehan berinisiatif untuk membangunkan Vera dengan datang langsung ke rumah wanita tersebut.

"Iya, sebentar," teriak Vera dari dalam rumah.

Clek.

Pintu rumah Vera terbuka dan wanita itu terkejut karena kedatangan Rehan yang tiba-tiba.

"Ayo, masuk Re." Vera mempersilakan Rehan untuk masuk kedalam rumahnya. Wanita itu masih menggunakan baju tidurnya saat membukakan pintu untuk Rehan.

Hal itu tentu membuat Rehan gemas pada Vera. Wajah baru bangun Vera benar-benar dapat membuatnya tersenyum lebar. Sangat manis dan juga menggemaskan. Padahal umur Vera sudah jauh dewasa. Namun, saat wanita itu tidak menggunakan riasan pada wajahnya. Seketika wajah Vera tampak lebih muda.

"Duduk Re, saya mau mandi dulu."

"Eh, Mba. Ini saya bawain sarapan." Rehan menahan kepergian Vera dan memperlihatkan dua plastik berisikan bubur ayam kehadapan Vera.

Vera menatap bingung pada bubur tersebut dan kemudian menatap kearah Rehan yang tengah tersenyum.

"Okay, terus?"

"Iya, ini saya bilang aja sih. Mba kalau mau mandi silahkan. Biar saya yang siapin sarapannya."

"Okay, saya mandi dulu ya. Btw, terima kasih buburnya. " Vera pergi ke kamarnya dan meninggalkan Rehan yang mulai sibuk memindahkan bubur ke mangkuk. Wanita itu sedikit tersenyum setelah membalik tubuhnya, untung saja Rehan tidak melihat hal itu. Tentu, Vera akan malu.

Pria itu sangat cekatan dalam melakukan kegiatan ke rumah. Hal itu berbanding terbalik pada Vera yang sama sekali tidak bisa melakukan apapun.

Rumahnya memang tidak memiliki pembantu. Namun, setiap 3 hari sekali. Akan ada orang yang datang untuk membersihkan rumahnya dan untuk makanan, Vera terbiasa membeli diluar. Kesibukan Vera tidak bisa membuatnya leluasa, bahkan jika dia belum makan. Rani, sahabatnya. Akan siap membeli makanan untuknya.

Bukan tanpa alasan Vera tidak memiliki pembantu, wanita itu pernah nyaris dibunuh oleh mantan pembantunya hanya karena masalah uang.

Mantan pembantunya tersebut ketahuan mengambil uang milik Vera, sebenarnya Vera tidak mempermasalahkan hal tersebut. Namun mungkin, saat itu mantan pembantunya merasa terpojokkan dan memutuskan untuk ingin menyingkirkan Vera dengan cara membunuh Vera.

Sejak saat itu, Vera tidak mau ada orang yang tinggal di rumahnya selain dirinya sendiri.

Walau hal itu beresiko. Namun, dia lebih nyaman dengan keadaannya sekarang. Apalagi, Vera lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah sehingga hal itu membuatnya tidak khawatir.

***

Vera keluar dari kamarnya dengan rambut yang sedikit basah. Wanita itu menghabiskan waktu yang cukup lama dikamar mandi. Namun, hal itu dapat Rehan maklumi.

Pria yang berstatus sebagai pacar Vera itu pun dengan setia menunggu Vera selesai mandi. Dia duduk manis di meja makan Vera dengan dua mangkuk bubur dihadapannya.

"Loh, kenapa belum makan?" tanya Vera sembari duduk dihadapan Rehan.

"Kan saya nunggu, Mba." Jawaban santai Rehan berhasil membuat Vera sedikit tersipu malu. Wanita itu pun tidak membalas ucapan Rehan dan langsung ingin menyantap bubur dihadapannya. "Eh, Mba. Baca doa dulu."

Vera terdiam dan cukup Kaget saat Rehan menahan makannya. Dia kemudian berdoa dan melanjutkan makannya.

Bubur ayam yang Rehan bawakan cukup enak dan Vera berhasil menghabiskan semangkuk bubur tersebut.

"Enak nggak, Mba?" tanya Rehan yang langsung dijawab dengan anggukan oleh Vera.

Rehan mengulas senyumnya saat menatap Vera yang tengah meminum air putih sebagai penutup sarapannya.

Wanita itu mengangkat mangkuk yang sebelumnya dia pakai untuk memakan bubur. Namun, Rehan segera mengambil mangkuk tersebut.

"Biar saya saja, Mba."

Rehan dengan cekatan mencuci alat makan yang mereka gunakan. Vera disampingnya hanya diam sembari memperhatikan Rehan.

Setelah selesai, Rehan bertanya kepada Vera. "Jadi, mau pergi sekarang?"

"Hmm, bentar deh. saya mau keringkan rambut saya dulu."

"Ya udah kalau gitu saya tunggu diruang tamu ya."

***

Vera telah selesai mengeringkan rambutnya dan juga wanita itu sudah berpakaian rapi untuk pergi bersama Rehan. Walau hanya menggunakan pakaian sederhana. Tetapi, aura yang dimiliki Vera tidak dapat diremehkan oleh siapapun.

Suara langkah kaki Vera berhasil membuat Rehan mengakhiri kegiatannya bermain ponsel.

"Mau pergi sekarang, Mba?" tanya Rehan, pria itu sudah berdiri dan berjalan mendekat kearah Vera.

"Ya sudah, ayo kita pergi. Lagi pula-" Vera menggantung ucapannya, wanita itu kemudian melihat jam yang dia gunakan dipergelangan tangan kirinya. "Sekarang hampir pukul sepuluh."

***

Sesampai di kampus Rehan, Vera ikut turun dan berjalan tepat dibelakang pacarnya tersebut. Jujur, wanita itu tidak enak jika harus bersama Rehan. Namun, Rehan terus menerus memohon agar Vera ikut dengan alasan pertemuan dengan dosen tersebut tidak akan memakan waktu yang lama.

Vera setuju, tetapi dia ingin untuk berjalan dibelakang Rehan saja karena takut ada pandangan tak enak dari mahasiswa lain tentang kedekatan mereka.

Sampai didepan ruang Dosen, Rehan pun izin kepada Vera untuk masuk. Pria itu berjanji tidak akan lama berada didalam dan Vera pun tidak masalah dengan hal tersebut.

"Saya masuk kedalam sebentar ya, Mba. Saya sebentar aja kok. Mba bisa duduk disitu." Rehan menunjuk sebuah kursi didekat pintu masuk ruang Dosen. Kursi yang biasa digunakan mahasiswa lain untuk duduk menunggu dosen datang.

"Iya, buruan kamu masuk."

"Mba, jangan kemana-mana ya," goda Rehan pada Vera. Tidak, Vera tentu tidak akan kemana-mana. Wanita itu akan menunggu Rehan didepan pintu masuk tersebut sampai akhirnya Rehan keluar.

***

Vera menghabiskan waktu tunggunya dengan membaca berkas yang dia bawa dari kantor. Berkas-berkas yang tentu saja sangat penting. Namun, wanita itu harus membacanya di kampus Rehan.

Selembar, dua lembar hingga akhirnya proposal itu selesai dia baca. Rehan pun masih belum keluar. Wanita itu cukup bingung dan penasaran dengan apa yang terjadi didalam. Apa yang terjadi dengan pacarnya. Namun, wanita itu hanya mampu menahan rasa penasarannya dengan menunggu pria tersebut keluar.

Sembari menunggu Rehan keluar, tak disangka Vera bertemu dengan salah satu orang yang dia kenal. Dosen yang pernah mengajarnya saat masih kuliah. Iya, sebenarnya Vera juga alumni kampus tersebut.

"Vera, kamu Vera kan?" tanya wanita paruh bayah itu pada Vera. Vera yang melihat hal tersebut pun langsung berdiri dan mendekat kearah Ibu Ratih.

Ibu Ratih adalah dosen Vera saat kuliah. Beliaulah yang membantu Vera dalam penyelesaian skripsi wanita tersebut.

"Iya, Bu. Ini saya."

"Astaga, sudah lama sekali kita tak bertemu, Ver." Ibu Ratih memeluk Vera dan Vera pun membalas pelukan tersebut. Pelukan hangat yang selalu Vera rindukan.

"Iya, Bu. Terakhir kita ketemu enam tahun yang lalu ya. Sewaktu saya wisuda S2."

Ibu Ratih mengangguk dan mengelus surai hitam Vera. "Iya, sudah lama sekali ya. Apa kabar kamu, Ver?" tanya Ibu Ratih dengan senyuman hangat yang jelas juga Vera rindukan.

"Baik, Bu. Ibu sendiri?"

"Baik juga. Oh iya, kamu ngapain kesini? Mau lanjut S3?"

Vera menggeleng pelan sembari tersenyum. "Engga kok, Bu. Saya lagi nemenin orang buat urus kuliahnya."

Ibu Ratih terdiam, ada kerutan di dahinya sepertinya beliau bingung dengan penjelasan Vera.

"Temen saya, Bu."

"Kamu nemenin temen kamu?"

Vera mengangguk sebagai jawaban. Namun, tak lama kemudian Rehan pun keluar dari ruang dosen dan langsung mendekat kearah Vera dan juga Ibu Ratih.

Vera masih belum sadar bahwa pacarnya tersebut sudah keluar dari ruang dosen karena pria itu berada dibelakang tubuh Vera.

"Eh, Nak Rehan." Ibu Ratih menyapa Rehan yang berada dibelakang tubuh Vera. Vera pun dengan spontan membalik tubuhnya.

"Ibu kenal Rehan?"

"Siapa yang tidak kenal Rehan sih, Ver. Mahasiswa paling pintar di kampus ini. Kamu sendiri? Kok kenal Rehan?" pertanyaan Ibu Ratih berhasil membungkam Vera, wanita itu bingung harus menjawab apa pada Ibu Ratih.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top