Bab 29
Vera tidak pulang ke rumahnya setelah pergi dari rumah milik keluarga Rehan, wanita itu malah menuju ke arah rumah Rani. Mungkin sekarang ini dia menjauh dari pacarnya dan kemudian kembali menata hatinya yang hancur setelah mendengar penolakan dari kedua orang tua Rehan.
Tok, Tok.
Dengan pelan Vera mengetuk pintu rumah Rani. Ketukannya sangat pelan karena wanita itu tidak memiliki cukup tenaga. Sepertinya tubuhnya sudah mulai kelelahan.
"Iya, sebentar," teriakan dari dalam rumah Rani membuat Vera sedikit dapat bernafas lega. Sahabatnya itu ternyata tengah ada di rumah.
Klek.
Pintu rumah Rani terbuka pelan, wanita itu sangat terkejut ketika tubuhnya ditimpa oleh tubuh vera yang tiba-tiba pingsan.
Bruk.
"Ver!" teriak Rani dengan kencang. hal itu berhasil membuat Sam yang juga tengah berada di rumahnya terkejut.
Pria itu berlari ke arah Rani dan membantu wanita itu untuk mengangkat Vera.
"Dia kenapa?" tanya Sam dengan penuh penasaran.
"Enggak tau juga, tiba-tiba langsung pingsan waktu aku buka pintu."
"Terus, ini gimana?"
"Bawa masuk dia ke dalam," pinta Rani yang langsung membuat Sam menggendong mantan pacarnya itu untuk masuk ke dalam salah satu kamar di rumah Rani.
***
Sebuah sapu tangan yang telah dilabuh pada air hangat menempel di dahi milik Vera, kini wanita itu tengah berbaring dengan tubuh yang lemah. Badannya terasa panas sehingga hal itu berhasil membuat Rani khawatir.
Wanita itu duduk di sisi Vera, memperhatikan wajah sahabatnya itu yang terlihat begitu pucat.
Tak lama kemudian, Sam masuk ke dalam kamar yang digunakan oleh Vera.
Langkah kaki pria itu terdengar sangat pelan. Namun, tetap saja Rani mengetahui kedatangannya.
Fokus wanita itu kemudian beralih pada Sam, dilemparnya sebuah senyuman kecil kepada pria itu.
"Kamu enggak papa kan?" tanya Sam sembari mendekat ke arah Rani.
Rani menggeleng pelan dan kembali menatap Vera yang masih setia tertidur, "enggak kok, aku enggak papa."
"It's okay, Vera bakal baik-baik aja kok. Sekarang kamu juga harus istirahat," bujuk Sam.
Pria itu begitu khawatir pada Rani karena sekarang sudah nyaris pukul satu malam. Namun, wanita itu masih belum juga beranjak dari sisi sahabatnya.
"Iya, bentar lagi aku tidur kok," balas Rani tanpa melihat ke arah Sam.
Mendengar ucapan wanita itu, tangan Sam pun terulur untuk mengelus rambut pendek Rani.
"Ayolah, jangan sampai kamu ikutan sakit," bujuk Sam lagi dengan pelan. Nada bicara pria itu sekarang jauh lebih baik, tidak ada teriakan atau makian yang keluar dari mulutnya.
"Sam, Vera butuh aku."
"Tapi, aku lebih butuh kamu Ran."
***
Setelah perdebatan yang cukup panjang, Rani pun memutuskan untuk beristirahat. Besok dia harus menyiapkan keperluan anaknya dan mungkin juga keperluan Vera saat wanita itu sudah bangun.
Sam? Pria itu masih berada di rumah Rani. Dia memutuskan untuk bermalam karena takut Vera kenapa-kenapa.
Tidak. Pria itu tidak tidur dengan Rani. Melainkan dia tidur di sofa ruang keluarga. Untungnya sofa tersebut cukup empuk sehingga dia bisa tertidur dengan pulas.
***
Keesokan harinya, keadaan Vera sudah cukup membaik. Panasnya sudah turun dan juga wajahnya tidak sepucat semalam.
Kini, wanita itu ikut sarapan dengan Sam, Rani dan juga anak perempuannya.
"Mau nambah nggak, Ver?" tawar Rani pada Vera, wanita itu sangat gembira saat melihat sahabatnya sudah lebih segar.
Vera menggeleng pelan, perutnya sudah cukup terisi walaupun tidak penuh. Wanita itu sebenarnya tidak memiliki selera makan. Namun, dia takut penyakitnya kambuh sehingga dia memutuskan untuk tetap makan.
Toh, makanan buatan sahabatnya itu cukup lezat.
***
Hingga sore hari, Vera masih berada di rumah Rani. Wanita itu masih tidak mau pulang ke rumahnya karena dia takut menemui Rehan.
Masih ada rasa sakit di hatinya, saat mengingat kejadian sebelumnya.
"Heh, kok melamum?" tanya Rani saat ikut duduk di samping Vera.
Iya, sebelumnya Vera tengah melamun tanpa dia sadari.
Wanita itu tidak merespon ucapan Rani sebelumnya, dia malah kemudian asik menatap Lea yang tengah mengerjakan tugasnya.
Kini, Rani, Vera dan juga Lea tengah duduk bersantai di ruang keluarga. Namun Sam, pria itu masih ada di kantornya.
Kata Rani, pria itu akan datang saat pulang kantor. Mungkin sekitar pukul delapan malam.
"Mau nggak?" tawar Rani pada Vera. Wanita itu menyodorkan sebuah piring yang berisikan sosis goreng.
"Nggak," jawab Vera singkat.
Hal itu membuat sahabatnya sedikit bingung, "Kamu enggak papa kan?"
Tidak, tidak ada jawaban dari mulut Vera. Wanita itu bahkan kembali melamun sekarang.
"Ver," panggil Rani yang berhasil membuat lamunan Vera hancur. "Aku tau kok, kamu lagi ada masalah. Tapi, aku enggak bakal maksa kamu buat cerita. Aku bakal nunggu sampai kamu mau cerita."
Vera terdiam, tanpa tahu harus berbuat apa. Dia tidak mau membebani sahabatnya itu, Rani baru saja mendapatkan musibah mengenai kepulangan anaknya. Tentu, Vera tidak mau memberi beban lain kepada Rani.
***
Malam tanpa bintang menutup hari penuh diam bagi Vera, wanita itu kembali pada kehidupannya yang dulu. Menjadi wanita yang penuh dengan tanda tanya.
"Ran," panggil Vera dengan pelan. Kedua wanita itu kini tengah tidur bersama, Vera jelas tau bahwa sahabatnya itu belum tidur sehingga dia memanggilnya.
Rani hanya bergumam tanpa mengeluarkan sebuah kata.
"Jujur, aku bingung..."
"Bingung kenapa?"
"Rehan."
"Rehan kenapa? Dia selingkuh?" tanya Rani dengan menggebu bahkan wanita itu kini terbangun dari tidurnya.
"Enggak, Rehan enggak selingkuh," jelas Vera yang berhasil meredakan emosi Rani.
"Terus, kenapa dengan Rehan? Jangan setengah-setengah dong ceritanya," omel Rani. Dia begitu penasaran dengan maksud sahabatnya itu.
Vera ikut bangun dari tidurnya, kini kedua wanita itu tengah duduk di atas kasur dengan posisi saling berhadapan.
Dengan pelan, Vera kemudian menjelaskan apa yang telah terjadi. Rani yang mendengar hal itu pun ikut merasa bingung.
"Jadi, gimana keputusan kamu?" tanya Rani dengan pelan.
Vera menggeleng, "Nggak tau."
"Hmm, itu alasan kamu kabur ke sini?" tanya Rani memastikan.
Jelas, wanita itu tidak mungkin akan kabur jika tidak ada sesuatu yang terjadi.
Vera mengangguk dengan pelan, wajah wanita itu berubah sendu saat kejadian sebelumnya kembali terulang di benaknya.
Tanpa dia sadari, tetesan air mata kemudian turun dari mata indahnya. Namun, dengan cepat wanita itu menghapusnya.
Dia tidak ingin kembali sedih dan menangis.
Rani yang tengah duduk di depannya pun ikut sedih saat melihat sahabatnya itu menangis.
Ditariknya Vera untuk masuk ke dalam pelukkannya, pelukan hangat itu jelas memberi rasa nyaman bagi Vera.
"It's okay, Ver. Semua bakal baik-baik saja," bisik Rani menenangkan Vera yang tiba-tiba saja terisak.
"Hmm, makasih ya, Ran."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top