Bab 28

Setelah perjalanan yang memakan waktu dua jam, Rehan dan Vera akhirnya sampai di rumah milik orang tua Rehan. Rumah kayu dengan satu lantai itu begitu menarik di mata Vera, dia sangat jarang melihat rumah berbahan baku kayu sehingga wanita itu cukup takjub saat pertama kali melihat rumah tersebut.

Sangat jelas terlihat bahwa rumah milik orang tua Rehan benar-benar dirawat sebaik mungkin, bahkan tanaman bunga di depan rumah tersebut begitu subur dan indah.

"Bagus banget rumah kamu, Re," puji Vera yang langsung membuat Rehan tersenyum.

"Makasih, Mbak. Tapi, sebenarnya lebih bagus rumah Mbak loh."

"Rumah saya? Enggak, rumah kamu jauh lebih bagus."

"Iya deh," ucap Rehan mengalah. pria itu tidak mau berdebat dengan pacarnya karena saat ini dia tengah gugup.

Vera sama gugupnya, bertemu dengan orang tua Rehan tentu adalah hal yang tak pernah wanita itu bayangkan.

"Mah, Pah, Rehan sudah sampai," teriak Rehan di depan pintu rumahnya.

Iya, Rehan sudah memberitahukan kedua orang tuanya mengenai kedatangannya bersama pacarnya.

"Iya, Re. Sebentar ya." Sayup-sayup terdengar suara dari dalam rumah Rehan, suara wanita yang jelas adalah ibu dari pacar Vera.

Klek.

Pintu rumah itu terbuka dengan pelan, menampilkan seorang wanita paruh bayah yang memiliki wajah persis dengan Rehan.

"Rehan!" pekik wanita itu sembari menarik Rehan untuk masuk ke dalam pelukannya, "Ibu kangen banget sama kamu."

"Rehan juga kangen sama Ibu," balas Rehan dengan pelan, pria itu kemudian melonggarkan pelukannya dan menarik Vera untuk mendekat dengannya, "Mah, ini Vera pacar Rehan. Calon menantu Mamah," jelas Pria itu pada mamanya.

"Saya Vera, Tante," ucap Vera sembari ingin mengajak ibunya Rehan bersalaman. Namun, ibu Rehan tidak menerima salaman itu dan dia hanya mengulas senyum tipisnya kepada Vera.

"Iya, saya Lia, ibunya Rehan," ucap ibu Rehan singkat.

Wanita itu kemudian mengalihkan pandangannya dari wajah Vera ke wajah Rehan, "Ayuk, Re. Kita masuk," ajak Lia sembari menarik anaknya untuk masuk ke dalam rumah.

Rehan menolak tarikan tangan ibunya, dia menyadari bahwa ibunya  tidak menyukai Vera, "Bu, ini Vera, pacar Rehan, calon mantu ibu," jelas Rehan kembali sembari menekankan setiap ucapan yang dia lontarkan.

Lia terdiam sembari melirik ke arah Vera, wanita yang dilirik hanya mampu terdiam tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Bu," panggil Rehan yang berhasil membuat Lia mengalihkan pandangannya.

"Ya sudah, ayuk masuk," ajak Lia lagi. Namun, wanita itu berjalan masuk terlebih dahulu kemudian Rehan dan Vera ikut masuk juga.

Rehan merangkul bahu pacarnya itu dengan erat sembari memberikan kekuatan untuk Vera dalam menghadapi ibunya.

"Silahkan duduk, Mbak," pinta Rehan.

Tanpa menolak wanita itu pun mendudukan dirinya disebuah kursi yang berada di ruang tamu rumah Rehan.

Pria itu kemudian pamit untuk pergi ke dapur, "Saya ke dapur bentar ya, Mbak. Mbak, mau minum apa?" tanya Rehan.

"Air putih aja," jawab Vera dengan pelan.

"Ya sudah, bentar ya, Mbak."

Rehan berjalan masuk ke belakang rumahnya, menuju dapur yang letaknya entah di mana. Meninggalkan Vera yang bingung harus melakukan apa.

Rehan dan Vera hanya bertamu sebentar ke rumah orang tua pria itu, meminta izin untuk melaksanakan pernikahan yang mungkin akan dilakukan dalam beberapa bulan ke depan. Namun, siapa yang menyangka bahwa respon ibunya Rehan akan seperti itu.

Entah apa yang tengah Lia pikiran saat membuat tatapan tak suka pada Vera, padahal jelas wanita itu belum mengenal lebih dalam seperti apa calon menantunya itu.

***

Terlihat jelas bahwa Lia tengah melamun sembari mengaduk sebuah minuman di hadapannya, dia tidak menyadari bahwa anak sulungnya tengah berjalan mendekat ke arahnya.

"Mah," panggil Rehan yang berhasil membuat lamunan Lia memudar, wanita itu kemudian menatap ke arah anaknya yang tengah berada di belakang tubuhnya.

"kenapa, Re?" tanya Lia dengan ramah sembari mengulas senyum tipisnya.

Rehan terdiam sembari menatap sendu ke arah ibunya, "Ibu enggak suka ya sama Vera?" tanya pria itu dengan pelan. Jujur, dia sangat ragu saat melontarkan pertanyaan itu.

Lia tidak langsung menjawab, melainkan wanita itu perlahan memegang kedua tangan putranya.

"Apa kamu yakin dengannya?" 

Rehan mengangguk dengan cepat. Tidak, pria itu jelas tidak perlu untuk berpikir lagi. Dia sangat mencintai Vera dan ingin agar wanita itu dapat dia miliki seutuhnya dalam ikatan pernikahan.

"Tapi, Re ... ."

"Tapi apa, Bu," potong Rehan dengan tiba-tiba.

"Umur dia terlalu jauh denganmu," jelas Lia. Wanita itu ternyata memikirkan tentang umur Vera. 

"Bu, umur itu cuman masalah angka," bela Rehan dengan wajah serius.

"Tetap saja, Re. Apalagi dia yang lebih tua."

"Bu."

"Ibu enggak bisa, Re. Ayah kamu juga belum tentu bisa nerima dia," ucap Lia dengan lantang, wanita itu kemudian kembali menyeduh teh yang sebelumnya dia buat.

Rehan berjalan mendekat ke arah ibunya, pria itu kemudian memeluk ibunya dari belakang, "Bu, Vera itu baik banget mah, dia yang bantu Rehan selama ini."

Tidak, tidak ada respon yang diberikan oleh Lia terhadap ucapan Rehan. Wanita itu jelas mengabaikan putranya.

***

Selang beberapa menit, Ayah Rehan pun datang. Pria paruh bayah itu sedikit terkejut saat melihat Vera yang tengah duduk disalah satu kursi ruang tamu rumahnya.

"Halo, Om," sapa Vera dengan ramah. Namun, pria itu mengabaikan Vera dan langsung menuju belakang rumahnya. Tempat Rehan dan ibunya berada.

Vera hanya dapat menghembuskan nafasnya dengan kasar, jujur dia tidak menyangka akan mendapatkan respon seperti ini.

***

"Re," panggil Ayah Rehan dengan tegas.

Mendengar panggilan dari ayahnya, Rehan pun melepaskan pelukannya pada sang ibu.

"Ayah!" seru Rehan dengan semangat.

Pria itu kemudian memeluk ayahnya dengan erat.

"Apa kabar, Yah?" tanya Rehan sembari melepaskan pelukan pada sang ayah.

Ayahnya hanya dapat tersenyum tipis dan hal itu tentu membuat Rehan bingung. "kenapa, Yah?" tanya pria itu dengan dahi mengkerut.

"Wanita itu siapa?"

Rehan terdiam bingung dengan maksud pertanyaan ayahnya, "Wanita? Dimana?"

"Dia pacarnya rehan," potong lia dengan tiba-tiba tanpa melihat ke arah kedua pria yang tengah berada dibelakangnya.

"Dia orangnya?" tanya ayahnya Rehan memastikan.

Rehan mengangguk pelan.

"Ayah enggak bisa restuin kamu sama dia. " 

"Tapi, Yah. Aku cinta banget sama dia," jelas Rehan dengan serius.

"Re, masih banyak wanita muda di luar sana. Kenapa kamu mau menikahi dia yang jauh lebih tua darimu," jelas ayah Rehan dengan tegas.

Tanpa mereka sadari, Vera tengah menguping pembicaraan mereka. Wanita itu hanya dapat terdiam dengan tangis yang dia tahan. Jelas, dia tidak diterima di keluarga pacarnya itu.

Dengan perlahan, Vera keluar dari rumah itu. Dia tidak mau siapapun menghalangi kepergiannya.

Ada rasa sedih dan kecewa di benaknya saat ini, walau begitu dia sudah menyadari bahwa kedua orang tua Rehan pasti akan menolak kehadirannya.

Tak lama kemudian, hujan pun turun. Vera yang masih berjalan menuju mobilnya itu pun diterpa hujan yang lebat. Namun, wanita itu terus melanjutkan langkahnya menuju mobilnya. Mobilnya terparkit cukup jauh dari rumah Rehan, karena jalan menuju rumah pria itu sangat kecil sehingga mobil tidak bisa masuk.

Tok, tok.

Vera yang kedinginan itu pun mengetuk kaca mobil miliknya, dia berusaha untuk membangunkan sopirnya yang tengah tertidur.

"Loh, Bu Vera," gumam sopir Vera setelah melihat bosnya itu berada di luar dengan tubuh dan pakaian yang basah. Pria tua itu segera membuka pintu mobil.

Klek.

Pintu mobil pun terbuka. Vera segera masuk ke dalam mobil tanpa memperdulikan tatapan bingung dari sopirnya.

"Jalan, Pak."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top