Bab 27

Rehan berjalan mengikuti seorang pria di hadapannya. Kini dia menjadi karyawan baru di restoran milik Vera. Pria di hadapannya kini tengah menjelaskan segala hal pada Rehan.

"Kamu ngerti kan ya," ucap pria bernama Santo. Santo adalah pemimpin di dapur restoran ini dan Rehan akan bekerja sebagai asisten dapurnya.

"Ngerti, Pak."

"Jangan panggil saya, Bapak dong . Panggil saya Mas aja, saya belum terlalu tua kok bahkan saya belum kepala tiga," canda Santo pada Rehan.

Pria itu hanya sedikit tersenyum canggung karena tidak terbiasa akan lelucon Santo.

***

Hari pertama bekerja, Rehan tidak melihat ada hal yang aneh saat bekerja. Restoran tersebut layaknya restoran biasa.

Pria itu hendak pulang saat pukul sebelas malam. Namun, kepergian segera ditahan oleh Santo.

"Eh, jangan pergi dulu." Pria yang menjadi atasannya itu menarik lengan Rehan dan hal itu membuat Rehan sedikit risih.

"Ada apa ya, Mas," ucap Rehan dengan sopan sembari melepaskan tarikan tangan santo di lengannya.

"Kamu mau gaji tambahan nggak?" tawar Santo sembari mengulas senyum, senyuman pria itu sedikit aneh dan jujur senyumannya terlihat begitu menakutkan bagi Rehan.

"Yuk, kita masuk lagi," ajak Santo sembari menarik lengan Rehan lagi untuk kembali masuk ke dalam restoran.

Pria itu dibawa masuk ke dalam salah satu ruang VVIP restoran dan betapa terkejutnya dia saat melihat ruangan itu yang dipenuhi orang-orang yang tengah berpesta dengan pakaian minim.

Mereka terlihat asik bergoyang mengikuti alunan musik yang menyala dan beberapa di antara mereka tengah menegak minuman yang jelas Rehan tau namanya.

Bau alkohol memenuhi tempat itu. Rehan tidak menyangka akan ada orang sebanyak itu dan ini baru dua jam setelah jam tutup restoran.

"Coba deh, kamu goda salah satu dari mereka. Pasti kamu bisa dapat uang, mereka adalah pengusaha-pengusaha kaya di kota ini," hasut Santo pada Rehan sembari berbisik.

Ruangan itu sangat berisik, maka dari itu mereka harus saling berbisik untuk berbicara. Untungnya ruangan itu kedap suara sehingga musik yang ada tidak dapat terdengar dari luar.

***

Rehan berhasil kabur dari ruangan itu dengan cara meminta izin pergi ke ruang karyawan. Dia bilang ingin mengambil pengisi batrai ponselnya di sana. Namun, sebenarnya pria itu berlari pergi ke parkiran mal.

Iya, restoran milik Vera berada disalah satu mal dan mobil yang dibawa oleh Rehan berada diparkiran yang cukup jauh dari restoran tersebut.

Jujur, Pria itu benar-benar tidak menyangka akan menemukan hal yang tak terduga itu dihari pertama dia bekerja.

Pria itu pun memutuskan untuk menjemput Vera karena pacarnya itu sudah menunggu lama.

"Iya, Mbak. Saya sudah di depan," ucap Rehan pada Vera dipanggilan telepon.

Bip.

Panggilan itu terputus dan Rehan kemudian menunggu Vera di dalam mobil.

Tak lama kemudian, pacarnya itu datang dan langsung masuk ke dalam mobil.

Wanita itu kemudian sibuk dengan beberapa bawaannya dan melupakan Rehan yang kini tengah memperhatikannya.

"Mbak," panggil Rehan tiba-tiba yang berhasil membuat Vera menghentikan kegiatannya.

"Kenapa, Re!" pekik Vera dengan spontan.

"Restoran punya, Mbak ... Emang aneh ternyata."

'Aneh?'

"Maksud kamu?" tanya Vera dengan dahi mengkerut.

Rehan menceritakan kejadian yang sebelumnya terjadi dan hal itu tentu membuat pacarnya sangat terkejut.

"Kok bisa sih?" tanya Vera sembari mengurut dahinya. Kepalanya tiba-tiba saja pening setelah mendengar penjelasan pacarnya.

***

Rehan kembali harus bekerja seperti biasanya di restoran dan setiap malam acara itu terus berlangsung, padahal pria itu kira acara tersebut memiliki hari tertentu. Namun, perkiraannya jelas meleset.

Setiap pulang bekerja, pria itu harus menyiapkan seribu alasan agar bisa kabur. Dia tidak mau masuk ke dalam ruangan itu lagi.

Kini, sudah nyaris satu bulan Rehan bekerja. Dia belum bisa menemukan apa yang Vera maksud.

Mereka yang mau bertransaksi apapun di restoran itu. Rehan nyaris menyerah. Namun, tiba-tiba saja sebuah pesanan ruang VVIP pun datang.

Seorang pria dengan setelan baju formal datang diikuti oleh dua orang pengawal dibelakangnya.

Pria itu jelas bukan orang sembarangan.

Pria itu masuk dan pintu ruangan tersebut kemudian dijaga oleh dua pengawal tadi.

Tak lama kemudian, seorang pria datang lalu bertanya tentang ruangan yang sebelumnya dimasuki oleh pria berpengawal tadi.

Rehan sedikit tahu, karena dia tengah berada di dekat meja pemesanan.

Pria tadi ikut masuk ke dalam ruangan yang dijaga oleh dua pengawal itu.

Selang beberapa menit kemudian, makanan yang akan disuguhkan pun selesai. Rehan ikut membantu beberapa karyawan yang membawa makanan ke dalam ruang VVIP.

Terlihat bahwa dua orang itu tengab berbicara suatu hal yang serius, sedikit banyak Rehan mendengar pembicaraan mereka dan pria itu pun akhirnya tahu bahwa pertemuan tersebut adalah pertemuan transaksi suap.

***

Rehan membawa berita itu dengan semangat kepada pacarnya, Vera yang mendengar hal itu pun tak kuat menahan senyum bahagianya.

Keputusan wanita itu untuk menyuruh Rehan bekerja di sana adalah keputusan terbaik dan semakin lama, Vera semakin yakin bahwa Rehan adalah pria yang tepat untuknya. Pria yang mampu dia percaya untuk segala urusan.

***

Akhirnya, Vera kembali memecat beberapa karyawan yang menjadi dalang semua kejadian itu. Termasuk Santo, pria itu ternyata menjadi otak semua hal itu terjadi.

Jujur, Vera sangat tidak menyangka bahwa restorannya menjadi tempat untuk kegiatan buruk tersebut.

"Makasih banyak ya," ucap Vera pada Rehan.

Kini mereka tengah asik berkencan di sebuah taman dekat dengan rumah Vera. Taman yang cukup indah itu sangat ramai saat hari libur seperti ini.

Beberapa anak kini tengah berlari memotong jalan Vera dan juga Rehan. Wanita itu tersenyum saat melihat mereka dan pria di sisinya pun ikut tersenyum.

"Mbak, suka anak kecil ya?" tanya Rehan dengan tiba-tiba.

Vera menatap Rehan dan melemparkan senyumannya, "Iya, suka banget. Karena saya anak tunggal, jadi saya enggak pernah tau rasanya punya adik."

"Gimana kalau anak?"

"Maksud kamu?" Vera mengerutkan dahinya bingung akan pertanyaan pacarnya itu.

"Kalau Mbak punya anak gimana? Seneng nggak?"

"Pastilah."

"Ya sudah, yuk."

"Yuk apa?."

"Yuk, Nikah," ajak Rehan dengan enteng.

Vera tertawa pelan sembari memukul lengan Rehan, "Kamu ini bercandanya emang aneh ya."

"Kok aneh sih, saya beneran mau nikahin Mbak."

***

Siapa yang menyangka bahwa ucapan Rehan waktu itu adalah benar adanya. Pria itu akan segera menikahi Vera dalam waktu dekat. Namun, mereka harus meminta restu pada kedua orang tua Vera terlebih dahulu baru selanjutnya kepada kedua orang tua Rehan.

Rehan beberapa kali menggerakkan kakinya dengan nada tak menentu, pria itu jelas sangat gugup sekarang karena harus berhadapan dengan Ayah Vera.

Di sisinya, Vera terlihat tidak perduli pada sang ayah yang tengah berbicara.

"Saya yakin kamu bisa jaga anak saya, iyakan, Ver."

Ayah Vera menatap sang anak dengan tatapan penuh haru, dia tidak menyangka bahwa putrinya akan menikah tak lama lagi.

"Iya," jawab Vera singkat.

Rehan di sampingnya segera mengelus punggung tangan pacarnya itu, dia sangat tau bahwa wanita itu ingin segera pergi dari sini.

Pembicaraan Rehan dan Ayah Vera memakan waktu yang cukup lama. Namun, syukurnya Ayah Vera merestui pernikahan mereka.

"Ya sudah kalau gitu, Pak. Saya izin pulang dulu," pamit Rehan sembari membawa Vera untuk berdiri bersamanya.

"Oh iya, saya kirim salam untuk kedua orang tuamu ya."

Iya, setelah ini Vera dan juga Rehan akan langsung pergi ke rumah kedua orang tua Rehan yang jaraknya cukup jauh dari kota tempat mereka tinggal.

***

Bug.

Vera menutup pintu mobilnya dengan sedikit keras, hal itu tentu membuat sopir dan juga pacarnya terkejut.

"Mbak, jangan gitu dong."

Vera tidak membalas ucapan pacarnya itu. Dia hanya terdiam sembari membuang pandangannya ke luar jendela mobil, hal itu tentu membuat Rehan sedikit sedih.

Hubungan pacarnya dan kedua orang tua wanita itu memang cukup buruk dan sekarang, mau tak mau wanita itu harus menemui mereka lagi.

"Jalan, Pak," pinta Rehan pada sopir yang akan membawa mereka ke rumah keluarga pria itu.

"Mbak, nggak boleh gitu. Kita memang harus minta izin ke Ayah, Mbak juga. Kalau bisa ke Ibu, Mbak juga."

Vera langsung menatap tajam ke arah Rehan saat pria itu menyebut Ibunya.

"Tidak, saya tidak mau bertemu dengan Ibu saya," tolak Vera dengan tegas.

Jujur, Vera sangat membenci ibunya setelah tau bahwa ibunya lah yang memulai semua perselingkuhan ini.

"Tapi, Mbak..."

"Enggak! Saya bilang enggak!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top