Bab 16

Belum selesai masalah Tyo yang Vera hadapi, kini dia kembali harus berurusan dengan Sam. Pakaian yang dikirim oleh Sam, memang benar adalah pakaian Vera. Namun, pakaian yang berupa mini dress tersebut sudah lama hilang sejak kejadian waktu itu. Apa mungkin Sam yang mencurinya dan untuk apa?.

Vera kembali menghembuskan nafasnya dengan kasar, wanita itu mengusak rambutnya hingga berantakan. Kepalanya terasa begitu berat. Namun, dia tak tau harus bagaimana.

'Apa yang harus aku lakukan?'

***

Vera terbangun dengan keadaan yang berantakan. Semalam dia tertidur karena kepalanya sangat pusing dan akhirnya wanita itu terbangun pada pukul 8 pagi. Wanita itu berjalan ke arah dapur dan mengambil sebuah botol di dalam kulkas. Dia mendudukkan dirinya di kursi meja makan dan meneguk habis minuman tersebut.

Jujur, dia bingung tentang hal yang akan dia lakukan hari ini. Pikirannya kacau setelah dua masalah itu memasuki kehidupannya.

Dalam keadaan melamun, Vera tidak menyadari bahwa sahabatnya telah masuk ke dalam rumahnya yang tidak dia kunci sejak semalam. Begitu cerobohnya Vera saat ini.

Pikiran yang kacau itulah yang membuatnya seperti ini.

"Kamu enggak papa kan, Ver?" tanya Rani pada Vera yang tengah melamun. Wanita itu berhasil sadar dan terkejut karena melihat Rani sudah berada di sisinya.

"Loh, kamu kok ada di sini?" tanya Vera dalam keadaan bingung.

"Ya emang kenapa?"

"Maksud aku, kok bisa kamu masuk ke sini?"

"Ya bisalah, rumah kamu aja enggak dikunci."

"Hah, kok bisa!."

"Yakan. Kamu enggak kunci pintu rumah kamu. Untung aja kamu enggak kenapa-kenapa."

Vera terdiam saat mendengar penjelasan Rani, dia tidak ingin berdebat dengan sahabatnya tersebut. Untungnya sahabatnya tersebut juga tidak marah padanya karena kebodohannya.

"Jadi gimana?"

"Gimana apanya?"

"Masalah itu."

"Ga taulah, pusing aku." Vera memijat kepalanya dengan pelan, memang sekarang ini kepalanya tengah pusing.

"Tapi, kamu taukan. Masalah ini enggak bisa kamu anggap remeh."

"Iya, aku tau."

Tentu Vera tau akibat dari masalah yang tengah perusahaannya alami, kebocoran data yang mungkin dapat membuat perusahaannya merugi. Perusahaan milik Vera bergerak dibidang konveksi, keluaran produk terbaik perusahaan itu adalah bedcover yang tahan lama serta memiliki kualitas premium karena bahan bakunya adalah bahan-bahan yang berkualitas tinggi. 

Perusahaan milik Vera memproduksi banyak produk selain bedcover, walau masih seputaran produk rumah yang menggunakan kain sebagai bahan bakunya seperti selimut, gorden, permadani dan lain sebagainya.

Kebocoran data yang terjadi adalah kebocoran data penyuplai bahan baku dan juga rancangan produk baru milik perusahaan Vera.

Hal itu baru Vera ketahui setelah diadakannya rapat beberapa hari yang lalu, wanita itu tentu tidak mengetahuinya bahwa saingan bisnisnya membuat produk serupa yang akan mereka keluarkan pada akhir tahun. Tentu jika perusahaan Vera masih tetap mau mengeluarkan produk tersebut. Maka, mereka akan dianggap sebagai peniru padahal jelas bahwa ide produk tersebut adalah milik perusahaan Vera.

Semua detail tentang produk tersebut sama persis dengan produk yang akan dikeluarkan oleh perusahaan Vera. Produk bedcover dengan motif sesuai pesanan pembeli adalah ide yang ingin perusahaan wanita itu keluarkan. Walau terkesan sangat sulit. Namun, kenyataannya ide tersebut ditiru oleh pesaing Vera. Padahal wanita itu sudah merancangnya dengan sangat matang.

Hal yang membuat Vera juga murka adalah kebocoran data penyuplai bahan baku milik perusahaan Vera yang sudah bertahun-tahun lamanya bekerja sama dengan perusahan wanita itu. Vera mengetahuinya setelah pihak penyuplai menghubungi wanita itu untuk memastikan bahwa perusahaan Vera akan membeli bahan baku di sana lagi. Padahal pembelian bahan baku harus direncanakan jauh-jauh hari karena perusahaan Vera tidak akan membeli bahan baku dengan jumlah sedikit.

Dalam keheningan yang dibuat oleh kedua orang itu, sebuah panggilan telepon kemudian berbunyi. Suaranya berhasil memecah keheningan yang baru saja terjadi.

Titt. Titt.

Nama Sam jelas terlihat dilayar milik Rani. Untung saja wanita itu langsung menyembunyikan telepon tersebut agar sahabatnya tersebut tidak melihat nama mantan pacarnya tertera ditelepon milik Rani.

"Aku angkat telpon bentar ya, biasa dari anak-anak." Bohong, tentu Rani berbohong. Wanita itu jelas tidak akan berkata jujur, dia tentu akan bertengkar dengan sahabatnya tersebut jika ketahuan memiliki hubungan dengan Sam.

Rani berjalan keluar dari rumah Vera. Wanita itu mendudukkan dirinya pada kursi yang berada di dekat pintu masuk rumah sahabatnya tersebut.

"Iya, halo," ucap Rani saat mengangkat telepon Sam. Suara wanita itu tiba-tiba melembut tanpa alasan.

"Hmm, kamu dimana?" tanya Sam dengan tiba-tiba.

Rani tidak langsung menjawab pertanyaan Sam, wanita itu malah melirik sekitar untuk memastikan keadaan saat itu. "Di kantor."

"Kantor?" tanya Sam dengan nada mengejek, "aku tau kamu sedang berada di rumah Vera."

'Sial, kenapa pria ini tahu? terus untuk apa dia bertanya jika dia tau?'

"Kenapa tidak menjawab? Hei, aku tau semuanya. Lebih baik jujur padaku."

"Baiklah, jadi. Ada apa?" tanya Rani dengan buru-buru. Wanita itu tidak bisa berlama-lama mengobrol dengan mantan pacar sahabatnya itu. Dia takut Vera mengetahuinya, karena memang selama ini Rani yang membantu Sam bahkan hingga mencuri pakaian milik Vera itu.

"Begini, kamu bilang pacar Vera sedang kemah bukan?" tanya Sam yang langsung dibalas anggukan oleh Rani padahal pria itu tentu tidak akan melihat, "aku mau, kamu bawa Vera ke hotel miliknya. Aku akan segera kembali ke sana untuk menemui Vera."

"Hotel? Kapan?"

"Besok."

***

Rani berulang kali meminta Vera untuk ikut dengannya, pergi ke hotel milik wanita itu yang jaraknya tidak terlalu jauh dari perusahaan milik Vera.

"Untuk apa ke hotel?" tanya Vera dengan dahi mengkerut. Dia tentu merasa aneh dengan ajakan sahabatnya tersebut.

"Ya... Jalan-jalan eh maksud aku kita liburan di Hotel atau kamu enggak mau gitu ngecek ke sana," ucap Rani dengan nada terbata.

Vera mengacuhkan Rani dan kembali fokus pada kumpukan berkasnya. Iya, Vera sudah ada di kantornya dan kini sahabatnya tersebut bertingkah aneh.

"Ayolah," rayu Rani, wanita itu sangat kekeh mengajak Vera untuk pergi ke hotel besok.

"Ya sudah, iya."

***

Setumpukan berkas yang sebelumnya menggunung, kini berangsur hilang berganti dengan timbulnya penat di kepala Vera. Wanita itu kembali memijit kepalanya yang terasa pening. Tiba-tiba saja pintu kantornya terbuka dan menampilkan Rani yang tengah tersenyum lebar sembari berjalan ke arah sahabatnya tersebut.

"Capek ya?" tanya Rani pada Vera, wanita itu memaksa senyumnya untuk Rani karena takut sahabatnya tersebut khawatir padanya. "Ya sudah, kan besok kita mau liburan di hotel."

Lagi-lagi ajakan ke hotel dilontarkan Rani pada Vera, entah kenapa wanita itu merasa aneh terhadap sahabatnya.

"Ya sudah, balik yuk," ajak Rani yang langsung membuat Vera beranjak dari kursinya.

Mereka berdua berjalan berdampingan untuk pergi ke parkiran. Tidak, mereka tidak menggunakan mobil yang sama. Vera dan Rani membawa mobil masing-masing. Namun, terparkir bersebelahan.

"Ya sudah, aku balik duluan ya," pamit Vera pada Rani. Sahabatnya tersebut hanya membalas dengan anggukan dan juga senyuman. Walau terasa asing. Namun, Vera tidak terlalu peduli.

Wanita itu langsung bergegas pergi meninggalkan tempat parkir perusahaannya.

"Iya, dia sudah aku ajak dan dia mau kok," ucap Rani pada seseorang di telepon.

"Good. Pastikan dia pergi, oke!"

"Iya, bawel." Dengan kasar Rani menutup sambungan telepon itu, dia kemudian mendengus kesal saat panggilan tersebut berakhir.

'Maaf ya, Ver.'















Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top