35

"Bunga?" tanya Rehan dengan wajah bingung.

"Iya, bunga. Kan bagus kalau gedung pernikahan kita diisi penuh dengan bunga."

"Tapi, Mbak ... ."

"Eh, jangan berantem lagi ya. Tolong, aku pusing denger kalian berantem," potong Rani sembari melerai kedua orang tersebut.

"Gini aja deh, kalian cari konsep sendiri-sendiri. Terus digabungin. Selesai deh," tawar Rani dengan semangat.

Dia tidak akan membiarkan sepasang calon suami istri itu bertengkar lagi. Di sisinya, Sam hanya mengangkat senyumnya disalah satu pipi. Dia tentu merasa geli karena pertengkaran Vera dan juga Rehan.

***

Cukup lama, kedua calon pengantin itu mencari konsep pernikahan yang mereka inginkan. Mungkin nyaris satu jam dan akhirnya kedua orang tersebut bisa memilih.

"Kami memilih konsep ini, Mbak," ucap Vera sembari menunjuk salah satu foto di dalam buku tersebut.

Konsep pernikahan dengan banyak bunga adalah pilihan mereka berdua.

Jelas, ini semua bukan keinginan Rehan melainkan keinginan calon istrinya . Dia harus rela mengikuti apa yang wanita itu mau.

"Seriusan?" tanya Rani dengan wajah bingung.

Vera mengangguk dengan semangat, "Bolehkan?" tanya wanita itu pada pria yang berada di sampingnya.

Tanpa penolakan pria itu mengangguk dengan cepat.

"Duh, kayanya bakal ada suami-suami takut istri nih," canda Rani yang langsung membuat orang-orang di sekitarnya tertawa.

Suasana pun berubah lebih semangat karena sejak tadi hanya ada pembicaraan serius di antara mereka.

***

Tepat hari minggu. Tiga bulan kemudian, Rehan dan Vera melangsungkan pernikahan mereka.

Mereka begitu terlihat menawan dengan pakaian pernikahan berwarna silver seperti yang mereka inginkan sejak awal.

Pernikahan tersebut berlangsung dengan hikmat. Ada banyak tamu yang kemudian datang untuk memberi selamat dan juga hadiah. Tentu keduanya tidak menolak. Namun, mereka bersyukur karena banyak orang yang mencintai mereka dan mau datang ke pernikahan mereka.

Syukurlah, kedua orang tua Rehan bisa hadir dalam pernikahan mereka. Di sisi lain, hanya Ayah Vera yang dapat hadir bersama keluarga barunya. Ibu Vera menolak untuk hadir, entah karena apa.

Wanita itu sedikit kecewa. Namun, kekecewaannya itu langsung dia tutupi karena dia tidak ingin sedih di hari bahagianya.

***

Satu persatu tamu naik ke atas panggung dan akhirnya seorang pria tua yang begitu Vera sayangi naik ke atas panggung untuk bertemu cucunya.

"Selamat ya, cucu kesayangan Kakek," ucap Kakek Vera setelah berdiri tepat di hadapan cucunya.

Vera tersenyum bahagia saat melihat kakeknya itu. Namun, matanya kemudian memerah karena ingin menangis.

"Hei, jangan menangis. Ini acara penting, jangan rusak riasanmu, Sayang," ucap Kakek Vera lagi.

Pria tua itu bahkan sudah menarik Vera ke dalam pelukannya.

"Selamat ya, Ver. Kakek selalu doakan agar pernikahan kalian diliputi kebahagiaan."

Ucapan tulus dari mulut sang kakek, berhasil membuat wanita itu menangis haru. Dia sudah tak sanggup menahan tangisan tersebut.

"Makasih ya, Kek," balas Vera. Wanita itu kemudian menghapus jejak air mata di pipinya.

Beralih pada Rehan, Kakek Vera juga memeluk suami cucunya itu.

"Tolong, jaga Vera dengan baik ya. Saya percayakan dia padamu," ucap Kakek Vera sembari mengelus punggung Rehan.

Pria itu kemudian mengangguk pasti, "Iya, Kek. Saya pasti akan jaga Vera selamanya. Kakek bisa percaya sama ucapan saya."

Tegas, itulah satu kata yang tepat untuk Rehan kini. Semakin lama, pria itu semakin terlihat dewasa bahkan jauh lebih dewasa dari umur dia sebenarnya.

***

Tidak butuh waktu lama, gedung pernikahan Vera dan Rehan itu menjadi sangat penuh. Ternyata, ada banyak tamu yang bersedia hadir di hari bahagia mereka berdua.

"Selamat ya," ucap Rani setelah naik ke atas panggung.

Wanita itu terlihat begitu semangat, padahal sebenarnya dia tidak perlu untuk naik panggung.

"Iya, makasih ya."

Kini kedua sahabat itu tengah saling berpelukan. Di samping mereka, Rehan dan Sam juga melakukan hal yang serupa

***

Para tamu yang hadir pun berangsur pergi meninggalkan para pekerja yang harus membersihkan gedung tersebut.

Sekarang sudah pukul sepuluh malam dan kini adalah waktunya sang pengantin baru untuk pulang.

Rasanya waktu berlalu dengan begitu cepat padahal acara pernikahan tadi berlangsung nyaris delapan jam.

Kini yang tersisa hanyalah penat di tubuh ke duanya bahkan sang pengantin wanita sekarang ini tengah duduk dengan kaki yang diluruskan.

Menggunakan heels sepanjang waktu memang cukup melelahkan, apalagi gaun yang dia pakai cukup berat.

"Capek ya, Mbak," ucap Rehan sembari memijat pelan kaki istrinya itu.

Kini mereka masih berada di kursi pengantin.

Vera hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Ya sudah, saya gendong sampai ke mobil ya," tawar Rehan. Namun, dengan cepat Vera menolak.

"Tidak, aku bisa jalan sendiri kok."

Jujur, bukannya wanita itu tidak mau. Namun, dia merasa malu karena kini berat tubuhnya bertambah. Iya, selama mengurus pernikahan wanita itu jarang berolahraga dan sering kali makan makanan yang manis.

"Nggak papa, Mbak. Biar saya gendong."

Rehan tidak menerima penolakan dan pria itu akhirnya menggendong Vera di depannya.

"Berat ya?" tanya Vera dengan pelan.

"Berat apanya?" tanya balik Rehan dengan polos.

Vera kemudian membuang pandangannya, "Badan saya."

Ucapan wanita itu berhasil membuat Rehan tertawa, dia akhirnya menyadari bahwa istrinya itu tidak mau digendong karena takut dia keberatan.

"Kok ketawa sih," ucap Vera dengan kesal. Wanita itu bahkan sudah memberikan wajah cemberutnya.

"Maaf, Mbak. Tapi, Mbak enggak berat kok."

"Beneran?" tanya Vera memastikan, pria yang menggendongnya pun mengangguk dengan cepat.

***

Keduanya kini telah sampai di hotel milik Vera, tempat itu akan menjadi tempat mereka tidur malam ini karena besok mereka akan pergi ke luar negeri untuk bulan madu.

"Hmm, Keluargamu sudah pulang?" tanya Vera pada Rehan.

Pria itu menghentikan kegiatannya untuk melepas kancing kemeja yang dia gunakan, kemudian tatapannya mengarah ke sang istri yang tengah duduk di atas kasur.

"Sudah," jawab pria itu dengan santai sembari melepaskan kemeja yang kancingnya sudah terbuka sepenuhnya.

Vera cukup terkejut dengan hal Itu sehingga akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke balkon kamarnya.

Pipinya kini terasa begitu hangat karena melihat tubuh bagian atas suaminya. Tubuh pria itu ternyata sangat sempurna, padahal dia jarang melakukan olahraga menurut Vera.

Tak lama kemudian, sebuah tangan melingkar di perut Vera. Wanita itu sedikit terlonjak karena kaget.

"Hmm, bagus ya pemandangannya, Ver."

"Ver?" tanya Vera dengan bingung. Namun, pria di belakangnya malah meletakkan kepalanya di bahu istrinya tersebut.

Lagi-lagi detak jantung Vera berdetak tak karuan. Tadi karena suaminya membuka kemeja, terus saat suaminya itu memeluknya dan kini saat suaminya itu meletakkan kepalanya di bahu milik Vera.

"Iya, Vera. Hmm, rasanya aneh ya, tapi kita harus biasain. Atau kamu mau dipanggil sayang?"

Pertanyaan Rehan tersebut berhasil membuat Vera kembali bersemu, wanita itu kini tengah tersenyum kecil karena malu.

"Hmm, kayanya kata 'saya' terlalu formal buat sepasang suami istri," jelas Rehan dengan santai. Pria itu tentu tidak tau bagaimana gugupnya Vera sekarang.

"Ver," panggil Rehan pada istrinya itu. Sejak tadi Vera tidak mengeluarkan suaranya.

Vera bergumam kecil sebagai jawaban.

"Nggak papa kan, kita seperti ini?" tanya Rehan yang segera dibalas anggukan kecil oleh istrinya.

"Hmm, aku boleh ngomong sesuatu?" tanya Vera dengan pelan.

"Boleh," jawab Rehan sembari mengeratkan pelukan, membuat keduanya menjadi lebih hangat.

"Hmm, makasih ya, sudah berjuang sampai saat ini. Aku tau aku masih jauh dari kata sempurna. Apalagi buat jadi istri kamu. Tapi, aku janji. Aku bakal berusaha buat jadi istri yang terbaik buat kamu," jelas Vera sembari mengelus tangan suaminya.

Rehan yang mendengar ucapan tulus dari istrinya itu pun, tak dapat menahan dirinya untuk mencium pipi Vera.

Wanita itu cukup terkejut. Namun, dia harus terbiasa dengan perlakuan manis dari suaminya.

"Iya, saya juga bakal berusaha buat jadi suami terbaik untuk kamu."

Keduanya mulai hanyut pada suasana malam yang indah, bahkan mereka bisa berlama-lama dengan kondisi seperti itu. Saling berpelukan sembari menatap langit malam.

"Re, makasih ya, sudah jadi pria yang tepat bagiku."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top