Anjas dan Zee

Zee pusing menghadapi sikap cemburuan pacarnya itu. Ia mengambil koper dan memasukan semua bajunya ke dalam koper.

"Kamu bisa ga sih,  ga tebar pesona ke semua pria?"

"Jelaskan! Letak dimana aku tebar pesona?"

Anjas menggerakkan tangannya. "Pertama setiap aku mengajakmu ke pertemuan,  kamu seolah akrab dengan semua klienku. Dan kedua kamu juga memperhatikan mereka seperti ingin mendalam lebih jauh."

"Astaga,  aku begitu memang aku orangnya suka ngobrol. Masa aku harus diam saja tidak melakukan apapun. Dan aku juga harus menutup mata gitu ketika bersama teman atau klien kamu."

"Ya! Kalau itu memang perlu. Atau mungkin kita ke dokter mata,  untuk mencabut matamu."

"Pria gila!" Teriak Zee,  ia menarik kopernya dan pergi keluar. "Lebih baik hubungan kita sampai di sini saja. Selamat tinggal pak Anjas."

"ZEEFAAAA!" Teriak Anjas,  sementara Zee cepat-cepat berlari ke luar rumah dan membawa kopernya masuk ke dalam mobil. Lalu pergi dengan kecepatan tinggi. Ia takut pria itu menyusulnya.

Ia bisa bernafas lega,  karena Anjas tidak mengejarnya dengan mobil lagi. Apalagi dia laki-laki. Bisa-bisa mobilnya di tabrak oleh pria itu. Ini kan mobil ke sayangan.

Zee pergi ke rumah mamah dan bapaknya. Di sana mereka akan menjaganya dari keganasan seorang Anjas. Tapi tidak menutup kemungkinan pria itu akan datang ke rumah orangtuanya dan memohon agat dirinya balikan lagi.

"Mamah bapak!" Teriak Zee ketika masuk ke rumah.

"Mbaaa!" Teriak adiknya yang bernama Nia.

"Niaaa.." Zee memeluk adik satu-satunya itu.

"Kenapa pulang ga bilang,  katanya mba sibuk kerja. Sampai-sampai ga bisa pulang ke rumah. Dan memilih kost dekat tempat kerja."

Zee menggaruk kepalanya yang tidak gatal,  itu adalah akal-akalan Anjas aja biar bisa berduaan dengannya. Jadi ia berpura-pura bekerja dan ngekost biar tidak jauh. Padahal ia hanya diam di rumah Anjas bagaikan ratu yang selalu mendapatkan uang tiap bulannya.

"Ya Nia,  tapi mba sekarang udah ga kerja ko. Mba udah resign,  dan sekarang mau di rumah aja sama Nia dan mamah bapak."

Nia menarik tangan Zee dan menyuruhnya duduk di sofa ruang tamu. Sementara mamah dan bapaknya terlihat diam saja ketika anaknya datang.

"Mah pak,  ko diam aja. Ga senang liat anaknya datang apa?"

"Biasa aja tuh."

Zee menampakan wajah cemberutnya. "Punya orangtua gini amat dah.. Anaknya pulang bukannya di sambut malah di cuekin kek bebek. Nasib-nasib."

"Kamu udah makan nduk?" Tanya mamahnya yang baru selesai membaca buku.

"Sudah mah. Aku cape mah mau tidur. Nia,  mba tidur dulu ya." Zee berdiri dan melangkah ke kamarnya.

"Tidur yang nyenyak nanti udah nikah kamu ga akan tidur di kamar itu lagi."

Langkah Zee terhenti dan berbalik menatap mamahnya yang kembali membaca buku. "Apa mah?"

"Kalau kamu udah nikah,  kamu ga akan tidur di situ lagi. Jadi puas-puasin tidur di sana."

"Siapa yang mau nikah mah? Orang aku udah putus sama Anjas."

"Oh ya? Kemarin Anjas ke sini menetapkan tanggal pernikahan bersama bapakmu. Dan kalian akan menikah minggu ini."

"Apa?! Lolucon macam apa ini. Astaga! Anjassss! Pria gila psikopat. Aku ga mau nikah mah,  lebih baik aku pergi aja." Zee kembali membawa kopernya dan keluar dari rumah menuju mobilnya yang sudah terparkir cantik di garasi.

Nia menyusul kakaknya yang berada di dalam mobil. "Mba,  please jangan pergi lagi. Aku sendirian di sini ga ada mba."

Zee membuka kaca mobilnya. "Nia sayang,  mba pergi cuman sebentar ko ga akan lama. Mba akan kembali saat semuanya sudah selesai."

"Tapi mbaa.."

"Dengar,  jadilah anak baik dan penurut ya. Byee." Zee menyalakan mesinnya dan pergi dari rumah orangtuanya. Yang ia fikir akan aman di rumah orangtua ternyata sama sekali tidak. Anjas sudah satu langkah di depan. Bahkan dia sudah merencanakan pernikahan mereka.

Memikirkan itu Zee jadi kesal,  ia menekan klakson beberapa kali sampai kendaraan di depannya marah.

"Anjasss gila!----brukkk" Mobil Zee menabrak pohon besar dan membuat mobilnya mengeluarkan asap. Kepalanya pun membentu kaca depan sehingga berdarah dan membuat pusing. Ia juga bingung kenapa bannya bisa oleng dan tidak terkendali.

Samar-sama Zee mendengar suara. "Kalau ga gini,  dia akan pergi. Jadi dengan cara menyebar paku banyak adalah solusinya biar dia menabrak pohon."

"Anjas." Zee pingsan dan langsung di bawa oleh Anjas. Ya dia adalah pelaku dari semua ini.

Anjas tau kalau Zee tidak bisa jauh dari orangtuanya. Maka dia akan datang ke rumah orangtuanya. Ia menyusul dan ketika di jalan. Dia di telepon oleh calon mertuanya itu kalau anaknya kabur alias Zee.

Dengan sengaja ia menebar paku di jalan sepi yang akan di lewati Zee. Dan di sana dia akan menabrak pohon karena semua bannya bocor.

♥♥♥

Zee terbangun di sebuah kamar asing. Melirik ke kanan dan ke kiri tidak ada siapapun di ruangan ini. Mencoba mencari hpnya. Tidak ada. Terakhir ia mendengar suara Anjas. Semua ini pasti ulah pria gila itu.

"Sore sayang,  akhirnya kamu bangun juga. Kita makan dan minum obat,  kamu boleh tidur lagi."

"Anjas ini udah keterlaluan. Kamu dalang dari semua ini bukan? Lepaskan aku dari sini."

"Silahkan kalau kamu bisa pergi."

Zee merasa tidak bisa menggerakan kakinya. "Kamu apakan kakiku! Kamu pasung?!" Ia kaget ketika membuka selimut.

"Ya sayang cuman sementara setelah kita menikah. Aku akan melepaskanmu. Karena kamu sudah menjadi milikku seutuhnya kala itu."

"Anjas Gila!!!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top