Part 46 - Kepergok!

"Harusnya Tiyo langsung taruh barangnya ke koper. Kalau gini mondar-mandir keburu ketinggalan pesawat," seru Aidan menggerutu.

Aidan memang sedari tadi meminta bantuan Tiyo untuk menyiapkan barangnya. Tapi karena Tiyo kelupaan membawa salah satu barang Aidan yang akan diberikan pada Gladys, akhirnya Aidan harus balik ke rumah sakit lagi untuk menunggu Tiyo datang kesini. Dan hal itu pasti menyita waktunya karena ia tak punya banyak waktu untuk dibuang.

Aidan tampak berjalan melewati lorong rumah sakit, sendirian membawa koper kecil yang tadi dibawakan oleh Tiyo. Ketika ia mempercepat jalannya agar sampai ke taman dan akan menunggu Tiyo disana, tiba-tiba seorang laki-laki paruh baya menabraknya dari lawan arah.

"Papa?"

"Aidan. Kamu ngapain bawa koper? Mau kemana?" tanya Sang Papa. Ternyata laki-laki itu adalah Papanya sendiri.

Sejujurnya Aidan bingung menjawab apa. Terlanjur ketangkap basah. Tapi sungguh, bukan Aidan ingin durhaka pada orang tuanya apalagi Mamanya. Dia ingin menemui Gladys karena ingin mencari tahu dari sisi Mama Gladys. Hanya itu saat ini satu-satunya kunci agar Aidan mengetahui permasalahannya.

Sungguh jika diberikan kesempatan, sejujurnya Aidan ingin mendapatkan pengakuan dari Mamanya sendiri. Tapi sampai saat ini Mamanya belum mau membuka matanya. Terlebih lagi Papanya. Sangat susah dikorek informasi. Lantas bagaimana Aidan bisa memperjuangkan cintanya? Aidan juga ingin masalah Mamanya dan orang tua Gladys saling akur tak ada yang mempermasalahkan masa lalu.

"Tadinya Aidan suruh Tiyo buat ambil baju yang banyak untuk diantar ke rumah sakit. Tapi malah dibawakan sekoper," seru Aidan berbohong.

Dokter Jefri sontak terkekeh mendengar ucapan anaknya, "Oh? Bisa-bisanya ya Tiyo," balasnya pelan.

"Papa sendiri mau kemana?" tanya Aidan balik.

"Ini Papa tadi ngurus biaya administrasi rumah sakit Mama," jawabnya pada Aidan. Hal itu yang membuat Aidan menganggukkan kepalanya.

Aidan tampak memicingkan kedua matanya ketika melihat raut wajah Papanya yang semakin menua. Dari wajah itu. Guratan-guratan tipis di wajah Papanya tampak sayu dan lelah. Sudah bisa ditebak, pasti Dokter Jefri tak tidur memikirkan masalah yang menimpa keluarganya.

"Pa, jangan lupa istirahat yang cukup!" seru Aidan.

"Kenapa?"

"Kantung mata Papa kelihatan banget kurang tidur. Papa jaga Mama di rumah sakit, juga kadang ada kerjaan banyak di rumah sakit buat urus pasien Papa. Papa jangan lupa istirahat!" balas Aidan yang membuat Papanya tersenyum tipis.

Dokter Jefri tampak menggeleng-gelengkan kepalanya. Sungguh, apa yang baru saja anaknya katakan memang benar. Beberapa hari ini dia memang mengorbankan waktu tidurnya untuk menjaga istri. Sampai-sampai, ia lupa menjaga kesehatannya sendiri.

"Gimana mau istirahat cukup, Dan! Mama kamu sampai hari ini masih belum bisa dipindah ke ruang rawat. Papa harus cari psikiater kemana lagi yang cocok buat Mama kamu kalau dia udah sembuh nanti?" tanyanya pada Aidan.

Sampai kapan masalah ini cepat selesai? Sudah pasti Papanya bakalan bingung di posisi ini. Terlebih lagi, usia Dokter Jefri juga tak muda. Banyak pikiran akan meningkatkan penurunan kesehatan juga bagi dirinya.

"Itu dipikir nanti. Yang penting Mama sadar dulu. Mama stabil dulu," seru Aidan menenangkan Papanya.

Ketika Aidan melihat sekeliling area lorong yang menghubungkan taman dan ruang ICU rumah sakit, ia tak sengaja melihat Selena tengah berbincang dengan Mamanya. Sontak dua kelopak mata Aidan memicing, "Ikut Aidan Pa!"

"Mau ngapain?" tanya Dokter Jefri.

Aidan tak menjawab. Hatinya tergerak ingin mendekat ke arah Selena. Sungguh, entah mengapa sejak dulu ia sama sekali tak suka jika keluarga Selena ikut campur masalah keluarganya. Terlebih lagi mengikat Dokter Jefri untuk terus bekerja sama dengan orang tua Selena.

Dari balik tembok, Aidan mengajak Papanya menguping apa yang dia dengar dari bibir Selena. Awalnya Dokter Jefri bingung apa yang dilakukan Aodan, tapi setelah tahu kode dari Aidan. Akhirnya Dokter Jefri tahu sendiri.

"Sebenernya mau bilang lebay tapi kok gimana gitu. Dikit-dikit masuk ruang ICU. Lemah banget menye-menye. Kok bisa dulu dapat Om Jefri?" seru Selena dari balik tembok yang ditempati Aidan. Dan sangat terdengar jelas di telinga Aidan apa yang baru saja Selena katakan.

"Yang dipikirin dia kenapa masa lalu terus? Lebay! Bener-bener lebay. Baru kali ini Selena tau ada orang selebay itu. Kalau bukan karena Aidan, Selena nggak terlalu suka sebenernya sama dia. Terlalu menye aja Tante Ayana. Kalo ngomong kadang suka kayak gimana gitu ekspresinya. Jadinya Selena males sendiri lihat wajahnya," ungkap Selena pada Mamanya.

"Hush!! Kamu kalau ngomong jangan kebiasaan keras-keras!" sahut Mamanya.

Selena menggeleng, "Nggak bukannya gitu. Ya Selena bingung aja. Mau seneng apa sedih. Harusnya di posisi ini hubungan Aidan sama Selena baik-baik aja. Tapi malah tetep berantakan terus," balasnya.

Tangan Selena tampak menepuk pundak Mamanya, "Tapi tau nggak, Ma? Tadi kan Selena sempet berkunjung ke ruang ICU. Wajah Tante Ayana agak kusem dikit. Flek hitam juga muncul dikit tadi Selena lihat," adunya ke Mamanya seraya tertawa pelan usai mengatakan kalimat itu.

Sontak Mamanya pun tertawa mendengar ucapan anaknya. Kepalanya lantas menggeleng sebelum membalas ucapan anaknya, "Kamu tuh ada aja. Ya namanya orang sakit, pengaruh obat, ya mana ada yang terawat. Anak Mama ini!"

Cubitan dari jemari Mamanya membuat Selena meringis kesakitan, "Mama sakit ih! Emang bener kan? Mama juga tadi lihat kan? Selena tadi sebenernya rada jijik Ma pas lihat. Kayak orang nggak pernah mandi setahun. Jelek banget!"

Tawa Mamanya meledak ketika mendengar ucapan Selena lagi, "Besok kalau stabil, Bu Ayana mau dipindah ke ruang rawat."

"Kok cepet banget Ma stabilnya?" tanya Selena.

"Ditangani Om Andi. Ya sebagai calon besan, Mama berikan yang terbaik dong! Papa juga udah kasih fasilitas bagus buat istrinya Dokter Jefri. Kurang apa kita? Gitu aja masih nggak terima anaknya kalau kamu deketin," ucap Mama Selena.

"Bener-bener nggak bersyukur Aidan—"

Ucapan Mama Selena yang baru setengah kalimat yang terlontar tiba-tiba dipotonh oleh Aidan, "Saya nggak butuh dikasihani kalian!"

"Bisa-bisanya hina istri saya di belakang saya," tambah Dokter Jefri yang geram pada dua perempuan itu karena telah mengolok-olok istrinya yang tengah kritis.

Saking kesalnya Dokter Jefri ingin menampar keduanya. Tapi tangannya yang mengepal itu tiba-tiba ditahan oleh Aidan, "Udah Pa! Mending cabut aja apapun yang berhubungan sama bantuan mereka. Kita bisa cari sendiri untuk kebaikan Mama. Aidan udah dari dulu nggak terlalu suka keluarga mereka."

"Dokter Jefri. Ini ... Saya ...."

"Biadab, orang lagi kena masalah bukannya bantu dengan tulus malah injak-injak harga diri istri saya!" bentak Dokter Jefri pada keduanya.

Begitupun juga dengan Aidan. Rasa ketidakpercayaan terhadap keluarga Selena benar-benar menguat di hati Aidan saat ini. Aidan geram karena Mamanya telah dihina orang yang tidak bertanggung jawab.

"Saya dan keluarga saya nggak butuh bantuan kalian!" tegas Aidan dengan sorot mata tajamnya.

Aidan lantas menarik tangan Papanya untuk diajak pergi dari dua wanita ular itu. Papanya menoleh ke arah Aidan dan berkata, "Biar nanti Papa yang urus. Kamu tolong jaga Mama dulu! Papa mau minta izin urus surat rujukan ke rumah sakit lain buat Mama. Masih banyak tim medis yang mau bantu kita. Bukan cuma mereka aja," seru Papanya.

Saat keduanya tengah berjalan melewati koridor. Ucapan Dokter Jefri yang akan terlontar lagi. Tiba-tiba terhenti karena telinganya mendengar sebuah pembicaraan dari dua perawat yang berjalan melaluinya.

"Gimana ini keluarganya belum ada yang di ICU. Tapi pasien udah meninggal lima menit yang lalu kata Ners Anita yang jaga di ICU," seru salah satu perawat itu.

Sedangkan salah satunya juga menyahut ucapan itu, "Keluarganya belum sempat dihubungi soalnya tadi ada salah satu keluarganya, seorang perempuan hamil yang jenguk pasien itu di ICU. Tapi sekarang kayaknya lagi keluar bentar dan nggak tau kalau keluarganya meninggal. Ini mau persiapan lepas alat-alatnya tapi nunggu keluarganya datang."

"Mama ...."

"Ayana!"

Bersambung ....

Kaburr ahhh!! Satu persatu udah aku ungkap ya wkwkwk kemungkinan dikit lagi selesai. See you ....

Menurut kamu Mama Ayana meninggal gak? 🤣😭

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top