Part 39 - Penyelamat?

Degup jantung Gladys berpacu tak karuan karena stir Aidan hampir oleng menabrak anak kecil yang menyebrang. Aidan teledor. Dia sama sekali tak melihat ada anak kecil yang tiba-tiba menyebrang tadi. Untung saja kaki Aidan spontan menginjak rem, "Kamu bikin jantungan!" omel Gladys pada kekasihnya.

Gladys tak terima. Dia memberi pelajaran pada kekasihnya itu dengan menghujani cubitan keras di seluruh tubuh Aidan sampai laki-laki itu meringis kesakitan, "Aduh ... Arrgghh sakit ... sakit!"

"Kalau nyetir yang bener, Mas! Kalau kamu ulangi lagi. Aku nggak mau naik mobil kamu," ancam Gladys yang merengut usai Aidan kelewat teledor. Salah sendiri tak benar-benar fokus saat menyetir.

"Itu tadi anak kecil main nyebrang aja sembarangan. Jadinya mau nggak mau aku banting stir biar nggak kena dia," balas Aidan.

Walaupun karena unsur ketidaksengajaan. Tapi Gladys tetap mengomeli Aidan sampai laki-laki itu menyerah dan mengakui kesalahannya, "Ya walaupun kamu tadi nggak tau ada anak kecil seenggaknya fokus, jangan kayak tadi!" omel Gladys lagi.

Mungkin jika mereka ditakdirkan untuk menikah, sepertinya jika dilihat dari insiden tadi, Aidan yang sering dimarahi Gladys karena terkadang teledor. Dan Aidan mungkin tipikal suami-suami takut istri karena tak bisa hidup tanpa Gladys. Itu mungkin jika mereka ditakdirkan menikah. Jika tidak?

"Aku minta maaf," Aidan kembali mengambil tangan kekasihnya untuk ia cium. Punggung tangan perempuan itu hangat tersentuh oleh jemari Aidan.

"Gimana? Dimaafkan?" tanya Aidan pelan pada Gladys.

"Awas kalau ugal-ugalan lagi!" ancam Gladys saat Aidan berusaha meminta maaf padanya. Dan akhirnya perempuan itu memaafkan juga kesalahan kekasihnya.

Pandangan Gladys tak sengaja menatap anak kecil yang tengah menyebrang jalan dituntun oleh seorang pengasuhnya, "Zio?"

"Jangan-jangan yang hampir kamu tabrak tadi Zio, Mas?" tanya Gladys yang baru sadar jika anak kecil itu adalah Zio. Aidan sendiri juga bodoh baru sadar jika dirinya hampir menabrak keponakannya sendiri.

Gladys sontak turun dari mobil Aidan disusul Aidan yang juga turun dari mobilnya. Tangan Gladys merenggang berlari akan memeluk Zio, "Zio!" panggilnya sampai laki-laki kecil itu menoleh.

"Miss Gladys? Zio tadi mau ketablak," adunya pelan pada Gladys.

Tangan Gladys lebih mengerat memeluk laki-laki kecil itu, "Nggak papa. Zio baik-baik aja kan?" tanyanya yang dibalas Zio dengan anggukan pelan membuat Gladys sedikit lega.

Aidan terlihat ikut berjongkok mensejajarkan duduknya dengan Gladys. Tangan kanannya mengusap pelan kepala Zio sebelum bibirnya terucap, "Jagoan Om! Maaf ya tadi Om yang hampir nabrak kamu. Zio nggak papa kan?"

Zio menggeleng. Dan hal itu membuat Aidan mengarahkan pandangannya ke arah pengasuh baru Zio, "Bi Tari? Ini Zio sendirian? Mana Aviola sama Mas Bagas?" tanyanya pada Bi Tari.

"Kebetulan tadi Zio ikut Bibi mau ke mini market, Mas Aidan! Jadi Bibi ajak aja. Udah izin Bu Aviola sama Pak Bagaskara," jawab pengasuh Zio.

Memang Aidan merasa bersalah. Untung saja dia membanting stir ke kanan dan tak ada kendaraan lain yang menghantam mobilnya. Jika keteledorannya ini berujung fatal. Masih sanggupkan Aidan menyaksikan penyesalan dalam dirinya?

"Maaf ya, Bi? Tadi Aidan nggak sengaja. Sama sekali nggak tau kalau Zio mau nyebrang," seru Aidan pada Bi Tari.

Perempuan setengah paruh baya itu mengangguk sembari tersenyum, "Iya Mas Aidan, saya ngerti kok! Nggak papa."

"Bi Tari pulang aja. Biar Zio, Aidan yang bawa jalan-jalan," seru Aidan seraya menggendong keponakannya itu sebelum mengajak keponakannya pergi dengannya.

"Oh gitu, boleh Mas!" balas Pengasuh Zio.

Sebelum Aidan meninggalkan pengasuh dan sopir Zio, Aidan bertanya terlebih dahulu ke arah keponakannya, "Mau ikut Om sama Miss Gladys?"

"Mau," sahut Zio. Apapun tentang Gladys pasti dia menurut. Untungnya sekarang guru lesnya itu adalah tambatan hati pamannya. Makin mudah bertemu tak ada hambatan lain.

"Sama Miss Gladys juga kan?" tanya Zio memastikan lagi takut Omnya bohong.

"Iya dong! Tapi ada syaratnya," ucap Aidan yang melirik sekilas ke arah Gladys dengan maksud lain.

Zio mengerutkan dahinya, "Apa?"

"Panggil dia Aunty dulu baru nanti ikut Om Aidan," perintah Aidan sembari menunjuk Gladys dengan bantuan tangan mungil milik Zio. Ada-ada saja Om yang satu ini ingin dideklarasikan sebagai satu-satunya milik Gladys.

"Aunty?" tanya Zio ragu.

Aidan mengangguk cepat karena berhasil mengajari keponakannya, "Iya. Jangan panggil Miss Gladys lagi, dia bukan guru kamu. Biar keren panggil Aunty," titahnya.

Melihat interaksi paman dan keponakan yang sangat aneh di depannya, Gladys hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Terlebih lagi, sikap Aidan membuatnya mengelus dada. Belum menikah sepenuhnya sudah request keponakannya harus mengubah panggilan.

"Aku mau ajak kamu ke suatu tempat. Ayo!" ajak Aidan yang mulai menarik tangan Gladys untuk ikut masuk mobil dengannya lagi.

"Kemana?" tanya perempuan itu..

"Fitting baju. Sekalian ngajak bocil juga," balas Aidan dengan senyum yang merekah. Akhirnya ada di posisi ini juga.

"Tanggalnya kan belum pasti, Mas! Kok buru-buru fitting baju?" Gladys menghentikan langkahnya ketika sampai di mobil Aidan, dia ingin mengambil alih Zio dalam gendongan Aidan. Karena tak mungkin Aidan yang menyetir tapi dia yang gendong Zio.

Tangan laki-laki itu mengacak-acak surai hitam milik Gladys bergantian juga dia mengacak-acak rambut Zio, "Nggak ada salahnya kesana. Cuma survey aja barangkali ada yang cocok buat kita."

"Deket dari jalan ini tempatnya. Ayo sama Zio!" ajak Aidan dan mengisyaratkan Gladys untuk segera masuk ke dalam mobilnya.

"Ya udah," sahut Gladys yang menurut. Dia segera masuk ke dalam mobil Aidan karena titah dari kekasihnya yang sudah masuk ke dalam mobil lebih dulu.

Aidan mengemudikan mobilnya dengan laju tak begitu cepat. Dia menikmati kebersamaanya dengan Gladys. Sesekali menggengam tangan Gladys yang tengah memangku Zio.

Tak berlangsung lama, mobil itu akhirnya terparkir di sebuah butik pengantin. Aidan sengaja msmbawa Gladys ke tempat itu untuk melakukan fitting baju pengantin walaupun tanggalnya belum ditentukan pasti. Setidaknya ada gambaran.

"Om Aidan mau beli baju olang menikah?" tanya Zio saat dia tahu sepasang patung yang mengenakan baju pengantin.

"Iya," balas Aidan.

"Zio mau juga," sahutnya yang sontak dibalas Gladys dan Aidan dengan tawa pelan.

"Ayo!" Aidan lagi-lagi menarik tangan Gladys yang menggendong Zio. Bak anak kecil yang tak sabar masuk, Aidan mempercepat langkahnya. Sesekali menawari Gladys untuk menggantikan menggendong Zio agar kekasihnya itu tak keberatan.

"Dokter Aidan selamat datang!" ucap salah satu pelanggan yang ada di butik itu. Pelanggan itu tahu Aidan karena butik itu pernah didatangi Bu Ayan dan Aidan dulu saat pernikahan Aviola.

Aidan tersenyum ramah pada perempuan itu, "Kak Salma, saya minta disiapkan gaun terbaik untuk istri saya ini ... Maksud saya calon istri," seru Aidan tertawa.

"Gimana? Jadinya tanggal berapa? Ini calonnya?" tanya perempuan itu pada Aidan.

Senyum Aidan tak surut tenggelam. Masih terjaga dari bibirnya, "Iya ini dia. Belum direncanakan tanggalnya. Cuma sebelum itu, boleh lihat-lihat dulu? Nanti kalau misal belum cocok sama gaunnya. Calon istri saya boleh minta didesainkan khusus?"

"Boleh banget, ayo kesana!" Karyawan butik itu mengisyaratkan Gladys dan Aidan untuk memilih gaun mana yang disuka. Beberapa gaun terjejer di setiap sudutnya sampai Gladys bingung memilihnya.

"Sana!" titah Aidan. Dia meminta Gladys mengikuti arah jalan karyawan itu tapi dirinya masih mematung di tempat.

"Sama kamu," seru Gladys yang meminta untuk ditemani tapi Aidan menggeleng.

"Tuxedoku menyesuaikan sama gaun kamu. Kamu dulu aja yang milih nanti aku menyesuaikan," sahut laki-laki itu.

Tangan Aidan lantas mengangkat tubuh Zio untuk ia gendong kembali sembari memperhatikan Gladys yang mulai memilah-milah gaun pengantin, "Anak jagoan! Aunty biar milih gaunnya dulu, Kita tunggu disana ya?"

Zio mengangguk. Tangannya mengerat pelan di leher Aidan sebagai tumpuan saat ia digendong. Dan Aidan mengajak Zio menunggu kekasihnya di sebuah sofa. Sembari sedikit bermain dengan Zio disana, kini Aidan tersenyum lagi.

Tak ia sangka sebelumnya, jika dia tak sungguh-sungguh berniat dengan pernikahan, Aidan tak akan sampai di posisi ini dengan Gladys. Dan kali ini apakah sebentar lagi akan sampai ke jenjang pernikahan? Atau ....

"Mas Aidan," panggil Gladys saat dirinya selesai menjajal gaun putih yang sangat elegan ia kenakan.

Sungguh, Aidan dibuat menganga melihat penampilan Gladys yang menjajal gaun itu. Ternyata selera kekasihnya patut diacungi jempol. Betapa indahnya jika dipasangkan dengan tuxedonya nanti?

"Gimana?" tanya Gladys pelan, sedikit tak percaya diri dengan gaun yang ia kenakan sampai dia mendengar apa yang Aidan ucapkan kepadanya, "Bidadari secantik ini ternyata sebentar lagi menikah denganku," seru Aidan.

Sungguh karena rasa kagumnya teramat tinggi pada kekasihnya, Aidan sampai berlebihan memuji, "Kamu jangan kebanyakan kumpul sama Azka, Mas! Jadi begini, jamet banget gombal mulu," cibir Gladys yang sontak membuat Aidan terkekeh karena kekasihnya tak mau digombali.

"Kamu cantik," puji Aidan lagi pelan. Kali ini pujian kekasihnya membuat perempuan itu menyemburkan rona merah di pipinya.

"Lengannya nggak kegedean kan?" tanya Gladys.

Aidan menggeleng saat menjawabnya. Bibirnya masih tersenyum dan netranya terfokus pada penampilan Gladys yang membuat tak bisa berkata-kata lagi saking cantik di matanya saat ini, "Pas!"

"Om," panggil Zio.

"Hm?"

"Adek bayi Zio udah mau kelual," serunya pada Aidan.

"Oh iya? Zio seneng?"

Anak kecil itu mengangguk, "Zio mau punya adik bayi."

"Kata Mama kalau nanti udah besal kalau menikah punya adik bayi. Belalti Om Aidan sama Aunty nanti punya adik bayi juga?" tanya anak kecil itu pada Aidan, menanggapi kalimat keponakannya Aidan sontak terkekeh.

"Tanya aja itu sama Aunty kamu. Jangan tanya Om Aidan. Om Aidan nggak tau jawabannya. Yang tau Aunty," seru Aidan sengaja melempar jawabannya untuk dijawab Gladys.

"Aunty, nanti punya adik bayi sama Om Aidan?" tanya laki-laki kecil itu dengan polosnya.

Bingung menjawabnya dengan kalimat apa, Gladys sontak mencubit lengan Aidan karena gara-gara Aidan dia tak bisa menjawab asal ke arah Zio, takut salah bicara, "Kamu ngomong apa sih ke Zio sampai nanyanya jauh banget. Nikah aja belum udah ditagih adik bayi," bisiknya ke Aidan sembari mencubit.

"Dia sendiri yang nanya," ujar Aidan membisikkan balik kalimat itu dengan tawa yang tak bisa dibendung.

"Zio, bukan cuma Om sama Aunty yang nanti—"

"Aidan," Kalimat Gladys yang terucap dari bibirnya seketika tercekat saat nama kekasihnya dipanggil oleh seorang perempuan. Sontak Gladys ikut menoleh ke perempuan itu memastikan siapa yang memanggilnya.

Bersambung .....

2 part lagi kita siapin golok, terus 8 Part lagi ending ya gaesss!!!! See you wkwkwk

ELAH WATTPAD KEMARIN AIDAN RANK 2 ROMAN SEKARANG UDAH TURUN AJE WKWKW

HABIS INI RAFI (MEDINA IN MADINAH) JUGA UPDATE. YOK KEPOIN LAPAK SEBELAH UPDATE TIAP HARI, INI RAFI MAU ENDING, Terus disusul Aidan ending terus Aviola muncul. Stay tune yang belum follow follow yukkkk sama baca vote komen.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top