Sebuah Ajakan

"Shaw, jadilah pacarku."

Tiga kata tersebut dilontarkan sang gadis tanpa rasa bersalah. Matanya masih fokus melihat lini masa pada sosial media yang ramai membicarakan suatu tagar.

Shaw mengangkat kepala, gim daring yang ia mainkan berakhir dengan kekalahan. Akan tetapi, itu bukan sesuatu yang harus dikeluhkan saat ini. Perkataan (name) jauh lebih penting ketimbang peringkatnya yang turun akibat dibunuh musuh. 

"Apa maksudmu? Bukankah kau menyukai kakakku?" Shaw menanggapi, berusaha menyembunyikan rasa bahagia karena tawaran mendadak itu.

(Name) terdiam beberapa saat, menatap ponsel dengan nanar. "Kau tahu, ya?"

Pemuda berusia dua puluh tahun itu mengulas senyum masam, mematikan gim yang masih berjalan. "Kenapa tiba-tiba mengajakku seperti itu?"

(Name) menunjukkan gambar yang diunggah Gavin tadi pagi, tampak seorang perempuan berambut cokelat dengan senyum cerah menghias wajahmu. "Kakakmu...." Tangan gadis itu sedikit gemetar.

Shaw merebut ponsel di genggaman (name), memblokir sosial media milik sang kakak. "Yang seperti ini tidak perlu dilihat."

(Name) menunduk. Sudah tiga tahun perasaannya kepada Gavin tidak berbalas. Alih-alih diterima, semua pengakuan sang gadis diabaikan begitu saja, bagai angin lalu. Kemudian, beberapa hari kemudian Gavin mengunggah foto seorang perempuan--kekasihnya.

"Lalu, tujuanmu apa mengajakku berpacaran?" Pemuda itu meletakkan ponsel (name) di meja, masih melarang gadis itu menyentuhnya.

(Name) memilin ujung rambut. "Ingin membalas dendam," ujarnya, menahan rasa sakit yang menekan dada.

Tiga menit berlalu, Shaw tak kunjung memberikan jawaban. Matanya terpejam, seolah sedang memikirkan sesuatu.

"Tidak perlu seperti kekasih sungguhan, kok. Cukup mengunggah foto di sosial media dan melakukan hal-hal kecil lainnya." (Name) meyakinkan.

Shaw menghela napas. "Baiklah."

"Terima kasih, Shaw!" (Name) meraih jemari sahabatnya itu, mengulas senyum bahagia di wajah. "Aku ingin Gavin melihatku bahagia, bahkan tanpa dirinya! Meskipun sakit, tetapi aku harus terlihat bahagia di depannya." Ia menuturkan setiap kalimat dengan antusias.

Shaw mengacak rambut (name) perlahan. "Sebagai gantinya, kau harus traktir aku, ya."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top