Prepossess - 15

Yang kupikirkan adalah takut terjatuh dan berantakan lagi
Tapi yang kulakukan malah memberimu hati
Seperti saat kita berjarak, ada inginku untuk terus melihat
Bersama tangan yang tak lagi hangat

🔥
🎼 Tori Kelly - All In My Head🎼
Selamat membaca 😘💜💜💜

🔥

Sepertinya Bella menghabiskan beberapa menit lebih lama menatap pintu apartemen yang ditutup oleh Romeo sebelumnya. Bella menyisir rambut dengan jari dan merenggutnya frustasi.

"Apa-apan itu tadi?!"

Bella berjengit, berbalik cepat hingga kepalanya pusing dan memegangi dada akibat sebuah suara yang muncul tiba-tiba.

"Oh, kau terkejut?"

"Aku hampir mati!"

"Aku yakin begitu," Sandra berlutut di sofa sembari menopang dagu menatapnya. "Tapi alasan kematianmu tentu bukan karena kehadiranku, melainkan tatapan Romeo tadi yang seperti ingin memakanmu."

Tidak ada yang salah dari pernyataan Sandra dan itu membuat Bella segera memunggungi sahabatnya untuk menggantung jaket dan tas. "Kau tidak bilang akan datang."

"Joseph tengah berkumpul bersama teman-temannya. Dan aku juga harus mengurus temanku."

"Kau masuk dengan kunci cadangan?" Bella mengambil botol air di dalam kulkas dan tegukan pertama menyadarkannya seberapa haus dirinya.

"Ya. Dan aku menunggumu di kamar. Dan mendengar suara ribut di luar. Dan bergegas berlari masuk ke kamar lagi karena aku tidak ingin mengganggu."

Bella menyumpal mulutnya dengan botol air.

"Oke, cukup untuk pengalihan pembicaraan payahmu. Kemarilah, sahabatku." Sandra dengan senyum hampir menyerupai Joker itu memanggilnya. "Aku melihat semuanya. Aku tadi mengintip di pintu. Romeo membanting Robert seperti sampah dan itu membuatku ingin melompat untuk membantunya."

"Kurasa Romeo berlebihan,"

"Tidak. Maaf saja aku berpihak pada Romeo untuk itu."

Bella memutar matanya sebelum menghempaskan diri di sofa kosong di samping Sandra.

"Apakah sangat melelahkan menghadapi laki-laki memesona yang ingin dekat denganmu tapi melarangmu jatuh cinta padanya?" Sandra memang tidak pernah berbasa-basi.

"Bagaimana menurutmu?"

"Sebelum mendengar pendapatmu, bagaimana denganmu?"

"Aku sama sekali tidak mengerti," Bella memijat dahi. "Aku tahu dia tidak ingin berkomitmen. Dia yang mengatakannya sendiri padaku. Lalu tiba-tiba membelaku di depan Robert. Lalu mengatakan ingin dekat denganku, tapi tidak boleh jatuh cinta. Bukankah itu jelas hanya permainan?"

Sandra mengangguk.

"Apakah ini semua benar?"

"Tergantung bagaimana kau ingin mempercayainya," Sandra menarik bahu Bella sehingga mereka kini berhadapan. "Katakan padaku bagaimana perasaanmu tentang semua itu?"

Bella mengerjap. "Semua itu yang mana? Ada banyak hal yang terjadi dalam hidupku belakangan ini."

"Tentangmu terhadap Romeo. Astaga kau sangat lamban dalam membahas asmara!"

"Aku..." Bella terlalu bingung untuk menjelaskan. Jika ditarik kesimpulan, ia hanya terus berdebar jika berdekatan dengan laki-laki itu. "Dia membuatku bingung."

"Kau ingin dekat dengannya?"

Bella tidak menemukan jawaban untuk itu.

"Atau kau ingin Romeo menjauhi hidupmu?"

Bella juga tidak menemukan jawaban untuk yang satu itu.

"Begini, ini adalah apa yang kudengar tadi. Romeo seperti sedang menawarkan dirinya padamu. Laki-laki itu seolah rela menjadi pelampiasanmu,"

"Aku tidak butuh pelampiasan."

"Dengarkan aku dulu," Sandra menyibak rambutnya ke belakang bahu. "Aku pernah menganggap bahwa obat patah hati adalah dengan jatuh cinta lagi. Tapi kalau saat ini kau masih bingung, atau katakan saja kau belum menyukai siapa pun, kenapa kau tidak mengambil kesempatan untuk mendapat perhatian dari seseorang yang peduli padamu."

"Dari mana kau tahu Romeo peduli?"

"Untuk apa dia memukul Robert? Dia bahkan mengobati memarmu yang tidak seberapa ini."

"Sandra, berhenti bicara berbelit-belit."

"Maksudku, sepanjang yang kutahu, Romeo adalah laki-laki paling diminati oleh banyak wanita. Dan dia menawarkan hubungan tanpa status yang menggiurkan. Kalau dia ingin bermain, kenapa kau tidak bisa ikut bermain dengannya?"

"Kau ingin aku menjadi mainannya?"

"Sejauh ini, justru Romeo yang ingin menjadi mainanmu. Dia bahkan ingin melakukan apa saja untukmu, Bella. Yang kau perlu lakukan hanya jangan sampai jatuh cinta."

Sandra menyipitkan mata. "Atau jangan-jangan sudah?"

"Kau akan tidur di sini malam ini?" Bella mengalihkan topik dengan pertanyaan.

"Ya, aku membawa baju," Sandra menatapnya. "Bella, jangan terlalu keras pada dirimu. Biarkan semuanya berjalan dengan semestinya. Aku sangat senang akhirnya kau benar-benar membuang Robert dari hidupmu. Tapi aku juga ingin kau bisa menikmati hidupmu selanjutnya."

"Aku sudah melupakan Robert sejak lama."

"Dan apa yang kau lakukan di kehidupan sebelumnya sehingga bisa mendapatkan seorang laki-laki sepanas Romeo?!!"

"Sandra!" Bella melepaskan pelukan mereka. "Pelankan suaramu."

Sandra tergelak. "Kau harus menerima tawaran Romeo! Sekarang ini tidak ada lagi laki-laki yang berani mengaku ingin mendekati seorang wanita dengan terang-terangan. Laki-laki yang tahu apa yang diinginkannya, bukankah itu terdengar sangat jantan?"

"Biar aku ingatkan bagaimana kau melarangku berurusan dengan Romeo tempo hari."

Sandra meringis. "Aku sudah melakukan satu-satunya hal yang aku benci yaitu menjilat ludah sendiri. Lupakan jika aku pernah mengatakan itu. Melihat Romeo melindungimu dari Robert mematahkan semua tanggapanku. Lagipula waktu itu aku tidak tahu Romeo bisa bicara."

"Tapi baginya... ini hanya permainan."

"Lalu? Selama kau tidak mencintainya, maka bermain dengan Romeo pasti memuaskan."

🔥

Atas kebaikan hati Ronald, kamar ganti pegawai kini dirubah menjadi lebih besar sehingga dapat disekat menjadi dua. Itu melegakan Bella karena ruang ganti khusus wanita itu tidak membuatnya harus pergi ke kamar mandi hanya untuk berganti seragam kafe.

Ada sebuah cermin seukuran badan yang cukup mengejutkan setelah sebelumnya tidak ada cermin di tempat itu. Lalu lemari berwarna hitam kecoklatan lebih tinggi dari badannya menempel ke dinding.

"Aku berterima kasih dan merasa tidak enak karena kau harus mengeluarkan biaya untuk membuat ruang ganti tambahan." Kata Bella ketika Ronald masuk ke dapur untuk meminta kuenya karena lapar.

"Tidak masalah. Dan ini kukatakan bukan karena kau memberiku kue. Lagipula harus kukatakan pendapatan kafe bulan ini meningkat."

"Sungguh?"

Ronald mengangguk dengan mulut penuh. "Jika sebelumnya kafe ini hanya mengandalkan wajah Romeo untuk menarik pelanggan, sekarang ada kue buatanmu yang selalu habis di etalase."

Bella tidak bisa lebih senang lagi mendengar itu. Ronald kembali ke depan setelah membawa kue kedua di tangan. Di jam menuju siang memang tidak terlalu banyak pelanggan. Bella sudah memanggang banyak kue dan ia bisa menghemat waktu agar nanti tidak kelabakan.

Tidak berapa lama pintu penghubung kembali terbuka. Yang membuat Bella terdiam, bahkan Jack sampai menoleh.

"Apakah tidak ada yang perlu dilayani?" Tanya Jack yang baru selesai mencuci.

Romeo menggeleng, masih berdiri menatap Bella. Jack terlihat bingung ketika tidak ada lagi yang bicara, dan melihat mereka berdua bergantian.

Bella merasa harus bertindak. "K-kau butuh sesuatu?" tanyanya.

"Berikan aku kue." Kata Romeo.

"Kue?" Jack terlihat tidak percaya, dan kekehan mengikuti setelahnya. "Kau baik-baik saja?" Jack masih menahan senyum saat berbalik menuju pintu belakang dengan rokok di tangan.

"Mau kue yang mana?"

"Yang tadi kau berikan pada Ronald."

Bella segera mengambil sepotong Chocolate Triple Cake dan meletakkannya di piring kecil. "Kau suka cokelat?"

"Lumayan."

Bella menyodorkan piring ke hadapan Romeo. "Kalau begitu kau pasti akan menyukai ini."

Saat ia kira Romeo akan membawa kue itu ke depan, laki-laki itu malah duduk dan memperhatikan kue cokelatnya. "Tidak akan lebih dari bagaimana aku menyukaimu."

o-oh. Tentang tawaran itu. Mungkin maksud laki-laki itu menyukai berdekatan dengannya.

"Apakah mantanmu kembali mengganggu?"

"Ha?" Oleh bagaimana Romeo mengganti topik dengan begitu mudah, membuat Bella merasa sedang berada di roller coster. "Ah, tidak. Kurasa dia sudah mengerti."

"Kurasa tidak," Romeo memakan sepotong kecil kue cokelat. "Maukah kau memberitahuku jika dia kembali datang?"

"Aku... tidak ingin merepotkanmu."

Tepat di sana Romeo mengangkat wajah untuk menatapnya. Laki-laki itu lalu berdiri membawa kue cokelat di satu tangan bersamaan dengan tangan lain mengeluarkan kertas dari saku apron dan menyodorkannya ke hadapan Bella.

"Ini nomorku. Gunakanlah untuk merepotkan kekasihmu."

Tapi tidak ada cinta.

Kalimat-kalimat Sandra di malam sebelumnya, yang sedari tadi mendesak di kepalanya membuat Bella menarik lengan kemeja Romeo. Menahan laki-laki itu untuknya.

"Ada apa, Bella?"

"Jika kau tidak keberatan, a-aku ingin membuatkanmu kue cokelat," Bella merasa suaranya semakin pelan. Sedikit berharap untuk Romeo tidak mendengarnya yang mana itu adalah konyol. "M-maukah kau datang besok...ke tempatku?"

Ketika kalimat itu lolos darinya, Bella merasa suhu di tempat itu lebih panas dari sebelumnya. Atau itu justru hanya berasal dari wajahnya.

Romeo memutar tangan hingga tarikan Bella tadi di lengan laki-laki itu terlepas. Membuat tangan Bella jatuh di genggaman Romeo. "Aku senang kau bertanya, Bella." Romeo menarik tangannya naik. "Boleh aku mengecup punggung tanganmu?"

Bella mengerjap cepat, juga napasnya yang tertahan singkat. "K-kenapa kau menginginkannya?"

"Karena kau sangat manis." Setelah mengatakan itu Romeo menundukkan kepalanya lalu mengecup punggung tangan Bella.

Hal itu membuat Bella menarik tangannya cepat, terkejut atas sengatan yang ia rasakan. Ia masih bisa merasakan bibir Romeo di punggung tangannya, juga hangat napas laki-laki itu yang menerpa.

Romeo kembali menghadapnya. "Dan juga," laki-laki itu mengangkat piring berisi kue. "Ini hanya alasan. Karena keinginan untuk melihatmu terlalu sulit kutangani."

Jika Romeo melarangnya jatuh cinta, maka Bella akan membuat laki-laki itu mencintainya.

🔥

Haloo... selamat pagiii

Aku menulis ini hampir semalaman, dari jam 10.00 pas Noah bobo, sampai sekarang jam 04.20 pagi. 😁
Aku bakal sedih banget kalau nggak di vote dan komen yang banyak 🤣🤣🤣

Yeayy akhirnya aku nggak update bulan depan.... terima kasih doa-doa dari kalian. Semoga kamu-kamu semua tetap setia menunggu ceritaku, ya.

Dan juga semoga kamu dan leluarga tetap sehat dan bahagia. Bisa berkumpul bersama dalam tawa.

Kayaknya kalo lebih panjang dari ini catatannya bakal ngawir karena aku udah ngantuk banbet wkwkw

Sekali lagi terima kasih sudah menbaca...
Luvvv 💜

Faradita
Penulis amatir yang ngantuk bet parah hoho kamu juga tidur ya.



Revisi ; 26 september 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top