Spoiler [37]
"Diam di sini. Luka lo lumayan itu."
Mau bersungut juga sepertinya harus Lavi tahan. Wajah Pras benar-benar tak menunjukkan persahabatan. Ah ... kapan memangnya Pras bertampang kalem? Bukankan wajah itu tercipta dalam garis yang tegas dan kaku? Senyumnya saja tak pernah ada di bibir. Atau pernah ada tapi Lavi tak sadar? Entah lah. Lavi tak terlalu mengingatnya. Yang ia pandangi kini, punggung tegap itu berjalan terburu-buru ke arah toilet. Kotak obat pasti menjadi tujuannya.
"Aku bisa sendiri," kata Lavi segera mengambil kotak yang Pras bawakan untuknya barusan. "Harusnya Abang enggak banyak bergerak dulu. Kakinya pasti masih sakit, kan?" Gadis itu berdecak tak suka. "Kenapa, sih, susah banget buat Abang duduk diam istirahat?"
Pras malah terkekeh. "Dua hari gue tertidur itu sudah lebih dari cukup untuk memulihkan sakit yang gue rasa." Diperhatikan gadis itu dengan hati-hati membuka kotak obatnya. "Lagian begitu mulut lo memberi sedikit kepuasan untuk gue, rasanya sudah jauh lebih baik."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top