Spoiler [15]
___
Hari ini, Pras tak ingin terlalu memberi banyak tekanan pada Lavi. Ia lebih menyukai sikap Lavi seperti ini. Meski ucapannya selalu memberi kesan Pras adalah musuh besarnya, tapi ekspresi wajah Lavi lebih banyak bisa ia nikmati. Seperti sekarang.
Yang mana rasanya ... Pras ingin melumatnya sampai tak bersisa.
"Gue harus bertemu dengan Dekan dulu, urus administrasi karena beberapa waktu enggak ada ka—"
Maka apa yang ada di pikiran Pras segera saja ia lakukan. Membuat mata Lavi terbeliak kaget. Tangannya yang terkepal pun menghadiahi dada Pras dengan beberapa pukulan. Mungkin karena cium Pras kali ini terlalu menuntut hingga menghabiskan sisa pasok udara yang Lavi punya. Namun Pras tak peduli. Rasa bibir Lavi sudah menjadi candu untuknya.
Butuh beberapa menit bagi Lavi untuk kembali terbiasa dengan serangan yang Pras beri. Tak bisa ia hindari, kan? percuma. Kalau memancing Pras semisal menghindarinya pun, yang akan ia terima jauh lebih menyeramkan. Lavi belum ingin membayangkan hal itu. Cukup tadi pagi ia gemetaran karena permintaan Pras yang sangat mesum itu.
"Kapan bibir lo bisa digunakan untuk memuaskan gue, Neng?" Pras melepas pagutan itu dengan segera. Bicara tepat di atas bibir Lavi sembari terpejam. "Pasti rasanya luar biasa banget. Bisa sekarang enggak?"
***
Selengkapnya di Karya Karsa. Sudah sampai Bab 28
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top